DPP  

78 Tahun Aburizal Bakrie – Kekalahan dan Kemenangan, Dalam Satu Badan (XVIII)

Berita Golkar“Sebagaimana yang telah saya tegaskan berulang kali, bagi Partai Golkar dan bagi saya pribadi. Kekuasaan hanyalah sebuah instrumen pencapaian sebuah tujuan, bukan tujuan itu sendiri. Kekuasaan harus ditujukan untuk mencapai tujuan-tujuan besar yang jauh melampaui setiap kepentingan individu ataupun kelompok. Karena itu tanpa ada satupun pihak yang memaksa, dengan berlandaskan sepenuhnya pada kesadaran kita sendiri untuk menyesuaikan arah perjalanan Golkar yang sesuai marwahnya, serta sesuai pula dengan konstelasi bintang-bintang di langit politik Indonesia saat ini. Maka kita bertekad untuk menyelenggarakan Munas Luar Biasa ini. Selain itu kita ingin menjadikan forum tertinggi ini sebagai sebuah momen pamungkas untuk mewujudkan keutuhan partai yang sempat terpecah selama lebih dari setahun.”

Seperti yang diucapkan Aburizal Bakrie pada sepetik pernyataan di atas, kemenangan bukanlah tujuan mutlak dari politik, bagi Partai Golkar politik adalah berkontribusi bagi pembangunan bangsa dan negara. Hal itu pijakan yang termaktub dalam doktrin karya kekaryaan Partai Golkar pasca reformasi. Kekalahan pun demikian, tiada rupa kalah dalam kamus politik Partai Golkar, yang ada menang seutuhnya atau menang sebagian. Maka kekalahan dan kemenangan tidak lah berwajah dalam bentuk perpolitikan yang dianut Partai Golkar.

Karenanya pada saat KMP (Koalisi Merah Putih) kalah, kader Partai Golkar langsung menuntut DPP Partai Golkar yang dipimpin Aburizal Bakrie untuk mengubah arah haluan kapal besar partai berlambang beringin ini. Kekuatan kepemimpinan Aburizal Bakrie yang bermaksud memposisikan Partai Golkar di barisan oposisi kemudian ditolak mentah-mentah oleh para kader. Ia sudah sekuat mungkin menahan laju penolakan, tapi keinginan kader Partai Golkar untuk bisa memberikan kontribusinya pada pembangunan peradaban bangsa membuat Aburizal Bakrie akhirnya luluh juga.

Dalam pidatonya di pembukaan Munaslub Partai Golkar 2016 di Bali, Aburizal Bakrie menyampaikan segalanya. Semua yang menjadi keluh kesah di hatinya saat mencoba memperjuangkan kedaulatan Partai Golkar dari godaan kekuasaan sampai pesan-pesan tersiratnya terkait masa depan Partai Golkar disampaikan di dalam pidato Aburizal Bakrie. Yang penting bagi Aburizal Bakrie saat itu adalah pertimbangan keutuhan Partai Golkar di atas segalanya. Sudah tidak penting lagi persoalan kekalahan dan kemenangan yang melekat di badannya.

“Pemilik suara dan kader-kader daerah lah yang sesungguhnya menjadikan pohon beringin sebagai pohon yang besar dan rindang. Akarnya kokoh menancap di bumi persada Indonesia. Pada malam yang berbahagia ini, kita akan mengawali sebuah momen penting di dalam sejarah partai kita. Forum Musyawarah Nasional Luar Biasa atau yang biasa disingkat sebagai Munaslub adalah forum tertinggi partai tempat kita mengambil keputusan strategis, tentunya di samping Munas, yang tuntas dan paripurna,” begitu tutur Aburizal Bakrie dikutip dari pidatonya di Munaslub Partai Golkar 14-18 Mei 2016 di Bali.

Dalam konteks Munaslub ini, Aburizal Bakrie menekankan pentingnya kejayaan partai dibanding dengan kepentingan jangka pendek dan ego masing-masing pribadi. Kejayaan Partai Golkar bagi Aburizal Bakrie hanya bisa digapai jika Partai Golkar kompak bersatu.

