Berita Golkar – Di era digital yang penuh dinamika dan kecepatan dalam berinovasi, membangun citra politik tidak lagi cukup hanya dengan menampilkan institusi atau lambang partai. Sentuhan personal dan pendekatan emosional justru menjadi kunci dalam memperkuat mesin partai di ruang media sosial.
Pesan ini mengemuka dalam Focus Group Discussion (FGD) Bidang Media dan Penggalangan Opini DPP Partai Golkar bertema Penguatan Media Sosial untuk Memperkuat Mesin Partai di Dunia Digital, yang menghadirkan tiga pegiat Media sosial yang praktisi komunikasi digital kenamaan, yakni Wicaksono alias Ndoro Kakung, Dwi Susanto alias Motulz dan Shafiq Pontoh.
Dalam acara yang digelar di DPP Partai Golkar, Selasa (10/06/25) ini, Ndoro Kakung membahas mengenai membangun awareness kelembagaan sebuah institusi partai politik yang koheren dengan persona seorang figur. Langkah pertama untuk membangun positioning sebagai tokoh partai adalah dengan jujur mengenali potensi diri dan membangun citra yang otentik.
“Kalau kita ingin dikenal sebagai seorang tokoh partai, maka tokoh partai seperti apa kita ingin dikenal orang?” tanya Ndoro Kakung.
“Tokoh yang dikenal peduli kemiskinan, yang peduli pada pendidikan? Semua teori mengatakan bahwa dimulailah dari apa yang kita sukai dan apa yang kita bisa. Jangan pernah membangun sesuatu dari yang tidak kita kuasai dan tidak kita bisa,” sambungnya lagi.
Ia menekankan bahwa pendekatan autentik berbasis kekuatan pribadi jauh lebih efektif ketimbang membangun persona yang artifisial dan tidak berakar dari kenyataan. Hal tersebut justru menjauhkan emosi antar manusia yang menjadi subjek dan objek.
Senada dengan Ndoro Kakung, Motulz Anto menyoroti pentingnya pendekatan human to human dalam membangun relasi di media sosial. Menurutnya, audiens digital saat ini lebih merespons figur yang terasa nyata dan bisa disentuh secara emosional. Pendekatan yang dibutuhkan adalah membangun narasi kompleks yang didasarkan pada perasaan seorang manusia.
“Di era media sosial, kita itu harus anggapannya manusia ketemu manusia, peer to peer, human to human. Jadi kalau kita jualan lembaga tapi tidak ada personifikasi orangnya, itu agak sulit. Wajar kalau brand sepatu pun itu butuh mengendorse atlet. Tapi ternyata human saja juga kurang, lebih penting sesama manusia punya touch, feel. Ini sebenarnya kekuatan media sosial yang harus dibangun teman-teman Partai Golkar,” jelas Motulz.
Sementara itu, tak jauh berbeda dengan kedua pemateri lainnya. Shafiq Pontoh juga menyoroti bagaimana membangun narasi konten yang berimplikasi pada emosi seorang manusia secara langsung. Konten inspiratif menjadi kunci. Sebab, konten inspiratif yang menukil perasaan terdalam seorang manusia sulit untuk dilupakan.
Pernyataan ketiga narasumber ini menjadi refleksi penting bagi kader-kader partai politik, khususnya Partai Golkar, dalam merumuskan strategi komunikasi yang relevan dengan zaman. Pendekatan yang personal, emosional, dan otentik bukan hanya membangun keterhubungan dengan publik, tapi juga memperkuat kepercayaan serta keterlibatan audiens, khususnya generasi muda yang menjadi mayoritas pengguna media sosial saat ini.
Turut hadir dalam kegiatan diskusi ini antara lain Sekretaris Jenderal (Sekjen) DPP Partai Golkar, M. Sarmuji; Wakil Ketua Umum Bidang Elektoral II, Meutya Hafid; Wasekjen Bidang Elektoral II, Daniel Mutaqien Syafiudin; Ketua Bidang MPO, Nurul Arifin; Sekretaris Bidang MPO, Dara Nasution; Ketua Departemen MPO, Achmad Annama dan yang mewakili bidang MPO seluruh sayap dan ormas hasta karya.