Berita Golkar – “Dengan mengucap bismillahirrahmanirrahim, kita tetapkan pak Setya Novanto sebagai Ketua Umum Partai Golkar,” ujar Ketua Sidang Munaslub Nurdin Halid di arena Munaslub di Nusa Dua Bali, pada 17 Mei 2016. Seiring dengan ditetapkannya Setya Novanto, maka purna sudah tugas Aburizal Bakrie sebagai Ketua Umum DPP Partai Golkar. Lika-liku konflik, lelahnya perdebatan, dan silang sengketa kekuasaan berakhir dengan tiga kali ketukan palu pimpinan sidang di malam itu.
Pihak-pihak yang sebelumnya berbeda pendapat tentang Munas mana yang benar mulai saling berangkulan. Mereka bersalaman dalam simpul senyum yang membahagiakan. Ini kesekian kalinya konflik internal Partai Golkar bisa dituntaskan tanpa merugikan pihak manapun. Aburizal Bakrie sebagai Ketua Umum DPP Partai Golkar pun menyunggingkan simpul senyum terbaiknya. Ia berhasil membawa kapal besar Partai Golkar berlabuh di tempat tujuannya tanpa satu orang penumpang pun yang tertinggal.
Mengenai kemenangan Setya Novanto, dalam penghitungan suara ia unggul cukup mutlak atas calon lainnya. Perolehan suara delapan bakal calon Ketua Umum yakni sebagai berikut, Ade Komarudin 173 suara; Setya Novanto 277 suara; Airlangga Hartarto 14 suara; Mahyudin 2 suara; Priyo Budi Santoso 1 suara; Aziz Syamsuddin 48 suara; Indra Bambang Utoyo satu suara; Syahrul Yasin Limpo 27 suara dan suara tidak sah berjumlah 11, sehingga total suara 554.
Dari hasil tersebut sejatinya Ade dan Novanto masih harus menjalani pemilihan tahap kedua karena keduanya memenuhi perolehan suara 30 persen. Namun, Ade memilih mundur. Alhasil Setya Novanto yang sebelumnya menjadi Bendahara Umum DPP Partai Golkar era Aburizal Bakrie kini memimpin partai berlambang beringin ini.
Melewati zaman peralihan dari satu ketua umum, ke ketua umum lain, Aburizal Bakrie merasakan benar bagaimana ombak demi ombak menerpa Partai Golkar. Ujian nyatanya tidak berakhir ketika ia melepaskan diri dari jabatan ketua umum. Munaslub Partai Golkar 2016 yang membuahkan hasil Setya Novanto sebagai Ketua Umum DPP Partai Golkar membuat kestabilan politik tercipta di internal DPP Partai Golkar.
Keterpilihan Setya Novanto pun menyisakan tendensi terhadap Aburizal Bakrie. Kedekatan pribadi antara Aburizal Bakrie dan Setya Novanto lah yang memunculkan isu tersebut. Bahkan banyak yang menyebut kalau Setya Novanto berhasil menduduki jabatan Ketua Umum DPP Partai Golkar berkat lampu hijau yang diberikan oleh Aburizal Bakrie.
Ada beberapa indikasi mengenai hal ini, salah satunya adalah mundurnya Sekjen Idrus Marham dari pencalonan Ketua Umum Partai Golkar dan menyatakan dukungan secara terbuka kepada Setya Novanto. Tak hanya itu, setelah Setya Novanto dikukuhkan sebagai Ketua Umum Partai Golkar, Idrus Marham ditempatkan sebagai Sekretaris Jenderal olehnya, posisi yang sama saat Partai Golkar berada di bawah komando Aburizal Bakrie.
Bukan hanya Idrus Marham, Robert Joppy Kardinal yang merupakan orang dekat Aburizal Bakrie turut pula ditempatkan sebagai Bendahara Umum, ditambah figur Nurdin Halid sebagai Ketua Harian DPP Partai Golkar. Ketiga sosok tersebut merupakan orang yang cukup dipercaya Aburizal Bakrie di Partai Golkar, terlebih Idrus Marham sebagai Sekjen. Hingga posisinya cukup strategis dalam pengambilan kebijakan partai.