“Karena itu kita jadikanlah Munaslub sebagai sebuah momen untuk menunjukkan persatuan partai kita serta untuk menyiapkannya dalam merebut kejayaan di masa depan. Partai Golkar harus segera persiapkan diri menyongsong berbagai peristiwa penting di depan, seperti Pilkada di 2017 dan 2018 serta Pileg dan Pilpres pada 2019. Di dalam kondisi apapun konsolidasi organisasi mutlak dilakukan baik vertikal maupun horizontal, di kota dan terlebih lagi di kecamatan hingga di desa-desa. Hanya dengan cara ini lah, Partai Golkar akan mampu menjaga kiprahnya sebagai sebuah kekuatan politik yang disegani,” sebut Aburizal Bakrie dengan pidato yang cukup lugas dan tegas dalam penyampaiannya.

Aburizal Bakrie nyatanya tidak hanya seorang pengusaha yang berhasil. Pidato pembukaan Munaslub 2016 ini telah membuktikan bahwa Aburizal Bakrie memiliki kecerdasan intelektual dan emosional yang cakap. Dalam waktu kurang dari setengah jam atau 30 menit dengan diksi yang sangat efektif, Aburizal bakrie berhasil menyampaikan harapannya. Termasuk konsep reformasi sistem ketatanegaraan Indonesia. Ia yakin dengan konsep sistem ketatanegaraan Indonesia yang digagas oleh Partai Golkar akan membuat pemilihan dan kontestasi politik di Indonesia berjalan secara efisien dan efektif.

“Selain itu, di dalam konteks yang lebih besar, lewat Munaslub ini Partai Golkar akan menyuarakan pentingnya reformasi lebih lanjut dari sistem ketatanegaraan Indonesia. Dengan perubahan kelima dari sistem konstitusional kita yang nanti kami harapkan diputuskan dalam Munaslub dan ditugaskan kepada DPP, Partai Golkar ingin menyempurnakan konstitusi agar menjadi instrumen utama dari pencapaian tujuan besar dari bangsa Indonesia. Kita perlu menyesuaikan kembali agar batang tubuh konstitusi kita kembali selaras dengan semangat yang dikandung dalam mukadimah UUD 45 itu sendiri. Selain itu lewat Munaslub ini, Partai Golkar juga akan menegaskan bahwa sistem politik Indonesia perlu terus dibenahi, antara lain dengan mengubah satu sistem Pemilu menjadi sistem proporsional tertutup, atau yang sering disebut dalam akademis adalah sistem proporsional sempurna atau menjadi sistem distrik,” ujar pria kelahiran Jakarta 15 November 1946 itu.

Di samping semua itu dalam hal yang menyangkut kebijakan internal partai, lewat Munaslub ini Aburizal Bakrie mengatakan bahwa tidak akan ada perubahan mendasar terkait arah politik Partai Golkar selepas Jokowi-JK memenangkan Pemilu. Apalagi keputusan ini telah dicatat dalam Rapimnas pada waktu sebelumnya sebagai bahan rekomendasi DPP Partai Golkar.

Dengan keputusan Rapimnas dan diperkuat keputusan Munaslub Bali yang mendukung pemerintahan Jokowi-JK, maka siapapun nanti yang terpilih sebagai Ketua Umum Partai Golkar menggantikan Aburizal Bakrie, tidak lagi bisa merubah arah keputusan partai. Ia terikat dengan satu kesepakatan mendukung pemerintahan Jokowi-JK. Selain itu, masih dalam pidatonya, Aburizal Bakrie berjanji akan mengawal serta menuntaskan rekonsiliasi internal secara penuh dengan melakukan rehabilitasi terhadap kader-kader partai yang dipecat pada Munas sebelumnya.

Partai Golkar menyambut Munaslub ini dengan antusiasme dan harapan yang besar. Munaslub ini terselenggara berkat keikhlasan dan kebersyukuran semua pihak dalam menyikapi kemenangan serta kekalahan. Andai pihak yang menang terus mendesak, dan pihak yang kalah tidak bisa menerima, maka tidak akan ada cerita mengenai Munaslub Partai Golkar 2016 di Bali. Semua berdasar kerelaan, keikhlasan, tidak ada yang memaksa, tidak pula ada intervensi.

