Berita Golkar – Bagi sebagian orang, masa tua adalah masa yang bisa jadi penuh kebimbangan, sebagian lagi memanen kebahagiaan, dan untuk yang lainnya penantian akhir dalam penderitaan. Bagaimana dengan Aburizal Bakrie? Segalanya telah sempurna untuknya. Jerih payah yang ia lakukan sejak muda membesarkan perusahaan Bakrie & Brothers kini telah berbuah manis. Valuasi perusahaan itu bernilai triliunan rupiah kini dengan memiliki banyak anak perusahaan, mulai dari bidang media informasi, telekomunikasi, pertambangan, properti, perkebunan, manufaktur dan sektor lainnya.
Di surga sana, Achmad Bakrie pasti merasa bangga. Peninggalan dan amanahnya berhasil berkembang, jauh lebih besar dari apa yang mungkin diharapkannya. Perusahaan Bakrie & Brothers kini telah memberi manfaat pada ribuan orang di luar sana. Mulai dari jajaran direksi, pegawai di tingkat eksekutif, manajemen kelas menengah, pekerja teknis, office boy, cleaning service dan banyak lagi lingkaran rezeki yang telah diuar oleh kelompok usaha Bakrie & Brothers.
Aburizal Bakrie hanyalah puncak gunung es dari kebermanfaatan yang dibangun oleh Bakrie & Brothers, di bawah itu kesejahteraan para pegawai atas perputaran modal perusahaan patut dihitung sebagai sebuah keberhasilan. Seberapapun kontroversialnya sosok Aburizal Bakrie di mata publik, ia tetaplah orang yang patut diberikan ucapan terimakasih atas ribuan keluarga yang menggantungkan hidupnya dari Bakrie & Brothers.
Pengembangan bisnis Bakrie & Brothers atau Bakrie Group adalah hasil karya terbesar Aburizal Bakrie. Semangat serta spiritnya dalam berbisnis membuat Bakrie Group bisa menjadi konsorsium raksasa seperti sekarang. Achmad Bakrie mungkin adalah peletak batu di awal pondasi, tapi Aburizal Bakrie lah yang menyusun bebatuan, mengaduk semen dan pasir, mendesain bagaimana bentuk rumah, hingga sekarang Bakrie Group menjadi rumah paling nyaman bagi ribuan orang di luar sana.
Mereka bekerja dengan memahami filosofi dasar dari Bakrie Group yakni loyalitas. Tak heran di sekeliling Aburizal Bakrie, sangat jarang ditemui sosok muda nan fresh yang menemaninya. Pasti yang berada di sekelilingnya adalah orang-orang lama yang sudah sangat dipercayainya. Untuk urusan orang muda, Aburizal Bakrie selalu menempatkan mereka di tempat yang tepat. Biasanya orang muda dijadikan penggedor olehnya. Keberanian orang muda menjadi modal penting bagi Aburizal Bakrie untuk menjadikan mereka tenaga baru yang tidak takut dengan keadaan, berani berspekulasi, dan penerobos ulung. Kombinasi keberanian dan progresifitas orang muda ditambah nasehat bijak serta loyalitas orang-orang tua membuat Aburizal Bakrie lebih mudah mengendalikan situasi terutama dalam mengelola perusahaan.
Pun ketika dia memimpin Partai Golkar, dia menjalin persahabatan dengan Fahmi Idris, Akbar Tanjung, Jusuf Kalla sebagai golongan tua. Dan menempatkan nama Airlangga Hartarto, Ahmad Doli Kurnia, Nurul Arifin, Meutya Hafid, Supriansa, Aziz Syamsuddin di golongan muda. Kepiawaian menilai orang serta menempatkan mereka di posisi yang tepat jua yang membuat Aburizal Bakrie berhasil memimpin setiap organisasi, baik itu perusahaan maupun Partai Golkar.