Kepengurusan DPP Partai Golkar masa Setya Novanto pun sangat lekat dengan rasa Aburizal Bakrie. Terlebih, setelah Aburizal Bakrie mendapat tempat sebagai Ketua Dewan Pembina DPP Partai Golkar. Alhasil Aburizal Bakrie pun sempat menjadi bulan-bulanan media massa saat itu yang menyebut bahwa Munaslub Partai Golkar di tahun 2016 adalah hasil karya yang sudah direncanakannya.
Nyatanya tidak, dalam beberapa hal setelah Setya Novanto memimpin Partai Golkar, keduanya seringkali berseberangan. Seperti saat teguran tertulis yang dilayangkan oleh Setya Novanto sebagai Ketua Umum DPP Partai Golkar kepada Aburizal Bakrie. Teguran itu dilayangkan melalui surat DPP Partai Golkar dengan nomor B-34/Golkar/XI/2016 tertanggal 9 November 2016.
Dalam surat tersebut, Novanto mempermasalahkan pernyataan pers Aburizal Bakrie dan jajaran Dewan Pembina Partai Golkar lainnya pada 8 November. Saat itu, Aburizal Bakrie membuat pernyataan sikap mengenai aksi unjuk rasa pada 4 November yang menuntut proses hukum kasus dugaan penistaan agama oleh terlapor calon gubernur petahana DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.
Sementara itu kala Dewan Pembina DPP Partai Golkar sudah menyatakan sikap, justru DPP Partai Golkar masih belum menentukan sikapnya. Karena itu Setya Novanto melayangkan teguran kepada Dewan Pembina DPP Partai Golkar. Hal ini bisa mengindikasikan bahwa pemberitaan media tidak terlalu benar terhadap apa yang dituduhkan kepada Aburizal Bakrie. Surat teguran itu sekaligus menegaskan bahwa hubungan Setya Novanto dan Aburizal Bakrie tidak sedekat itu.
Aburizal Bakrie dibutuhkan oleh Setya Novanto sebagai Ketua Dewan Pembina DPP Partai Golkar murni karena kapasitasnya selama ini yang dianggap berhasil memimpin Partai Golkar, bukan karena kedekatan pribadi. Toh bukan semata pribadi Setya Novanto yang memilih Aburizal Bakrie sebagai Ketua Dewan Pembina, tetapi forum Munaslub Partai Golkar 2016.
Pertimbangan kapasitas itu juga yang akhirnya menjadikan Aburizal Bakrie kokoh pada posisinya sebagai Ketua Dewan Pembina DPP Partai Golkar di saat Airlangga Hartarto menjabat sebagai Ketua Umum.
Berbeda dengan saat Setya Novanto menjabat Ketua Umum, di masa kepemimpinan Airlangga Hartarto, Aburizal Bakrie terlihat lebih dinamis dalam mengemukakan pendapat dan melaksanakan fungsinya sebagai Ketua Dewan Pembina. Aburizal Bakrie seringkali melaksanakan pertemuan rutin dengan Airlangga Hartarto untuk menyampaikan apa saja rekomendasi Dewan Pembina DPP Partai Golkar.
Ini adalah momentum bagi Aburizal Bakrie untuk bisa memberikan sepenuhnya pemikiran bagi Partai Golkar di masa kepemimpinan Airlangga Hartarto. Airlangga Hartarto pun terbuka dengan segala hal yang disampaikan oleh Aburizal Bakrie terhadapnya. Bagi Aburizal Bakrie kini, urusan politik adalah yang kesekian untuknya, sekarang kepentingan Partai Golkar ada di atas segalanya. Bagi Aburizal Bakrie, keinginan melihat Partai Golkar kembali memenangkan Pemilu dan berjaya merupakan harapan terakhirnya. Kecintaan terhadap Partai Golkar menjadi agenda kehidupan Aburizal Bakrie pada babak selanjutnya.