Konflik hukum dan dualisme kepemimpinan telah selesai dengan keputusan Mahkamah Agung yang memenangkan Munas Bali sebelumnya yang diselenggarakan oleh Aburizal Bakrie. Pemerintah juga sudah mengesahkan kepengurusan yang melegalkan pengurusan rekonsiliasi sampai dengan 2019 tanpa persyaratan apapun termasuk mengadakan Munas Luar Biasa. Artinya Aburizal Bakrie dengan sifat kenegarawanannya mengikhlaskan apa yang sudah ada dalam genggamannya agar kemaslahatan baru dalam Partai Golkar terbentuk. Jika ia menggunakan keputusan MA itu, bukan tak mungkin Partai Golkar akan tetap terbelah, entah akan seperti apa ujungnya saat itu.

“Jadi kalau sekadar ingin mempertahankan suatu kekuasaan kita tidak akan berada di sini pada malam ini. Namun saya ingin meminjam, kata-kata jawa. Saya lebih memilih Jeneng daripada Jumeneng. Artinya saya lebih memilih nama baik daripada kedudukan. Nama baik bukan untuk saya dan keluarga tapi untuk kemajuan dan kebesaran partai yang kita cintai ini,” sebut Aburizal Bakrie disambut tepuk tangan hadirin termasuk Presiden Jokowi dan Mantan Wakil Presiden yang saat itu masih berstatus sebagai Wapres, Jusuf Kalla.

Dalam kesempatan tersebut, Aburizal Bakrie memaparkan bahwa terwujudnya Munaslub 2016 ini sebagai bentuk teladan bagi kancah perpolitikan Indonesia. Ia ingin menunjukkan seterang-terangnya bahwa untuk Partai Golkar, semangat perdamaian serta tali persahabatan berada di atas segala-galanya.

Tentu, sebagai manusia biasa Aburizal Bakrie tak menolak bahwa godaan terhadap kekuasaan selalu ada dan bahkan teramat besar untuknya. Ada kalanya ingin memanfaatkan celah yang terbuka tanpa memperhatikan rambu-rambu kepantasan dan aturan organisasi. Tetapi pada akhirnya Aburizal Bakrie dan kita-kita semua akan tersadarkan kembali, menemukan kembali keseimbangan diri serta bertekad untuk merajut kembali tali persaudaraan abadi, serta menjadikan pohon beringin sebagai pohon rindang yang teduh, menaungi segala spektrum kepentingan yang ada dalam Partai Golkar.

Demikian pula di dalam Munaslub ini, Aburizal Bakrie menjelaskan bahwa penyelenggaraan Munaslub ini terjadi selain karena hasil dari kerelaan dan proses kontemplasi yang cukup panjang dari dirinya, ada indikasi dan fenomena yang ia tangkap dari dinamika politik di Partai Golkar, yakni kesiapan melakukan regenerasi kepemimpinan. Bahkan Aburizal Bakrie menjelaskan bahwa Partai Golkar melakukan regenerasi kepemimpinan tiga tahun lebih cepat daripada yang direncanakan sejak tahun 2009 yang lalu. Pada awalnya, ia merencanakan kepemimpinan di Partai Golkar selama 10 tahun atau selesai pada 2019. Tapi Aburizal Bakrie sadar, bahwa sekarang kita sudah siap dengan regenerasi kepemimpinan itu.

“Saya katakan tadi semula direncanakan pergantian kepemimpinan di 2019, namun kita memutuskan untuk tidak perlu menunggu lebih lama lagi. Lebih cepat lebih baik kata Pak Jusuf Kalla. Sehingga darah segar terus mengalir di partai kita dan pada akhirnya, kapal besar Partai Golkar akan berjalan dengan lebih baik lagi. Dengan semua itu Partai Golkar juga memberi contoh dan teladan kepada Indonesia dan kepada partai-partai lainnya,” ungkap putra pertama dari pasangan Achmad Bakrie dan Roosniah Nasution ini.