Tidak banyak harapan yang ia semai di masa tuanya. Ia kini seperti sedang berada di atas awan-awan, melihat bentukan dunia yang sudah ia jamahi. Tiada lagi keinginannya, kecuali ingin membuat lebih banyak orang tersenyum bahagia karenanya. Kebutuhan akan kebahagiaan yang pernah hilang di masa mudanya karena begitu sibuk bekerja harus terganti di masa tuanya. Keluarga jadi yang utama bagi Aburizal Bakrie sekarang.
Memiliki banyak cucu, rumah tangga yang harmonis hingga masa tua, dan anak-anak yang rukun adalah keindahan usia senja Aburizal Bakrie. Dalam satu kesempatan, Aburizal Bakrie bahkan sempat terlihat mengajak berwisata cucu-cucunya yang masih kecil dan menggemaskan. Bukan luar negeri yang menjadi tujuan perjalanannya kali ini, tetapi ia mengajak para cucu berjalan-jalan ke daerah Kota Tua, Jakarta Utara.
Hal tersebut diketahui dari akun instagram pribadinya @aburizalbakrie.id, pria yang akrab disapa ARB ini terlihat menaiki KRL bersama lima cucunya dan sang istri, Ibu Tatty Murnitriati. Cukup unik memang, terlebih sebagai seorang begawan, Aburizal Bakrie tentu mampu untuk mengajak jalan-jalan cucu dan istrinya keluar negeri, berbelanja barang-barang mewah serta makan-makanan mahal ala restoran bintang lima. Tetapi, Aburizal Bakrie saat itu justru memilih Kota Tua dan menaiki transportasi publik seperti KRL untuk mencapai tujuannya.
“Hari ini saya bersama istri dan cucu, jalan-jalan ke Kota Tua. Kami ke sana dengan menggunakan KRL. Kami naik dari Stasiun Cikini yang dekat dari kediaman saya, dan turun di Stasiun Kota,” tulis Aburizal Bakrie di caption akun instagramnya @aburizalbakrie.id pada 13 November 2022.
Aburizal Bakrie memang dikenal sebagai politisi dan pengusaha yang humble, sederhana dan supel, meski ia memiliki kekayaan yang berlimpah, Aburizal Bakrie tidak ragu untuk berkumpul bersama masyarakat pada umumnya, makan makanan di warung pinggir jalan, dan menggunakan transportasi publik seperti yang diperlihatkannya hari ini. Bukan kali ini saja ia rela menaiki moda transportasi kereta api. Dalam beberapa kali agenda partai, Aburizal Bakrie juga seringkali tertangkap kamera bersama para kader Partai Golkar menaiki moda transportasi kereta api.
Alasan Aburizal Bakrie sederhana, dahulu saat sang ayah masih hidup dan dunia belum secanggih seperti sekarang, moda transportasi publik yang paling sering ia gunakan adalah kereta api. Menaiki kereta api seakan mengembalikan lagi ingatan serta kenangan masa kecilnya dahulu kala. Sepanjang perjalanan, Aburizal Bakrie juga suka sekali menatapi pemandangan yang tersaji dari balik jendela kereta api. Baginya menyaksikan kehidupan masyarakat dan pemandangan alam saat menaiki kereta api adalah keniscayaan paling realistis dalam kehidupannya.
Dahulu kereta api masih belum sebaik sekarang. Masih banyak para pedagang yang menjajakan dagangannya keluar masuk gerbong. Tak jarang juga orang-orang yang naik di atap kereta api jika bagian gerbong penuh. Jika dibandingkan dengan zaman dulu, moda transportasi satu ini sudah banyak kemajuan. Aburizal Bakrie turut mengakui ini dan memuji kualitas KRL di Jakarta yang nyaman ditumpangi bagi dirinya serta keluarganya. “KRL yang kami tumpangi, nyaman. Tidak padat, karena mungkin bukan di hari kerja. Karena kalau di hari kerja, KRL penuh, bahkan sulit untuk dapat tempat duduk. Itu yang saya baca di media,” tambah mantan Ketua Umum DPP Partai Golkar periode 2009-2014 tersebut.
