15 Januari 2023

Sama-Sama Dari Kampung, Dedi Mulyadi dan Fahri Hamzah Ngobrol Akrab Bicarakan Kemajuan Desa

Berita Golkar - Belum lama ini, politisi asal Sunda dan Sumbawa bertemu di satu meja. Siapa kalau bukan Kang Dedi Mulyadi dan Fahri Hamzah.

Apa sih isi dari obrolan kedua politisi ini saat bertemu? Tentu, bukan hanya bercerita mengenai perjalanan hidup masing-masing, tapi ada bahasan lain yang cukup menarik. Salah satunya, mengenai sistem pemilu tertutup.

Adapun obrolan keduanya dimulai dari pertanyaan Kang Dedi Mulyadi terkait sosok Fahri Hamzah yang sejak dulu hingga sekarang konsisten memiliki daya kritis yang tinggi. Padahal saat ini banyak orang justru menurun daya kritisnya.

Fahri Hamzah pun menjawab, hal tersebut lantaran ia berasal dari kampung sehingga apa yang ia lihat dan rasakan akan diungkap secara benar tanpa ada pengaruh dari mana-mana. "Saya cuma terbiasa itu saja, apa yang saya lihat dan pikirkan itulah yang saya anggap benar itulah yang saya katakan," kata Fahri Hamzah menjawab pertanyaan Kang Dedi Mulyadi.

Baca Juga: Jadi Cameo di Film Balada Si Roy, Andika Hazrumy Apresiasi Fajar Nugros dan Gol A Gong

Sebagai politisi, Fahri Hamzah juga banyak mendengar dan merasakan temannya mengeluh padanya yang kritis. Namun ia berkeyakinan bahwa urusan publik dan objektif tidak bisa diselesaikan dengan pertemanan.

Kang Dedi Mulyadi pun memuji sosok Fahri yang merupakan orang desa namun bisa berkiprah di nasional. Salah satu pelajaran yang dapat diambil dari Fahri Hamzah adalah sosoknya yang gemar membaca, aktif di organisasi dan memiliki keberanian.

"Dan saya katakan, yang punya keberanian saat ini adalah orang desa. Karena orang desa itu begitu masuk kota gak tau siapa premannya," kelakar Kang Dedi yang disambut tawa Fahri Hamzah.

Di obrolan tersebut Kang Dedi juga berdiskusi pendapat Fahri Hamzah mengenai isu sistem pemilu tertutup. Bagi Fahri hal tersebut sebuah pemikiran keliru yang seharusnya demokrasi di Indonesia tetap pada sistem pemilihan terbuka.

Menurutnya sistem tertutup hanya akan memunculkan penguasa yang berada di ruang tertutup bernama partai politik. Padahal secara prinsip demokrasi diserahkan kepada rakyat.

"Dalam feodalisme organisasi seperti parpol dan negara yang penting, tapi dalam demokrasi justru manusianya yang penting. Oleh sebab itu keberadaan struktur tidak boleh membelenggu kebebasan orang sebab kekuatan kita itu bersumber dari kreativitas seseorang bukan keserempakan barisan saja," ujar Fahri Hamzah.

Baca Juga: Hetifah Prihatin Maraknya Pernikahan Dini di Kulon Progo: Rugikan Anak!

Hal tersebut, kata Fahri, mirip dengan kehidupan beragama khususnya Islam. Di mana dalam agama terpenting adalah hubungan manusia dengan tuhan. "Sekarang ini dalam agama hubungan emosional manusia dengan tuhan hilang karena yang menonjol dalam agama adalah strukturnya," timpal Kang Dedi Mulyadi.

Kang Dedi pun heran mengapa setiap menjelang pemilu akan selalu muncul problem terkait rencana mengubah undang-undang pemilu.

Fahri Hamzah pun menilai hal itu mencerminkan pembuat undang-undang tidak visioner dalam berkompetisi. Seharusnya sebelum membuat sebuah aturan dipikirkan terlebih dahulu secara matang.

Jika sistem pemilihan dilakukan secara tertutup dikhawatirkan hanya akan membuat sistem demokrasi mengalami kemunduran dan hanya menguntungkan bagi pengurus partai. "Kan pesta rakyat seharusnya, kalau tertutup berarti pesta pengurus partai," ujar Fahri Hamzah. (sumber)

 

fokus berita : #Dedi Mulyadi #Kang Dedi