Dari persoalan regenerasi, Aburizal Bakrie lantas menyinggung bagaimana politisi-politisi yang terdidik di Partai Golkar sudah sangat lincah dalam berpolitik. Pernyataan satu ini dalam pidatonya jelas bermaksud menyinggung para politisi Partai Golkar yang berlawanan terhadapnya sewaktu Pilpres 2014. Tetapi penyampaian kalimat Aburizal Bakrie begitu menyenangkan hingga membuat mereka yang hadir tertawa mendengar ucapan Aburizal Bakrie.

“Partai kita adalah partai yang terbuka, demokratis dan sangat dinamis. Kita begitu memiliki banyak-banyak kader muda, yang sudah terlatih, sudah menjadi politisi piawai di bidang masing-masing. Mereka adalah pendekar-pendekar muda, mereka sudah menguasai ilmu pedang, mampu bermain di dalam irama politik Indonesia serta memiliki penciuman yang tajam terhadap bergesernya arah angin,” sebut pemilik Bakrie & Brothers itu.

Munaslub Partai Golkar 2016 boleh jadi merupakan pagelaran pertunjukkan politik terhebat sepanjang sejarah di Indonesia. Bagaimana tidak, Munaslub Partai Golkar 2016 tidak hanya bertajuk memilih Ketua Umum Partai Golkar terbaru, tetapi juga menunjukkan betul kepada publik bahwa partai ini berlandaskan demokrasi, ide serta gagasan sebagai pilar dari aktifitas kegiatan politiknya. Hal itu dibuktikan oleh Aburizal Bakrie dengan membuat pagelaran panggung politik secara inklusif yang bisa disaksikan rakyat banyak.

Caranya dengan membuat skema pemaparan visi misi serta debat politik antara para calon Ketua Umum Partai Golkar. Saat itu ada delapan figur yang maju sebagai calon Ketua Umum Partai Golkar, mereka adalah Ade Komaruddin, Setya Novanto, Airlangga Hartarto, Aziz Syamsuddin, Syahrul Yasin Limpo, Mahyuddin, Priyo Budi Santoso dan Indra Bambang Utoyo. Kedelapan figur tersebut kemudian menjalani pemaparan visi misi secara terbuka di tiga bagian daerah yang telah ditentukan oleh SC Munas, yakni Kota Medan yang mewakili wilayah Indonesia bagian barat, Kota Surabaya yang mewakili Indonesia bagian tengah, serta Bali yang mewakili Indonesia bagian timur.

Acara pemaparan visi misi dan debat politik antara para calon Ketua Umum Partai Golkar itu dipimpin oleh panelis-panelis profesional di bidangnya, selain itu acara juga disiarkan langsung oleh stasiun televisi nasional seperti TvOne, stasiun televisi yang masih berafiliasi dengan usaha Bakrie Group. Tentu gagasan seperti itu keluar dari kepala Aburizal Bakrie. Saat itu ia menganggap bahwa pasca konflik dualisme kepengurusan, elektabilitas Partai Golkar terjun bebas. Sebabnya karena internal tidak memiliki konsentrasi dalam menghadapi hajat politik.

Guna mengembalikan lagi elektabilitas Partai Golkar, Aburizal Bakrie pun memanfaatkan momentum Munaslub sebagai ajang show of force partai ke hadapan khalayak. Ia juga ingin menunjukkan bahwa Partai Golkar merupakan partai politik yang demokratis, inklusif dan siap melesat lagi di tengah dinamika politik yang pernah menerpa Partai Golkar. Konsep acara seperti itu pun berhasil, setidaknya ada ukuran rating yang disebut Aburizal Bakrie di hadapan Jokowi bahwa debat politik calon Ketua Umum Partai Golkar lebih bagus daripada rating sinetron.

“Kita telah mengikuti proses kampanye dan sosialisasi yang ditujukan kepada kader Indonesia bagian barat di Medan, tengah di Surabaya dan timur di Bali oleh para calon-calon ketua umum. Kemarin malam dan sebelumnya kita juga telah mengadakan debat kandidat yang terbuka dan disaksikan langsung oleh pemirsa seluruh tanah air. Saya bangga waktu menghadap Presiden Jokowi dan juga Pak Kalla, beliau berdua mengatakan juga menonton debat ini,” ungkap Aburizal Bakrie.