Tidak membutuhkan waktu lama, berangkat dari Stasiun Cikini menuju pemberhentian Stasiun Kota Tua, kurang lebih 30 menit perjalanan ditempuh menggunakan KRL, Aburizal Bakrie dan keluarga tiba di Kota Tua. Tidak hanya menaiki kereta api yang mengisi relung kenangannya, bagi Aburizal Bakrie, Kota Tua juga memiliki memori yang indah di dalam kepalanya. Bagaimana tidak, daerah Kota Tua merupakan wilayah tempat Bakrie & Brothers, perusahaan sang ayah, Achmad Bakrie dirintis, tepatnya berada di Jalan Asemka.
“Tiba di Kota Tua, saya, istri dan cucu jalan-jalan keliling menikmati suasana. Saya teringat masa-masa dulu, saat kantor Bakrie, tempat ayah saya (Alm) Achmad Bakrie ngantor, berada di Jalan Asemka. Tidak jauh dari Kota Tua,” sebut Aburizal Bakrie.
Di sela perjalanannya mencoba mengingat segala hal mengenai memori masa kecil hingga beranjak remaja. Zaman sang ayah masih berkantor di Jl. Asemka, Kota Tua tentu tidak sepadat sekarang, tetapi masih ada beberapa gedung perkantoran yang arsitekturnya tidak mengalami perubahan sejak dulu sampai hari ini ia kembali lagi kawasan tersebut.
Aburizal Bakrie pun cukup akrab dengan daerah ini. Sembari berjalan-jalan menyusuri Kota Tua, ia sesekali bercerita kepada cucu-cucunya mengenai perjalanan ayahandanya, Achmad Bakrie sewaktu merintis usaha. Tak lupa dalam setiap kesempatan, Aburizal Bakrie menyelipkan falsafah-falsafah kehidupan kepada para cucunya. Meski masih kecil mereka pasti sudah bisa memahami bagaimana nilai kehidupan berjalan. Aburizal Bakrie pun percaya, bahwa masa kecil lah usia yang paling tepat bagi orang tua untuk membangun fundamental nilai kehidupan pada anak.
Tentang Kota Tua, Aburizal Bakrie mencoba menelaah perjalanan zaman. Segalanya sudah tak lagi sama dibanding masa dahulu, karena perubahan itu pasti, antara dunia yang berubah atau kita yang berubah. “Tentu dibanding zaman itu, telah banyak perubahan. Tapi saya masih ingat gedung-gedung di sekitar Kota Tua yang masih sama. Ada Gedung Bank Indonesia, BNI, Museum Fatahillah dan beberapa gedung yang artistik dan struktur bergaya China dan Eropa,” tulisnya lagi.
Seperti kebiasaannya, Aburizal Bakrie selalu bisa mengambil hikmah dari perjalanan. Kali ini menyelipkan sedikit pesan terkait dengan kebahagiaan. Mungkin banyak orang menilai bahwa bahagia sangat erat kaitannya dengan materi. Nyatanya tidak selalu seperti itu, dengan ongkos dan biaya berlibur yang tidak mahal menggunakan KRL dan tujuan plesiran ke Kota Tua, Aburizal Bakrie dan Ibu Tatty Murnitriati beserta kelima cucunya bisa tertawa, tersenyum dan bahagia bersama di akhir pekan.
“Tadi saya menceritakan sejarah Kota Tua, gedung-gedungnya kepada cucu saya. Mereka senang nan gembira. Bahagia, pasti. Apalagi ditemani istri dan cucu. Jadi bahagia itu, bukan karena materi. Semuanya datang dari hati kita sendiri. Bisa menikmati apa yang kita lihat dan rasakan,” begitu Aburizal Bakrie menuliskan kisahnya berlibur bersama istri dan cucu ke kawasan Kota Tua.
