15 Maret 2021

Bulog Pastikan Stok Pangan Aman, Firman Soebagyo Minta Pemerintah Tidak Impor Beras Dulu

Berita Golkar - Bulog mengaku masih memiliki cadangan pangan. Dan jika impor benar-benar teralisasi, Bulog sepertinya akan kesulitan menyalurkan. Terhadap hal ini, DPR mempertanyakan ada apa di balik niatan impor beras.

Di sisi lain, Kementerian Pertanian (Kementan) juga seharusnya bertanggung jawab atas produksi beras lokal. Ketika produksi dalam negeri mencukupi, maka kebijakan impor bisa diminimalisir.

Anggota Komisi IV DPR RI dari Fraksi Partai Golkar, Firman Subagyo menyebut, dalam Rapat Dengar Pendapat, Perum Bulog menyatakan, bahwa pihaknya tidak akan melakukan impor satu juta ton beras. Dijelaskan bahwa Bulog menyatakan bahwa ketersediaan pangan nasioal masih mencukupi.

 

"Kan yang ditugaskan Bulog. Kalau Bulog sudah yakin stok cukup, ya tinggal lapor kepada pemerintah tidak usah impor," kata Firman kepada wartawan, Senin (15/3/2021).

Baca Juga: Airlangga Bikin Golkar Melejit, Firman Soebagyo: Kinerja Ketum Bagus Otomatis Partai Terkatrol

Oleh karena itu, seharusnya Bulog langsung melakukan komunikasi dan koordinasi. "Kalau stok sudah cukup, pemerintah juga akan mendengarkan dan tidak usah impor," ujarnya.

Dalam RDP dengan Komisi IV DPR, Direktur Utama Perum Bulog, Budi Waseso menjelaskan melaporkan, persediaan beras per 14 Maret 2021 di gudang Bulog mencapai 883.585 ton. Dengan rincian 859.877 ton merupakan stok Cadangan Beras Pemerintah (CBP) dan 23.708 ton stok beras komersial.

Sementara beras sisa impor tahun 2018 yang masih tersedia di gudang Bulog yaitu 275.811 ton, dengan 106.642 ton di antaranya mengalami turun mutu. Adapun total impor beras tahun 2018 sebesar 1.785.450 ton.

 

Baca Juga: Calon Tunggal, Andi Ilham Zainuddin Hampir Pasti Pimpin Golkar Pangkep

"Kesalahan pada impor beras tahun 2018 dikarenakan rata-rata jenisnya merupakan jenis beras pera yang tidak sesuai dengan selera masyarakat Indonesia. Akibatnya, sulitnya penyaluran beras tersebut. Kita perlu mencampur beras impor tersebut dengan beras produksi dalam negeri agar bisa disalurkan ke masyarakat," kata Buwas.

Pada Maret 2020, lanjut Buwas, beras impor tahun 2018 masih tersisa sekitar 900 ribu ton. Beras tersebut kemudian digunakan untuk penyaluran bantuan sosial dari Kementerian Sosial dan bantuan langsung dari Presiden kepada masyarakat dalam menanggulangi dampak ekonomi akibat pandemi.

Namun, beras tersebut hanya tersalurkan sekitar 450 ribu ton dari alokasi sebanyak 900 ribu ton. Sisanya, hingga kini sebanyak 275.811 ton beras impor tahun 2018 masih tersimpan di gudang Bulog dengan 106.642 ton di antaranya sudah mengalami turun mutu.

Baca Juga: Hamka Baco Kady Ajak Warga Makassar Jadikan Empat Pilar Kebangsaan Landasan Kematangan Berpikir

Rencananya kata Buwas, beras sisa impor tahun 2018 tersebut akan diolah menjadi tepung yang akan ditangani oleh Kementerian Perdagangan dan Kementerian Perindustrian. Namun menurutnya, Bulog sudah mendapatkan penugasan impor beras 1 juta ton kendati sisa impor beras tahun 2018 belum diselesaikan.

Dia menyebut, Bulog telah kehilangan pangsa pasar sebesar 2,6 juta ton beras per tahun dikarenakan Program Rastra (beras untuk keluarga sejahtera) diganti oleh pemerintah menjadi Bantuan Pangan Nontunai (BPNT).

Yang tadinya masyarakat mendapatkan bansos berupa beras dari Bulog, kini diberikan bantuan secara nontunai yang bisa dibelanjakan sendiri oleh masyarakat penerima manfaat di warung-warung yang bekerja sama dengan Kementerian Sosial.

Baca Juga: Zulfikar Arse Sadiki Ungkap Alasan RUU Pemilu Ditarik Dari Prolegnas 2021 Karena Pemerintah Tak Setuju

Namun, jika memang harus impor, Budi Waseso mengatakan pihaknya siap untuk menampung beras hingga 3,6 juta ton sesuai kapasitas gudang Bulog di seluruh Indonesia. Namun, ia meminta agar ada pangsa pasar untuk menyalurkan beras yang diserap. "Kalau kami membeli sebanyak apapun kami siap, asalkan hilirnya dipakai," katanya.

Distribusi Produk

Ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Enny Sri Hartati mengatakan, rencana impor beras harus didasarkan pada data. Sementara, BPS telah menyatakan stok pangan dalam negeri masih aman.

"Impor pangan itu bukan sesuatu yang haram, diperbolehkan di Undang-Undang Pangan, tapi ada prasayaratnya, kalau kebutuhan dalam negeri tidak mencukupi. Sementara BPS menyatakan bahwa ketersediaan beras cukup, bahkan sektor pertanian satu-satunya yang tumbuh selama pandemi," ujarnya.

Baca Juga: Targetkan Ratusan Kantong Darah, Golkar Kepri Peduli Gandeng PMI Gelar Aksi Donor Darah

Menjadi tidak rasional, kata dia, jika wacana itu justru digulirkan jelang musim panen. Artinya, yang terjadi bukan masalah komunikasi, melainkan abai dari data BPS. Sementara Presiden Jokowi berulang kali mengatakan, data yang digunakan adalah data BPS {ekbis.sindonews}

fokus berita : #Firman Subagyo