26 September 2017

Terbaring di Rumah Sakit, Mari Perlakukan Ketum Dengan Baik dan Manusiawi

Saya sangat prihatin melihat kualitas mental keluarga besar Partai Golkar dalam berpolitik, baik yang tua maupun muda, yang sekedar anggota maupun yang sudah menjadi elit atau penguasa, baik dalam mengelola Partai maupun dalam menyikapi kondisi Partai dan Ketua Umum (Ketum) Setya Novanto yang sedang menghadapi banyak masalah dan saat ini terbaring tidak berdaya karena sakit.

Tapi respon di tengah-tengah keluarga besar bermacam-macam bahkan sampai menghilangkan rasa kekeluargaan dan kesetiakawanan. Yang memprihatinkan lagi keluar dari mulut kader yang telah banyak menikmati berpartai, baik sebagai penguasa partai maupun sebagai orang yang dipercaya oleh Ketum, sehingga telah kenyang dengan posisi dan finansial.

Situasi ini membuat saya prihatin sebagai kader, sebagai bagian keluarga besar Partai Golkar dan tentunya sebagai manusia saya merasa terenyuh melihat kondisi Ketum yang terbaring lemah di rumah sakit, sekalipun saya pernah menolak Ketum untuk mengisi beberapa posisi penting baik di zaman bang Aburizal Bakrie (ARB) maupun di zaman beliau, termasuk menolaknya menjadi Ketua DPR. Dan itu saya sampai secara sportif baik di rapat pleno maupun secara pribadi kepada bang ARB.

Penolakan itu bukan didasari suka atau tidak suka dengan Ketum, tapi berdasarkan pandangan obyektif saya kala itu. Dan apa yang menjadi kekhawatiran saya saat itu baik terhadap Partai Golkar maupun terhadap ketum, saat ini menjadi kenyataan. Sekalipun demikian melihat dinamika kepartaian saat ini termasuk melihat kondisi Ketum dan menilai respon dari kader yang telah banyak menikmati nikmat berpartai, saya semakin miris dan prihatin.

Saran saya apapun adanya kondisi Partai Golkar saat ini kita tidak bisa lepas tangan. karena ini ulah dan perbuatan orang-orang yang turut andil memilih Ketum. Karena itu mari kita posisikan ketum secara baik dan manusiawi, dan cari jalan keluar yang terbaik untuk menyelamatkan partai, tanpa harus mematikan satu sama lain. Ingat, kita ini adalah bagian keluarga besar Partai Golkar yang senasib dan sepenanggungan, sekalipun  berbeda penghasilan.

Kita biasakan suksesi kepemimpinan partai  secara dewasa baik dalam keadaan biasa maupun luar biasa.

Zulhendri Hasan, Kader Partai Golkar

fokus berita :