Jelas perjalanannya menggunakan KRL saat itu bukanlah sebuah pencitraan politik. Ia sudah tidak lagi membutuhkan pencitraan. Karena tidak memiliki kepentingan apapun atas citranya. Kehidupan di senja kala usianya ini adalah surga baginya. Aburizal Bakrie bisa menjadi diri sendiri tanpa bisa didikte oleh apapun dan siapapun. Hal itu pula yang mendorong kebijaksanaannya di hadapan Ardi Bakrie anaknya dan Nia Ramadhani menantunya sewaktu keduanya terjerat kasus penggunaan obat-obatan terlarang.
Kebahagiaan untuk keluarga sudah dipenuhinya, ke depan di sisa usianya, masih banyak kebahagiaan-kebahagiaan lain tentunya yang ia ingin lakukan bersama istri, anak-anak dan cucunya. Di lingkungan sosialnya, Aburizal Bakrie juga sudah banyak menebarkan kebahagiaan dan kebanggaan. Tak kurang dari 6 penghargaan resmi nasional dan internasional telah tersemat pada namanya sejak ia lahir hingga kini.
Penghargaan untuk Aburizal Bakrie antara lain, “The Outstanding Young People of the World” dari the Junior Chamber of Commerce” yang diberikan pada tahun 1986. Lalu di tahun 1995 Aburizal Bakrie mendapatkan penghargaan “Businessman of the Year” dari Harian Republika. Pada tahun 1997 ia kembali mendapatkan penghargaan “ASEAN Business Person of the Year” dari the ASEAN Business Forum.
Dari negara saat ia menjabat sebagai menteri di pemerintahan SBY, Aburizal Bakrie juga sempat mendapatkan penghargaan. Salah satunya adalah penghargaan “Bintang Mahaputra Adipradana” dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Bintang Mahaputra Adipradana adalah kelas kedua dari tanda kehormatan Bintang Mahaputera. Sebagai kelas kedua dari Bintang Mahaputera, bintang ini diberikan kepada mereka yang secara luar biasa menjaga keutuhan, kelangsungan, dan kejayaan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Selain itu, di tahun 2012 Aburizal Bakrie juga mendapatkan penghargaan “Nugraha Karya” dari KADIN karena dianggap berhasil membesarkan nama organisasi selama masa kepemimpinannya. Dan terakhir di tahun 2014 Aburizal Bakrie mendapatkan penghargaan “Tokoh Lampung bidang Ekonomi” dari Pemerintah Provinsi Lampung.
Penghargaan-penghargaan tersebut membuat nama Aburizal Bakrie tak akan lekang ditelan zaman. Namanya abadi dalam peraduan sejarah bangsa Indonesia, sebagai tokoh pribumi yang berhasil melawan paradigma kesuksesan usaha hanya bisa dimiliki oleh para pendatang dari negeri seberang. Ia sekaligus memantapkan namanya yang akan harum selepas sejarah melukiskan nama-nama baru dalam peradaban.
Selain penghargaan yang tersemat pada diri Aburizal Bakrie, ia juga memiliki cara tersendiri dalam menghargai apa yang telah orang lain berikan, bukan untuknya, tetapi untuk nusa raya Indonesia. Terlebih hingga detik ini Aburizal Bakrie masih memegang erat betul amanah sang ayah, Achmad Bakrie bahwa, “Setiap rupiah yang dihasilkan Bakrie harus bermanfaat bagi orang banyak.”
Oleh karenanya, pernyataan tersebut menjadi inspirasi awal bagi Aburizal Bakrie yang membuat beliau akhirnya menyetujui inisiasi dan bekerjasama dengan FINS (Freedom Institute) untuk menyelenggarakan pemberian penghargaan yang belakangan dinamakan sebagai Penghargaan Achmad Bakrie.
Aburizal Bakrie pada awalnya berpikir mengenai apa yang bisa ia berikan untuk mengaktivasi lebih banyak giat sosial yang bermanfaat untuk masyarakat? Tidak mungkin ia terus menerus menggelontorkan dana untuk orang per orang atau komunitas untuk meningkatkan nilai kebermanfaatan bagi mereka. Karenanya, Aburizal Bakrie mencoba memberikan wadah bagi mereka yang memiliki gagasan serta bermanfaat bagi negara. Salah satunya adalah dengan mengadakan gelaran penghargaan Achmad Bakrie.
