DPD II  

59 Tahun Partai Golkar: Kuping Panjang Mendengar Aspirasi

????????????????????????????????????

Berita Golkar – Sebagai  salah satu pilar demokrasi, partai politik (parpol) merupakan  wadah perjuangan bagi masyarakat mewujudkan  kehidupan politik yang lebih baik.  Parpol menjadi wadah bagi masyarakat menyalurkan aspirasi dan kepentingannya.

Namun dalam pengalaman  faktual, keberadaan parpol  tidak selalu berbanding lurus dengan fungsi yang diembannya. Parpol yang hadir seringkali dianggap masalah bagi rakyat ketimbang solusi bagi demokratisasi.  Akibatnya,  banyak parpol usianya hanya seumur jagung. Mengusung semangat 45 di awal berdiri,  usai pemilu mati terkubur dan hilang dari lintasan sejarah bangsa.

Sebaliknya Golkar  yang berdiri 20 Oktober 1964  eksis hingga saat ini.  Sebagai salah satu parpol paling tua dan  paling panjang  nafas hidupnya, Golkar terus menjelma  menjadi partai  unggul dan   kuat, partai papan atas, juga  partai yang teruji  terhadap aneka tantangan di  atas di panggung politik Indonesia.

Salah satu keunggulan Golkar adalah  tampilan partai ini sebagai partai kader.  Golkar tidak mengandalkan orang, figur atau  sosok ketuanya dalam rentang panjang jalannya.

Sebaliknya Golkar mengandalkan kekuatan sistem  dan soliditas organisasi. Dengan begitu Golkar jauh dari penyakit patronase. Penyakit  yang lazim menyerang banyak partai  karena mengandalkan sosok atau figur siapa ketua umumnya. Dan, publik bangsa ini tahu si anu  menjadi patron di partai  mana, si badu patron partai mana lagi.

Partai yang hanya mengandalkan sosok seorang patron tidak bisa dikelola dan dibesarkan  secara profesional. Partai yang hanya  berkiblat pada sosok ketua partai cenderung terjerumus dalam gua garbah oligarki.

Golkar jauh dari penyakit patronase itu. Maka siapapun yang menjadi Ketua Golkar di semua level, dari pusat sampai daerah,  partai beringin ini tetap kuat mengakar dan merimbun menaungi warga.

Di Golkar, soliditas yang kental dan organisasi yang kuat itu menyata melalui kerja-kerja politik para kadernya. Baik kader yang  duduk di legislatif maupun kader yang menggawangi eksekutif.  Kerja-kerja politik itu galibnya  merupakan pengejawantahan  doktrin Golkar: karya dan kekaryaan.

Kerja-kerja politik Golkar dalam  balutan karya dan kekaryaan itu kuat mewarnai kehidupan nyata di tengah masyarakat lewat program dan proyek-proyek  pembangunan yang diperjuangkan para kader Golkar.

Sebut, misalnya, di Kabupaten Flores Timur, Golkar tampil menonjol karena kerja-kerja politik Melchias Markus Mekeng, anggota DPR RI Daerah Pemilihan NTT 1 yang meliputi  Pulau Flores, Lembata hingga Alor.

Tiga kali terpilih dan duduk sebagai anggota DPR RI dari Flores, Lembata, Alor,  Melchias Mekeng  tampil  dominan untuk mengeksekusi beragam proyek, terutama infrastruktur jalan di Kabupaten Flores Timur. Pada periode lalu, ketika duduk sebagai Ketua Banggar DPR RI,  dana  sekitar Rp 650 miliar diperjuangkan dan  ‘dibawa’ putra Sikka ini ke Flores Timur.

Tahun ini, selain dana untuk pembangunan ruas jalan di desa-desa,  Melchias Mekeng juga membawa dana untuk pembangunan jalan usaha tani (JUT) senilai Rp 15,6 miliar ke Flores Timur.  Dengan sistem swakelola, warga di 47 desa/kelurahan di Flores Timur giat terlibat dalam proyek ini.  Warga antusias terlibat dalam proyek ini karena dana itu beredar dan berputar di antara mereka.

Tahun depan, menurut Wakil Sekjen DPP Partai Golkar, Herman Hayong, dana JUT akan   lebih banyak lagi mengalir ke Flores Timur.  “Tahun depan lebih besar lagi, lebih dari 100 titik yang dapat. Tahun depan juga akan dibangun Rumah Sakit Pratama  Solor,” kata Herman  ketika  ngopi bareng warga Desa Watowara, Kecamatan Tite Hena, Flores Timur, Kamis (12/10/2023) petang.

Selain infrastruktur jalan dan JUT,  hasil perjuangan kader Golkar di DPR RI juga menyata dari sejumlah rumah sakit pratama, ratusan  posyandu, puskesmas,  balai latihan kerja (BLK), perbaikan rumah-rumah ibadat di seluruh NTT.   Yang paling fenomenal adalah hadirnya Rumah Sakit Pemerintah Pusat dr. Ben Mboi di Kota Kupang.

