Berita Golkar – Pemerintah Kota Cirebon, Jawa Barat, menerapkan tiga strategi utama mitigasi bencana sebagai langkah antisipatif menghadapi peningkatan frekuensi bencana dalam beberapa bulan terakhir.
Wali Kota Cirebon Effendi Edo di Cirebon, Jumat, mengatakan strategi pertama yang diterapkan adalah penguatan literasi kebencanaan melalui edukasi dan simulasi di sekolah, puskesmas, dan rumah ibadah.
Menurut dia, hal ini sangat penting agar masyarakat, khususnya anak-anak dan remaja di Kota Cirebon memahami potensi serta risiko kebencanaan di sekitarnya.
Strategi kedua, kata Edo, yakni peningkatan sistem deteksi dini dan respons cepat melalui penguatan posko siaga bencana di tiap kecamatan.
“Strategi ketiga adalah pembangunan budaya gotong royong sebagai bentuk ketangguhan sosial masyarakat,” katanya, dikutip dari Antara.
Edo menyebutkan tiga aspek tadi mesti diselaraskan dengan program mitigasi yang ada di Kota Cirebon, sehingga setiap peristiwa bencana dapat ditangani dengan baik.
Di sisi struktural, kata dia, pemerintah daerah sudah bekerja sama dengan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Cimanuk-Cisanggarung untuk melakukan normalisasi sungai dan saluran drainase di titik rawan, seperti muara Sungai Cipadu dan Sungai Cikalong.
Ia menyampaikan untuk mitigasi non-struktural dilakukan melalui pembentukan 12 kelurahan tangguh bencana, serta satu satuan pendidikan aman bencana. “Kami juga memperluas pemasangan papan evakuasi dan titik kumpul darurat hingga ke tingkat RW,” ujarnya.
Edo menuturkan selama 2024, tercatat 154 kejadian bencana di Kota Cirebon, hampir dua kali lipat dari tahun 2020 sekitar 88 kejadian.
Dia mengatakan jenis bencana yang dominan terjadi di Kota Cirebon yaitu banjir, rob, tanah longsor, kekeringan, angin kencang, dan kebakaran.
“Pada Januari 2025, banjir melanda 13 kelurahan dan berdampak langsung terhadap lebih dari 58.000 warga. Selama tiga bulan pertama tahun ini, tujuh kejadian banjir besar tercatat di beberapa titik Kota Cirebon,” ucap dia. {}