Dimulai sejak tahun 2003, Penghargaan Achmad Bakrie telah banyak memberi penghargaan kepada para Anak Bangsa yang memiliki kontribusi besar dan berjasa bagi Indonesia di berbagai bidang. Dimulai dari penghargaan di bidang pemikiran sosial dan kesusastraan pada tahun 2003, penghargaan bagi ilmuwan muda berprestasi pada tahun 2010, penghargaan di bidang kebudayaan popular alternatif. Lalu teknologi dan kewirausahaan pada tahun 2017, serta jurnalisme dan sastra populer di tahun 2019 dan bidang-bidang lainnya hingga saat ini dengan tetap mengikuti perkembangan jaman.
Awalnya penghargaan ini hanya diberikan kepada mereka, Warga Negara Indonesia yang masih hidup. Namun di tahun 2022 ini juga tersemat satu penghargaan bagi seorang Warga Negara Asing atas kontribusi dan jasanya yang berperan penting bagi kemajuan Indonesia. Sejak tahun 2014, keluarga Bakrie akhirnya menetapkan diri untuk menyelenggarakan PAB secara mandiri, namun dengan tetap melibatkan Eksponen FINS. Sejak tahun 2014 itulah secara resmi PAB diselenggarakan oleh Yayasan Achmad Bakrie bekerja sama dengan Freedom Institute dan VIVA Group.
Untuk memfasilitasi proses penjurian, ditetapkan Komite PAB. Ada pun untuk melaksanakan penjurian itu sendiri ditetapkan suatu Dewan Juri yang independen, terdiri atas eksponen berbagai institusi perguruan tinggi, lembaga penelitian, lembaga pengkajian, organisasi atau asosiasi profesi, jurnalis profesi, lembaga non pemerintah dan sebagainya. Semua nama Dewan Juri dirahasiakan. Komite PAB turut hadir dalam sidang-sidang, memberikan pendapat dan masukan, namun tidak memiliki suara untuk menentukan keputusan, termasuk bila terpaksa dilakukan pengambilan suara (voting).
Sudah banyak tokoh dari berbagai bidang yang tercantum sebagai penerima penghargaan Achmad Bakrie ini, seperti Nurcholish Madjid yang terima penghargaan bidang Pemikiran Sosial di tahun 2004, Sapardi Djoko Damono bidang kesusastraan pada 2003, Goenawan Muhammad bidang kesusastraan pada 2004, Arief Budiman untuk bidang pemikiran sosial pada tahun 2006, Rendra untuk bidang kesusastraan di tahun 2006, Azyumardi Azra bidang Pemikiran sosial di tahun 2015 dan masih banyak lagi tokoh-tokoh lainnya yang diganjar penghargaan Achmad Bakrie atas jasa serta kiprah mereka pada bidang yang digelutinya.
Penghargaan Achmad Bakrie belakangan menjadi indikator nasional tentang pengakuan ketokohan dan produk sosial yang bermanfaat bagi Indonesia. Setiap tahunnya, penghargaan ini selalu dinantikan oleh khalayak ramai di Indonesia. Publik ingin tahu, tokoh nasional mana yang pantas mendapat acungan jempol serta apresiasi sosial dari mereka. Atas bergengsinya penghargaan Achmad Bakrie ini, aktivasi sosial dan karya-karya entah itu kesusastraan dan lainnya semakin menggeliat di bumi pertiwi. Sekali lagi, Aburizal Bakrie berhasil memberikan sumbangsihnya terhadap kemajuan peradaban Indonesia.