Proyek-proyek pembangunan di sektor kesehatan dan ketenagakerjaan itu hasil perjuangan Emanuel Melkiades Laka Lena. Ketua Golkar NTT dan juga Wakil Ketua Komisi IX DPR RI ini tanam kaki memperjuangkan dan membawa proyek dan program kesehatan dan ketenagakerjaan ke NTT.

Melki Laka Lena terkenal sangat militan berjuang dan bekerja untuk NTT. Militansi itu ditunjukkannya dengan saban  pekan datang ke NTT dan hadir di tengah masyarakat. Melalui kehadiran yang begitu intens dan sering di tengah masyarakat, Melki Laka Lena memposisikan diri sebagai seorang wakil rakyat dalam arti yang sebenar-benarnya, yakni sebagai penyambung lidah rakyat yang mesti selalu bisa dan sanggup menyerap aspirasi  dan mengendus apa kebutuhan rakyat.

Sudah tentu semua dana hasil perjuangan dua kader Golkar di DPR RI yang datang ke NTT itu  bersumber dari pemerintah  pusat. Bukan milik pribadi Melchias Mekeng dan Melki Laka Lena. Dana itu juga bukan  milik Partai Golkar.

Tetapi jangan lupa, dana senilai  dan sepenting itu hanya bisa masuk dan digelontorkan pemerintah pusat ke NTT karena keberadaan dan perjuangan  Melchias Mekeng dan Melki Laka Lena di DPR RI.

Di Flores Timur, dana itulah yang mengubah kondisi jalan di seluruh pelosok. Dari dana itu ruas jalan di Adonara bisa licin guna memudahkan transportasi hari-hari ini. Dari dana itu juga jalan-jalan di Kecamatan Tanjung Bunga, Titehana, Demon Pagong,  Ilebura   yang sekian lama tidak tersentuh aspal jadi mulus.

Sulit membayangkan kondisi jalan di Flores Timur tanpa  hasil perjuangan dan kerja-kerja politik Golkar.  Tidak berlebihan  kalau Ketua  Golkar Flores Timur, Yoseph Sani Betan, menjuluki Melchias Mekeng sebagai Bapak Pembangunan Infrastruktur Flores Timur.

Kita tahu wakil rakyat itu penyambung lidah rakyat di lembaga DPR (D).  Kita paham dengan baik bahwa dalam sistem demokrasi tidak langsung, para wakil rakyat mewakili rakyat di pemerintahan.  Yang berdaulat tetap rakyat. Kedaulatan tetap berada di tangan rakyat.

Sementara para wakil rakyat hanya  perpanjangan tangan rakyat. Mereka tidak lebih dari utusan rakyat.  Mereka diutus rakyat ke lembaga wakil rakyat untuk  berbicara atas nama rakyat.

Karena mereka adalah utusan rakyat, maka  mereka mesti dekat dengan masyarakat.  Mereka mesti dekat dengan masyarakat guna mengetahui dengan baik geliat dan denyut kehidupan  masyarakat.  Mereka mesti dekat dengan masyarakat agar bisa mengetahui  apa kebutuhan masyarakat. Mereka mesti dekat dengan masyarakat guna mengetahui seperti apa  bau badan masyarakat.

Kedekatan dengan masyarakat,  berada di tengah masyarakat, itulah yang  selalu diperlihatkan para kader  Golkar di  setiap level.  Dari pusat sampai ke kabupaten/kota. Bahkan juga menembus hingga ke desa.

Tiga tahun terakhir, saat dunia dilanda Covid-19  Golkar tampil dominan. Para kader Golkar di seantero negeri merancang aneka program. Dari vaksinasi massal hingga perbaikan ekonomi masyarakat. Di  NTT, vaksinasi Golkar tembus ke angka 30.000 dan memecahkan rekor nasional vaksinasi dalam sehari.

Aneka kegiatan dan aksi sosial karitatif itu adalah modus Golkar mempertanggungjawabkan keberadaannya sebagai partai politik mengendus  geliat dan nadi kehidupan masyarakat untuk kemudian diperjuangkan melalui kerja-kerja dan karya-karya politik.

Tanggal 20 Oktober 2023 ini Golkar genap 59 tahun menjejak langkah.  Capaian usia ini adalah bukti  rakyat bangsa ini  masih tetap percaya dan setia kepada Golkar.  Kesetiaan rakyat itu dijawab Golkar dengan tetap prima mengawal  tualang bangsa, tetap kuat menghunjam akar hingga jauh ke dalam nubari penduduk negeri. Kecintaan rakyat kepada Golkar dibalas dengan semakin memperpanjang kupingnya mendengar aspirasi rakyat.

Selamat ulang tahun Golkar.  Ad multos annos, ad summam senectutem. {sumber}

Oleh: Tony Kleden (Pengurus Golkar NTT)