Berita Golkar – Hetifah Sjaifudian, wakil ketua komisi X DPR RI, terus memperjuangkan pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Bontang, khususnya dalam sektor kuliner. Dalam acara bertajuk “Optimalisasi Kuliner Bontang sebagai Daya Tarik Wisata” yang diselenggarakan pada 24 Maret di Bontang Kuala, Hetifah kembali memfasilitasi pertemuan ini.
Acara tersebut dihadiri oleh lebih dari 65 peserta, seperti Mei Edi Setyana, seorang Analis Kebijakan Ahli Madya dari Kemenparekraf RI, serta Muhammad Ihsan, Kepala Bidang Pariwisata Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata Kota Bontang.
Muhammad Ihsan menegaskan bahwa, fokus utama kota Bontang adalah pada sektor Ekonomi Kreatif, Pariwisata, dan UMKM, yang sejalan dengan arahan Kemenparekraf RI. Acara ini dipandang sebagai peluang dan tantangan bagi masyarakat Bontang untuk terus berkembang.
“Kami sangat mendukung kegiatan ini sebagai bentuk perhatian terhadap sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. Saat ini, kita sedang melakukan berbagai pembenahan, termasuk peningkatan SDM dan pengembangan destinasi pariwisata,” jelasnya.
Mei Edi menekankan bahwa, Program BISA Fest bertujuan untuk mendukung kembali para pelaku Ekonomi Kreatif yang terdampak pandemi, sambil juga memperkuat ekosistem Ekonomi Kreatif untuk mendukung pariwisata berkelanjutan.
Lebih lanjut, Mei Edi membahas berbagai aspek terkait kuliner, mulai dari bahan baku, proses produksi, kemasan, hingga sertifikasi halal. “Kami terus mendorong inovasi dan peningkatan kualitas produk,” tambahnya.
Hetifah menyoroti betapa pentingnya sektor kuliner sebagai pendorong utama pariwisata dan ekonomi kreatif di Indonesia.
“Kuliner memiliki kontribusi besar terhadap PDB, mencapai 43 persen dari sektor Ekonomi Kreatif, yang hanya kalah oleh sektor Fashion dan Kerajinan. Oleh karena itu, pemerintah perlu mendukung perkembangan kuliner. Misalnya, Gami Bawis yang berhasil masuk dalam 10 besar kuliner Nusantara,” ungkapnya.
Hetifah juga menekankan bahwa, keberadaan Indeks Kuliner Nusantara memberikan dorongan besar bagi sektor pariwisata dan ekonomi kreatif, termasuk di dalamnya sektor kuliner.
“Di Bontang, terdapat lebih dari 18.700 UMKM kuliner yang menawarkan berbagai macam hidangan. Makanan khas ini menjadi pendorong bagi kelahiran banyak UMKM dan destinasi wisata di kota ini,” tegasnya.
Sebagai seorang politikus yang peduli, Hetifah menegaskan bahwa kuliner memiliki peran penting dalam industri pariwisata. Penguatan sektor kuliner harus dimulai dengan meningkatkan kualitas produk, termasuk aspek Food Safety, keunikan kuliner, dan daya saing.
“Masalah Food Safety menjadi prioritas utama dalam pengembangan kuliner Indonesia. Kesehatan, keamanan pangan, serta adaptasi gaya hidup dalam mengonsumsi makanan dan perubahan lingkungan, semuanya meningkatkan risiko kontaminasi pada makanan,” tutupnya. {sumber}