Keakraban Aburizal Bakrie dan Airlangga Hartarto pun ditunjukkan ketika sebagian pihak yang mencoba mendiskreditkan Airlangga Hartarto sebagai calon presiden dari Partai Golkar. Elektabilitas yang tidak cukup tinggi bagi Airlangga Hartarto membuat pencapresannya dipandang sebelah mata oleh sebagian pihak termasuk internal Partai Golkar sendiri. Aburizal Bakrie tidak tinggal diam dalam posisi ini. Ia melihat bahwa Pencapresan Airlangga Hartarto adalah sebuah hal yang harus diperjuangkan oleh segenap unsur Partai Golkar. Mantan Ketua Umum Partai Golkar itu bahkan menegaskan, ia siap pasang badan menghadapi kalangan internal partai dan eksternal yang mengganggu pencalonan Airlangga Hartarto sebagai presiden.
“Saya akan pasang badan, jika ada internal yang mengganggu pencalonan Airlangga sebagai capres Golkar. Sekali lagi saya tegaskan, jangan ada yang bermain di genderang orang lain,” kata Aburizal dalam Rapat Kerja Daerah (Rakerda) Golkar Lampung, pada 12 Oktober 2022, dikutip dari pemberitaan Antaranews.
Aburizal menyatakan, setiap kader Golkar harus memiliki satu tarikan nafas yang sama agar Golkar dapat memenangi pemilihan presiden, pemilihan legislatif, dan pemilihan kepala daerah pada 2024. Soliditas Partai Golkar berdasarkan pengalaman Aburizal Bakrie merupakan senjata paling ampuh untuk menggapai kemenangan. Dengan soliditas, seluruh kader mulai dari tingkat pusat hingga pengurus desa di akar rumput akan bergerak seirama. Aburizal Bakrie juga percaya bahwa soliditas Partai Golkar akan membuahkan hasil maksimal di Pemilu 2024. “Lebih baik kita bermain genderang kita sendiri. Jadi ingat itu ya, Kita harus solid, karena dengan solid, kita dapat meraih kemenangan,” kata Aburizal.
Aburizal Bakrie cukup berpengalaman memimpin partai ini hingga ia menilai, masalah Partai Golkar sebetulnya ada pada masalah soliditas. Perlu tokoh pemersatu untuk dapat membangun soliditas Partai Golkar. Saat ia memimpin Partai Golkar dan membangun koalisi bersama KMP, soliditas partai kala itu terpecah. Sebab Aburizal Bakrie bukanlah figur yang diusung sebagai Capres atau Cawapres, hingga kader Partai Golkar sebagian ‘mbalelo’. Dalam istilah yang pernah didengungkan Aburizal Bakrie, kader-kader muda Partai Golkar sudah lihai dalam membaca arah angin. Kalimat itu sebetulnya ia tujukan kepada kader Partai Golkar yang tidak ikut instruksi DPP terkait dukungan kepada calon presiden Prabowo di Pemilu 2014.
Kini kesalahan itu tak hendak ia ulang lagi. Belajar dari pengalaman, sebagai Ketua Dewan Pembina DPP Partai Golkar, figur pemersatu sebagai Capres ataupun Cawapres. Dengan adanya figur internal yang diusung, maka ada jaminan soliditas Partai Golkar akan terbentuk secara alami. Ia berpandangan, elektabilitas partai berlambang pohon beringin itu sudah makin meningkat, begitu pula dengan elektabilitas Airlangga Hartarto yang sudah disepakati menjadi calon presiden. Jadi tidak ada alasan bagi internal Partai Golkar untuk melawan keputusan DPP lagi.