“Kita menyaksikan satu pertukaran gagasan dan adu visi yang terbuka di antara kandidat calon ketua umum mengenai berbagai tema penting seperti tema politik, hukum dan keamanan serta ekonomi, kesejahteraan rakyat dan pendidikan. Dengan bangga kita bisa berkata bahwa baru Partai Golkar yang melakukan hal semacam itu. Saya juga mengharapkan di masa mendatang kepada para peserta Munaslub, forum seperti ini harus kita jadikan tradisi dalam setiap pemilihan ketua umum Partai Golkar dan menjadi salah satu keputusan dari Munaslub ini. Tentu saja kita juga berharap bahwa partai-partai lainnya juga melakukan hal yang sama. Tapi tentu itu bukan kekuasaan dari Partai Golkar, hanya mengimbau,” sambung ayah dari tiga orang anak tersebut.

Tak lupa, Aburizal Bakrie turut menyampaikan apresiasi serta rasa terima kasihnya kepada seluruh kader Partai Golkar dan para calon Ketua Umum Partai Golkar yang telah mengikuti seluruh gelaran Munaslub dengan baik. Ical berpesan, persoalan kalah menang dalam kontestasi politik tentu adalah hal yang biasa. Karenanya, ia mengajak kepada pihak yang menang agar merangkul mereka yang kalah. Di atas sebuah kemenangan kontestasi politik, tentu ada keutuhan Partai Golkar yang tetap harus terjaga.

“Sehingga demokrasi Indonesia menjadi matang dan dinamis, kita tahu siapa yang akan memimpin kita. Kepada para kandidat yang akan berpartisipasi dalam debat tersebut, Pak Akom Ade Komarudin, Setya Novanto, Airlangga Hartarto, Mahyudin, Priyo Budi Santoso, Aziz Syamsuddin, Indra Bambang Utoyo, dan Syahrul Yasin Limpo dengan logatnya, dengan gaya jalannya masing-masing, cara bercakapnya masing-masing, saya menyampaikan apresiasi sedalam-dalamnya terhadap saudara-saudara semua. Tentu saja pada akhirnya akan ada yang kalah dan menang. Kepada kandidat yang kalah nanti, kita harapkan untuk berbesar hati, kepada kandidat yang menang, menang tanpa ngasorake. Merangkul untuk mengajak semua pihak bersatu kembali dan bersama-sama membesarkan partai yang kita cintai ini,” ujar Aburizal Bakrie masih dalam pidatonya.

Pengabdian pada partai adalah sebentuk pengabdian pada tanah air. Karena itu kepada nahkoda baru Partai Golkar nanti Aburizal Bakrie menyematkan harapan yang terbentang di depan untuk merebut kembali kejayaan partai. Dan lebih lagi daripada itu, ia ingin melihat, nahkoda baru Partai Golkar bisa menjadikan partai ini sebagai motor pendorong kemajuan bagi seluruh bangsa Indonesia dengan menampilkan ide-ide yang berguna bagi bangsa Indonesia.

Mengenai posisi Partai Golkar dalam hubungannya dengan pemerintahan Presiden Jokowi-JK, seperti yang dikatakan sebelumnya, Munaslub ini hanya tinggal mengesahkan berbagai keputusan formal yang sebelumnya sudah dibahas di forum Rapimnas. Sebagai kekuatan politik, Partai Golkar tidak lahir dalam poros oposisi. Doktrin Partai Golkar berbeda dengan doktrin partai lainnya.

Keahlian Partai Golkar menurut Aburizal Bakrie adalah pada pengelolaan terhadap kekuasaan, bukan pada perlawanan terhadap kekuasaan. Partai Golkar adalah partai karya kekaryaan, sebuah kekuatan yang konstruktif terutama dalam peningkatan kesejahteraan rakyat. Partai Golkar ahli dalam membangun, jagoan dalam berkarya, tetapi barangkali bakal menjadi rikuh dan kehilangan jati diri dalam bergerak sebagai kekuatan oposisi.