Selain pemberian penghargaan, untuk menjalankan amanah sang ayah, Achmad Bakrie kalau perusahaan haruslah bermanfaat bagi banyak orang, Aburizal Bakrie Bakrie juga sempat membentuk sebuah lembaga yang dimaksudkan sebagai sarana amal atau filantropi keluarga. Jadi keuntungan perusahaan, Corporate Social Responsibility (CSR) untuk masyarakat dan lainnya bisa tersalur melalui satu pintu lembaga ini. Pada tanggal 17 Agustus 2007, bertepatan dengan peringatan kemerdekaan Indonesia, sebuah lembaga sosial didirikan oleh Bakrie Group.
Lembaga tersebut diberi nama, Yayasan Bakrie Untuk Negeri. Pendirian yayasan ini dimaksudkan sebagai wadah untuk menaungi kegiatan filantropi keluarga dan kelompok usaha Bakrie. Visi yayasan ini adalah untuk meningkatkan kualitas hidup dan martabat manusia Indonesia, sementara misinya adalah untuk meningkatkan kualitas ekonomi rakyat, memperbaiki kualitas lingkungan hidup dan melestarikan nilai luhur budaya nasional, serta meningkatkan kualitas sosial masyarakat.
“Bakrie Untuk Negeri” tidak muncul dengan sendirinya, dalam gagasan tunggal di kepala Aburizal Bakrie atau ide orang per orang. Pertama kali, istilah “Bakrie Untuk Negeri” disampaikan oleh Anindya N. Bakrie dalam acara temu forum CSR Bakrie, pada Maret 2006. Awalnya “Bakrie Untuk Negeri” hanya berlaku sebagai tagline dari aktivitas sosial di kelompok usaha Bakrie, meliputi perusahaan melalui program CSR dan aktivitas sosial keluarga dalam hal ini yayasan-yayasan yang didirikan keluarga Bakrie.
Aktivitas sosial Kelompok Bakrie yang dilakukan perusahaan sebenarnya sudah intensif dilaksanakan semenjak Bakrie memulai usahanya tahun 1942. Dengan diresmikannya “Bakrie Untuk Negeri,” pada tanggal 17 Agustus 2007, maka segala aktivitas sosial di Keluarga Besar Bakrie menggunakan payung dan penamaan (brand name) yang sama yaitu “Bakrie Untuk Negeri.”
“Bakrie Untuk Negeri” juga merupakan semangat yang menjiwai komitmen Kelompok Bakrie dalam menjalankan aktivitas dan usahanya memberikan kontribusi konkret bagi pembangunan kemanusiaan, lingkungan dan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Semangat dan Komitmen tersebut merupakan kristalisasi dari falsafah yang dikembangkan ‘Sesepuh’ Keluarga dan Pendiri Kelompok Usaha Bakrie, H. Achmad Bakrie.
Pada ulang tahun Bakrie & Brothers ke-69, tahun 2010, filosofi Bakrie Untuk Negeri ini dikukuhkan dalam sebuah dokumen yang dinamakan PIAGAM BAKRIE dan ditandatangani oleh generasi ke-2 Bakrie. Filosofi Bakrie Untuk negeri dikembangkan dalam nilai-nilai inti (core value) Kelompok Bakrie, yaitu Keindonesiaan, Kemanfaatan dan Kebersamaan. Tiga nilai inti ini dirumuskan sebagai Trimatra Bakrie yang merupakan nilai-nilai luhur yang dikembangkan oleh para pendiri Kelompok Usaha Bakrie. Trimatra Bakrie inilah yang akhirnya mendasari “Gerakan Bakrie Untuk Negeri” termasuk bagi perusahaan-perusahaan dan yayasan-yayasan yang berada di lingkungan Kelompok Bakrie. Selain sebagai gerakan, “Bakrie Untuk Negeri” juga merupakan payung, brand name, komitmen dan falsafah.
Dalam praktiknya, Bakrie Untuk Negeri telah berkontribusi dalam pengembangan serta mewujudkan mimpi ribuan anak Indonesia dalam dunia pendidikan sebagai program unggulannya. Dengan mengusung program Cerdas Untuk Negeri, Bakrie Group telah mengadakan ribuan beasiswa pendidikan bagi mereka anak tidak mampu setingkat sekolah dasar, menengah hingga bangku perkuliahan. Ada pula program pengembangan sarana dan prasarana pendidikan, gerakan sejuta buku dan program lainnya di bidang pendidikan.
