Berita Golkar – Sekretaris Fraksi Partai Golkar DPR RI Mukhtarudin menilai proyeksi Bank Dunia yang memperkirakan penurunan tingkat kemiskinan di Indonesia dari 60,3% pada 2024 menjadi 58,7% pada 2025 adalah kabar positif yang mencerminkan ketahanan ekonomi Indonesia di tengah dinamika global.
Dengan angka ini, sekitar 4,7 juta orang diperkirakan akan keluar dari garis kemiskinan (berdasarkan standar US$6,85 per hari versi purchasing power parity).
“Namun, angka ini juga mengingatkan kita bahwa tantangan besar masih menghadang, dan keberhasilan jangka panjang memerlukan strategi yang lebih terfokus dan inklusif,” tutur Mukhtarudin, Rabu (14/5/2025), dikutip dari SuaraPemerintah.
Politisi Dapil Kalteng ini menjelaskan konteks angka 58,7% standar kemiskinan Bank Dunia yang tinggi (US$6,85 per hari) memang berbeda dengan garis kemiskinan nasional BPS (sekitar Rp595.242 per bulan pada 2024), yang menghasilkan angka kemiskinan jauh lebih rendah, yakni 8,57% pada September 2024.
Menurut Mukhtarudin, perbedaan ini menunjukkan bahwa meskipun Indonesia telah berhasil mengurangi kemiskinan ekstrem, tapi banyak penduduk masih berada dalam zona rentan.
Kata Mukhtarudin penurunan kemiskinan sebesar 1,6% dalam setahun adalah langkah yang patut diapresiasi, tetapi lajunya masih lambat untuk sebuah negara yang bercita-cita menjadi kekuatan ekonomi global.
Untuk itu, Mukhtarudin mendorong pemerintah perlu memperkuat investasi pada pendidikan, pelatihan kerja, dan akses ke pasar tenaga kerja, terutama bagi kelompok usia produktif di daerah tertinggal.
Mengingat, lanjut Mukhtarudin, ancaman eksternal seperti perubahan iklim dan volatilitas harga komoditas global dapat menggagalkan proyeksi optimistis ini.
Artinya, Mukhtarudin bilang Indonesia, sebagai negara agraris dan kepulauan, sangat rentan terhadap banjir, kekeringan, dan gangguan rantai pasok pangan.
“Tanpa strategi adaptasi yang kuat, seperti pengembangan pertanian berkelanjutan atau diversifikasi ekonomi lokal, kelompok miskin dan rentan akan terus berada di ujung tanduk,” imbuh Mukhtarudin.
Di sisi lain, Anggota Komisi XII DPR RI ini mengatakan ada peluang besar yang bisa dimanfaatkan di mana digitalisasi ekonomi, yang kian pesat di Indonesia, dapat menjadi katalis untuk menciptakan lapangan kerja baru dan meningkatkan akses ke layanan finansial, terutama bagi UMKM.
Selain itu, Mukhtarudin berujar bonus demografi yang masih berlangsung hingga dekade mendatang harus dioptimalkan melalui pendidikan vokasi dan inovasi teknologi.
“Saya kira ini penting, agar generasi muda tidak hanya menjadi konsumen, tetapi juga penggerak ekonomi,” ungkap Mukhtarudin.
Pada akhirnya, penurunan kemiskinan ke 58,7% pada 2025 adalah sinyal bahwa Indonesia berada di jalur yang benar, tetapi ini bukan saatnya berpuas diri.
Fraksi Partai Golkar Senayan meminta pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat perlu berkolaborasi untuk memastikan bahwa pertumbuhan ekonomi tidak hanya menguntungkan segelintir orang, tetapi benar-benar mengangkat kesejahteraan jutaan rakyat.
“Hanya dengan pendekatan yang inklusif dan berkelanjutan, Indonesia dapat mewujudkan visi menjadi negara maju yang bebas dari bayang-bayang kemiskinan,” pungkas Mukhtarudin. {}