Karena itulah Partai Golkar mengambil satu sikap baru, melakukan reposisi demi pengabdian pada tujuan yang lebih besar yaitu kejayaan partai dan kemajuan Republik Indonesia. Partai Golkar memilih jalur pengabdian dengan melakukan kegiatan bersama kekuatan yang dipimpin Presiden Joko Widodo. Dengan begitu segenap potensi yang dimiliki Partai Golkar berkesempatan untuk berpartisipasi dalam lahirnya kebijakan-kebijakan progresif, termasuk membicarakan dan mendiskusikan sebelum kebijakan itu diluncurkan.

Semua itu tidak berarti bahwa Partai Golkar menjilat ludah sendiri, bahwa Partai Golkar menghamba pada kekuasaan. Sebab seperti yang sudah diketahui sebelumnya, Partai Golkar di bawah kepemimpinan Aburizal Bakrie sempat ngotot untuk tetap berada dalam barisan oposisi bersama KMP. Tetapi sikap itu perlahan luntur seiring dorongan dari internal Partai Golkar juga keharusan bersikap dalam kontribusi pembangunan peradaban bangsa Indonesia. Tujuan Partai Golkar adalah partisipasi yang lebih aktif dalam kemajuan Indonesia dan selebihnya hanyalah masalah taktis politik yang bersifat kontekstual.

Meski begitu, Aburizal Bakrie tidak hendak membuang kenangan persahabatan dengan KMP. Bagaimanapun juga keberadaan KMP dan Partai Golkar di dalamnya telah mewarnai sejarah perpolitikan bangsa Indonesia pasca reformasi. Ia pun berharap kepada teman-teman KMP dapat memahami sikap Partai Golkar yang berbalik menyatakan dukungannya kepada pemerintahan Jokowi-JK.

“Kepada sahabat-sahabat di KMP, harus saya tegaskan di sini bahwa tali perkawanan kita tidak mengendur sedikitpun. Kita semua berada dalam kubu kebangsaan, kubu merah putih, putera dan puteri bangsa Indonesia yang mengabdi demi kemajuan tanah air. Mimpi dan kerinduan kita sama, cita-cita kita pun tidak berbeda. Indonesia harus terus melangkah maju lewat tangan dan usaha kita bersama, apapun pemihakan politik kita masing-masing. Karena itu saya tidak ragu sedikitpun, tujuan tetap sama, arah kapal besar kita pun tetap sama, kita hanya berbelok sedikit, kita hanya berputar sedikit. Hanya dengan itulah Golkar dapat kembali ke marwahnya sebagai partai karya dan kekaryaan,” tutur Aburizal Bakrie.

Pada akhir, menjelang pidato Aburizal Bakrie ini berakhir, ia dengan padat menyampaikan pesan motivasi bagi segenap Partai Golkar. Satu setengah periode sudah cukup bagi seorang Aburizal Bakrie memimpin partai tertua di Indonesia ini. Berbagai macam prasasti prestasi telah terukir sejak ia memimpin partai ini. Tiada kepemimpinan tanpa keberhasilan. Secuil keberhasilan dalam kepemimpinan seseorang akan menjadi esensi berharga dalam setiap memori kepala orang-orang yang dipimpinnya. Seperti apa yang pernah disampaikan oleh Achmad Bakrie kepada dirinya, Aburizal Bakrie pun menyampaikan pesan serupa kepada para kader Partai Golkar. Pesan ini bermakna mendalam, mendorong segala upaya yang dimiliki Partai Golkar untuk dapat kembali merengkuh kejayaan.

“Izinkan saya untuk mengulang kembali ungkapan jenderal Omar Bradley, Put your course on the stars, not on the lights of every passing ships. Tetapkan tujuanmu berdasarkan pada bintang-bintang di langit, bukan pada cahaya kapal-kapal kecil yang datang dan pergi. Makna kata-kata inilah yang perlu kita renungkan bersama pada saat-saat penting seperti ini. Insya Allah setelah berbagai keputusan penting ditetapkan, setelah reposisi dilakukan, serta dengan nakhoda yang baru, layar Partai Golkar akan berkembang kembali, terbuka lebar, melaju kencang bersama angin buritan dan mencapai pelabuhan yang menjadi tujuan kita semua,” tegas Aburizal Bakrie dengan nada suara yang bergetar, menahan rasa emosional akan perpisahan yang tak mungkin lagi terpungkiri.