Tidak hanya bergerak di bidang pendidikan, Bakrie Untuk Negeri memiliki program lain seperti Sehat Untuk Negeri, Kemitraan Untuk Negeri, Hijau Untuk Negeri, Peduli Untuk Negeri, Budaya Untuk Negeri, Olahraga untuk Negeri dan Tanggap Untuk Negeri. Masing-masing program dikhususkan bagi pengembangan serta penguatan sektor di bidang tersebut. Semisal Kemitraan Untuk Negeri adalah program yang diselenggarakan Bakrie Group dalam upaya mendukung kelompok usaha kecil dan menengah, lalu ada pula Hijau Untuk Negeri yang dikhususkan bagi pengembangan program bantuan untuk bidang lingkungan.
Setelah semua aktivitas sosial dan amanah sang ayah terkait kebermanfaatan dirasa sudah cukup ideal pilar-pilarnya, mulai dari pemberian penghargaan sampai filantropi bantuan kemanusiaan yang disebar ke berbagai sektor kehidupan, tidak lengkap rasanya bagi Aburizal Bakrie jika tak memperhatikan faktor ilahiah. Seberapapun orang menganggap bahwa Aburizal Bakrie adalah sosok yang cerdas dan berada di balik kesuksesan Bakrie Group, segalanya akan menjadi percuma jika Allah SWT, Tuhan semesta alam tidak merestui.
Terlebih Achmad Bakrie merupakan penganut Islam yang taat, begitupun dengan Aburizal Bakrie. Ajaran agama yang tak lepas dari pendidikan keluarga membuat nilai-nilai keIslaman lekat dengan keluarga Bakrie. Kelak dalam satu waktu, Achmad Bakrie ingin pundi-pundi kekayaannya tidak hanya bermanfaat bagi manusia Indonesia secara umum, tetapi secara khusus Achmad Bakrie ingin apa yang diperolehnya sebagai ladang pengabdian dan ibadah bagi Allah SWT. Karena apalah arti kehidupan apabila segala telah dimiliki tetapi justru ingkar terhadap sang pencipta.
Oleh karenanya pada 30 Agustus 2019, ketika Bakrie Group sudah berada di puncak kejayaannya, Aburizal Bakrie membangun beberapa masjid yang dinisbahkan untuk sang ayah sebagai pemenuhan harapannya dahulu. Pada tanggal tersebut, terbangunlah dengan megah Masjid Agung H. Achmad Bakrie, di Jalan Lintas Sumatera, Desa Sidomukti, Kecamatan Kisaran Barat, Kabupaten Asahan, Sumatera Utara.
Masjid dengan 3 lantai ini berdiri di atas tanah seluas 5,2 hektar milik PT Bakrie Sumatera Plantations, yang sudah diwakafkan untuk pembangunan masjid. Masjid megah tersebut sekaligus merupakan bentuk penghormatan kepada almarhum H. Achmad Bakrie, ayah Aburizal Bakrie. Peresmian masjid terbesar di Kabupaten Asahan ini dihadiri ribuan umat Islam. Mereka pun merasa bersyukur atas keberadaan masjid ini, khususnya masyarakat Kisaran Barat. Kampung mereka menjadi lebih semarak dengan keberadaan masjid ini. Hingga sekarang Masjid Agung H. Achmad Bakrie menjadi pusat kegiatan ibadah dan dakwah umat Islam di Kisaran dan sekitarnya.
