Freddy Poernomo Waspadai Bangkitnya Bahaya Laten Komunis di Jawa Timur
26 September 2017

Berita Golkar - Isu Partai Komunis Indonesia (PKI) yang kembali muncul belakangan ini menuai banyak pro dan kontra, bahkan ada yang mengaitkannya dengan agenda politik 2019. Namun, Bulan September, masyarakat memang masih mengingat peristiwa kelam Gerakan 30 September G30S/PKI.
Menurut Ketua Harian DPD I Partai Golkar Jawa Timur Freddy Poernomo, Pihaknya tidak melihat ini isu jelang tahun politik 2019, Sebab, bahaya laten PKI sampai kapanpun harus diwaspadai. Ideologi Komunis sudah jelas dilarang di Indonesia, dan Tap MPRS nomor 25 Tahun 1966 juga masih berlaku. Freddy menegaskan, wajar saling mengingatkan soal bahaya komunisme yang saat ini mulai berkembang.
"Sesama anak bangsa Saya nilai wajar saja mengingatkan bahaya laten komunis, tidak ada hubungan dengan Tahun Politik. Sampai kapanpun bahaya laten komunis harus kita waspadai bersama," ungkap Freddy Poernomo, Senin (25/9/2017).
Bukan hanya isu komunis lanjut Freddy Poernomo yang juga Ketua Komisi A DPRD Jatim, tetapi juga terorisme, narkoba dan intoleransi, masyarakat harus peka menyikapinya. "Jadi semua yang bertentangan dengan Ideologi negara harus kita waspadai bersama. Apalagi kalau komunis sudah jelas dilarang, termasuk simbol-simbolnya," kata Freddy.
Sementara itu, untuk mengantisipasi mengakarnya paham komunis di tingkatan pelajar atau pemula, Pihaknya mendukung jika Dinas Pendidikan Jatim menginstruksikan seluruh sekolah di Jatim baik sekolah negeri dan swasta untuk menggelar nonton bareng (nobar) film G30S/PKI.
“Saya bukan latah. mohon maaf, memang masyarakat harus tahu. Upaya ini (nobar) untuk memberikan pemahaman tentang bahaya komunisme dan upaya membentengi komunisme di tingkat pemula dan jangan sampai komunisme tumbuh di Indonesia khususnya di Jatim,” ungkap ketua Komisi A DPRD Jatim Freddy Poernomo. Ditambahkan oleh Freddy, faham komunisme tak boleh hidup di Indonesia karena tak sesuai dengan ideologi Indonesia.
“Saya mengalami sendiri kekejaman PKI yang menganut faham komunisme. Saya waktu itu 6 tahun atau 7 tahun, Ayah saya saja hampir menjadi korban kekejaman PKI. Saya nggak mengada-ada. Oleh sebab itu saya mendukung penuh antisipasi bahaya laten komunis di pelajar. Ini sangat berbahaya sekali karena merasakan kekejaman PKI,” pungkasnya. [rri]
fokus berita :