Aburizal Bakrie mengungkapkan bahwa seluruh pernyataannya dalam pidato malam itu merupakan yang terakhir disampaikan sebagai Ketua Umum DPP Partai Golkar. Sebuah untaian yang menyentuh hati peserta Munaslub diungkapkan olehnya, ‘Setiap Waktu Ada Orangnya, Setiap Orang Ada Waktunya. Tidak Ada Orang Yang Tidak Tergantikan’. Kata-kata ini membuat sebagian peserta menundukkan kepala, mereka meresapi apa yang sudah terjadi pada Partai Golkar selama beberapa waktu terakhir ini. Ambisi, ego sentris, rasa tak mau mengalah, membuat mereka lupa bahwa ada kepentingan yang lebih besar, yakni keutuhan Partai Golkar. Sebagian mata kader berkaca, dengan kata-kata perpisahan dari Aburizal Bakrie tersebut.

“Besok saya akan sampaikan laporan pertanggungjawaban, dan pidato pada malam hari ini adalah pidato politik saya yang terakhir sebagai ketua umum di hadapan saudara-saudara. Setiap waktu ada orangnya, setiap orang ada waktunya. Tidak ada orang yang tidak tergantikan. Dalam dunia politik barangkali kearifan hidup semacam itu bukanlah sesuatu yang mudah diterapkan. Tapi saya terus mengingatkan diri saya akan sebuah ungkapan jawa klasik. Wani Ngalah Luhur Wekasane, berani mengalah adalah cermin keluhuran budi. Saya juga mengingat ucapan Bung Karno, barang siapa yang melawan kehendak sejarah, pasti akan digilas dan digiling oleh perputaran sejarah itu sendiri,” tambahnya lagi.

Suasana ruang Munaslub semakin hening dan syahdu seiring Aburizal Bakrie mengakhiri penggalan-penggalan kalimat terakhirnya. Tampak wajah-wajah kader Partai Golkar yang mulai kembali menatap pandangan optimis setelah dua kekalahan di Pemilu 2014, baik di Pemilu legislatif ataupun Pemilu presiden. Kini tonggak kepemimpinan berganti, generasi yang dimaksud Aburizal Bakrie yang bakal menggantikan dirinya menjalankan kemudi kapal besar Partai Golkar.

Regenerasi kepemimpinan adalah sebuah keniscayaan sejarah, karena itu dalam hari-hari terakhir pengabdiannya bagi Partai Golkar di dalam kepengurusan, Aburizal Bakrie ingin memastikan bahwa regenerasi terjadi dengan baik dan menjadi sumber inspirasi bagi kader-kader Partai Golkar yang amat dicintainya ini. Setelah mengantarkan regenerasi, Aburizal Bakrie tentu akan surut ke belakang. Menjalankan peran berdasarkan prinsip, Tut Wuri Handayani, membimbing, menasehati, serta kalau diperlukan turut serta mengarahkan bersama ketua umum yang terpilih nanti.

Sebagai pribadi, ia tentu merasa bangga dan bersyukur telah memberikan pengabdian kepada Partai Golkar selama tujuh tahun ini. Aburizal Bakrie merasa bangga atas kepercayaan yang telah diberikan terhadapnya. “Dan saya bersyukur atas tali persahabatan kita yang telah terjalin selama ini. Kita telah berjuang bersama, kita telah berusaha besarkan partai yang kita cintai ini. Ada naik, ada turun, ada suka dan ada duka. Ada kecemasan, tetapi banyak pula harapan dan momen-momen yang tentu membesarkan hati,” untai Aburizal Bakrie membuat sebagian orang di dalam ruang forum Munaslub menundukkan kepala. Mereka meresapi apa yang terjadi selama ini.