Dalam peresmian tersebut Aburizal Bakrie mengungkapkan, pembangunan masjid besar ini, tidak lepas dari perjuangan dan kerja keras yang dilakukan mantan Bupati Asahan, almarhum Taufan Gama Simatupang. Selain itu, nama H. Achmad Bakrie yang tersemat pada nama masjid menjadi pembawa pesan berharga bagi umat agar selalu mengingat serta mendoakan seorang Achmad Bakrie, peletak awal kesuksesan Bakrie Group. Tanpa Achmad Bakrie, tentu pembangunan masjid megah ini adalah sebuah keniscayaan. Ia kemudian meminta kepada seluruh masyarakat Kabupaten Asahan dan umat Islam untuk memakmurkan masjid ini. “Apa yang kita cita-citakan 2011, sudah tercapai. Ini adalah sebuah kerja keras Taufan Gama dan Pemkab Asahan,” ujar Aburizal Bakrie dalam sambutannya saat prosesi peresmian Masjid H. Achmad Bakrie.
Mantan Ketua Umum Partai Golkar itu menyebutkan, untuk pembangunan sudah dilaksanakan 100 persen, dengan dilengkapi beberapa fasilitas umum untuk menunjang kegiatan keagamaan di masjid ini. Aburizal Bakrie meminta kepada seluruh masyarakat untuk menjaga dan memelihara masjid agar tetap suci dan bersih. “Kita sudah membangun masjid ini, 100 persen. Mendirikan masjid relatif mudah. Ada sulit diselesaikan, tapi yang sulit itu memelihara masjid,” ujar Aburizal.
Kini lengkaplah sudah peninggalan-peninggalan, artefak kehidupan yang menjadi catatan sejarah kelak di kemudian hari, tentang bagaimana perjalanan leluhur memberi pondasi kesuksesan, generasi kedua yang mati-matian mempertahankan hingga mengembangkan, dan kini bola itu berada di tangan generasi ketiga.
Masa tua Aburizal Bakrie tentu bergelimang tidak hanya harta, tetapi juga kebahagiaan. Ia bisa melihat anak cucunya tumbuh besar dengan senyum yang selalu tersungging di bibir mereka, masih pula bisa melihat seorang istri jelita yang setia menemaninya di masa sulit dan bahagia. Urusan keluarga, menjalankan amanah ayah sudah usai bagi Aburizal Bakrie. Memberikan yang terbaik bagi masyarakat juga sudah ia jalankan sebisa dan seikhlas mungkin. Di usia senjanya kini, sudah saatnya kita yang melihat senyum cerah di wajah Aburizal Bakrie, berkat kerja kerasnya lah sejarah telah termaktub, di dalam prasasti keabadian sejarah bangsa Indonesia. Seorang pribumi yang berhasil membuat pencapaian-pencapaian luar biasa, prestasi yang gemilang dan contoh teladan pengabdian yang penuh keikhlasan. Atas segala rasa syukur kepada Allah SWT, Tuhan semesta alam, Aburizal Bakrie, berbahagialah!
Sumber:
- Bakrie & Brothers, “Filosofi & Nilai Perusahaan”, (https://bakrie-brothers.com/id/discover-bakrie/vision-and-mission/, diakses pada April 2023)
- NN, “Setiap rupiah yang dihasilkan Bakrie harus bermanfaat bagi orang banyak”, (https://penghargaanachmadbakrie.com/tentang-pab/, diakses pada April 2023)
- Bakrie & Brothers, “Bakrie Untuk Negeri”, (https://bakrie-brothers.com/id/untuk-negeri/social-organization/, diakses pada April 2023)
- NN, “Peresmian Masjid Agung H. Achmad Bakrie Kisaran Sarat Pesan dan Harapan”, (https://portal.asahankab.go.id/2019/08/30/peresmian-masjid-agung-h-achmad-bakrie-kisaran-sarat-pesan-dan-harapan/, diakses pada April 2023)
- Lis Yuliawati, B.S. Putra, “Aburizal Bakrie Resmikan Masjid Agung Achmad Bakrie di Asahan”, (https://www.viva.co.id/berita/nasional/1231256-aburizal-bakrie-resmikan-masjid-agung-achmad-bakrie-di-asahan, diakses pada April 2023)