Politik tetaplah menjadi politik, toh manusia adalah makhluk yang diberi perasaan oleh penciptanya. Sebagaimana pun kerasnya gesekan atau intrik politik yang terjadi antar kader, di dalam relung hati mereka, tentu merasakan betapa Aburizal Bakrie telah hadir dan memberi manfaat untuk membesarkan Partai Golkar dengan segala yang ia miliki. Tidak hanya harta, kepala dan jiwa pun diberikannya untuk partai ini.

“Dari Sabang sampai Merauke, saya telah bertemu dengan begitu banyak kader partai, siang malam, di gunung di laut, di kota di desa, selama tujuh tahun terakhir ini, saya telah bersalaman dan berusaha mengenali kondisi kehidupan kader-kader partai kita, menyiratkan kerinduan mereka, berusaha membantu sejauh yang saya bisa lakukan, betapapun terbatasnya saya sebagai manusia,” tutur Aburizal Bakrie.

Ia pun mengakui bahwa menjadi Ketua Umum Partai Golkar merupakan pengalaman hidup yang paling berharga untuknya selama ini. Meski memimpin perusahaan sebesar Bakrie & Brothers mendatangkan pundi-pundi yang tak terhitung jumlahnya dan memimpin Partai Golkar justru menguras dompetnya, level kebahagiaan untuk Aburizal Bakrie begitu berbeda. Melalui Partai Golkar Aburizal Bakrie merasa memiliki tempat untuk dapat mengabdi, memberikan manfaat untuk sesama dan berkontribusi lebih besar pada bangsa.

“Dalam perjalanan kehidupan, saya telah mengalami banyak hal. Tapi pengalaman dalam mengabdi dan memimpin Partai Golkar akan saya kenang sampai kapanpun. Dalam saat-saat terakhir seperti ini saya hanya bisa menyampaikan terimakasih, dari hati yang tulus kepada saudara semua. Saya telah berutang budi atas bantuan dan peran begitu banyak kawan dan sahabat. Semua prestasi yang ada dalam masa kepemimpinan saya adalah karya dan kerja kalian semua. Tentu ada banyak kekurangan dan kesalahan yang telah saya lakukan, untuk itu saya mohon maaf sebesar-besarnya. Dan berharap bahwa kekurangan dan kelemahan tersebut menjadi pelajaran bagi pemimpin berikutnya dalam membesarkan partai kita,” pungkas Aburizal Bakrie menyampaikan salam perpisahannya dan kenangan yang ia miliki selama pimpin Partai Golkar.

Dan pada akhirnya, sudah menjadi kebiasaan bagi Aburizal Bakrie menutup pidato dengan pantun. Berikut tiga pantun yang menjadi penutup pidato Aburizal Bakrie pada pembukaan Munaslub Partai Golkar 2016 di Bali.

Laju-laju perahu laju,
Ombak meninggi anginnya kencang,
Pandai-pandailah golkar melaju,
Hindari biduk terhempas karang,

Rebut suara cari dukungan,
Para kandidat bersaing visi,
Jangan menggunting dalam lipatan,
Jangan menohok kawan sendiri,

Solo makassar bersatu padu,
Tapi ombaknya naik dan turun,
Jokowi-JK terus bersatu,
Indonesia senang, rakyatnya rukun,

Seiring perjalanan, laporan pertanggungjawaban Aburizal Bakrie dalam forum Munaslub diterima sepenuhnya oleh seluruh DPD I dan DPD 2 yang menjadi utusan penuh atau pemilik suara Munaslub Partai Golkar 2016. Penerimaan laporan pertanggungjawaban tersebut menjadikan memori kepemimpinan Aburizal Bakrie di Partai Golkar berjalan dengan sangat baik. Dalam dua kepengurusan berikutnya di masa Setya Novanto yang terpilih di Munaslub Partai Golkar 2016 dan Airlangga Hartarto pada periode selanjutnya, Aburizal Bakrie konsisten dan berkomitmen penuh mendukung dengan menjabat sebagai Ketua Dewan Pembina DPP Partai Golkar.

Sumber:

  • Aburizal Bakrie, “Regenerasi Kepemimpinan dan Langit yang Terbuka”, (Pidato Politik Terakhir sebagai Ketua Umum di Munaslub Partai Golkar. Nusa Dua, Bali, 14 Oktober 2016)