Keharusan Airlangga Hartarto sebagai presiden adalah hal mutlak untuk Aburizal Bakrie. Ia percaya bahwa adanya figur yang diusung sebagai Capres akan membuat Partai Golkar mendapatkan coattail effect atau efek ekor jas. Meski memang dalam praktiknya efek ekor jas hanya bisa didapatkan jika figur yang diusung memiliki elektabilitas tinggi. Tapi tidak ada jaminan juga pemilih figur tersebut akan memilih partai politik yang mengusungnya. Namun Aburizal Bakrie menilai bahwa Pemilu 2024 adalah momentum tepat bagi Partai Golkar memenangkan kembali kontestasi politik.
Sebab titik Pemilu 2024 ini seluruh partai memulai segalanya dari nol, tidak ada lagi incumbent terutama pada Pilpres. Belum lagi menghitung bahwa tidak ada calon presiden yang secara survei memiliki keunggulan mutlak atas calon lainnya. Hingga calon dari Partai Golkar, Airlangga Hartarto pun berpeluang menang di Pilpres 2024. Mekanisme Pemilu serentak juga yang menambah keyakinan Aburizal Bakrie jika Partai Golkar berhasil mencalonkan kadernya sebagai calon presiden, maka kemenangan bagi partai yang dibinanya ini akan terbuka lebar.
Selain itu, sebagai Ketua Dewan Pembina DPP Partai Golkar, Aburizal Bakrie juga pernah menginstruksikan secara langsung kepada para kader partai beringin agar cita-cita memenangkan Partai Golkar di Pemilu 2024 berjalan secara efektif, kader partai haruslah bekerja maksimal. Ia juga meminta setiap simpatisan, kader dan fungsionaris Partai Golkar bisa lebih mengintensifkan lagi kebersamaan dengan masyarakat. Selain mensosialisasikan program, Aburizal Bakrie juga menekankan keharusan mensosialisasikan Airlangga Hartarto sebagai calon presiden dari Partai Golkar.
“Kami Dewan Pembina Partai Golkar meminta seluruh kader Partai Golkar untuk mempersiapkan diri dengan melakukan kerja politik yang berkesinambungan dan terstruktur/sistematis untuk menghadapi pemilu serentak, Pilpres, Pileg, dan Pilkada pada 14 Februari 2024 dan 27 November 2024,” cuit Aburizal, melalui akun Twitter pribadinya @aburizalbakrie, pada 1 September 2022 lalu.
Dalam usia senjanya, Aburizal Bakrie masih begitu lekat memikirkan masa depan Partai Golkar, ia yang seharusnya sudah bersantai menikmati kehangatan keluarga di masa tua, kini masih saja tak merasa lelah berjibaku dengan rumitnya dunia politik. Tetapi meskipun seolah Aburizal Bakrie tak pernah terlepas dari aktivitas politik di Partai Golkar, ia adalah sosok suami, ayah dan kakek yang selalu bisa memberikan waktu berkualitas untuk keluarganya.
Masa tua Aburizal Bakrie adalah masa tua yang didambakan banyak orang kala memasuki usia senja. Materi yang tak berbatas, kekuasaan yang ada di pelupuk mata, harmonisnya keluarga besar dan pencapaian kebahagiaan lainnya. Tak heran ia berumur panjang. Sebab kedamaian selalu bersemayam di hatinya. Pria yang lahir pada 15 November 1946 ini pada tahun 2024, saat buku ini selesai ditulis sudah menjelang usia ke-77 tahun. Sebuah usia yang terbilang sangat senja untuk ukuran manusia. Namun Aburizal Bakrie, bagi siapapun yang pernah mengenal, melihat dan berjabat tangan dengannya merasakan betapa primanya kondisi tubuh ayah dari Anindya Bakrie ini.
Rahasia usia panjang dan bugarnya tubuh bukan pada suplemen mahal atau treatment kesehatan eksklusif yang dilakukan dirinya tetapi kebahagiaan dan kedamaian. Kebahagiaan paling paripurna dirasakan Aburizal Bakrie saat ia bermain dengan anak dan cucunya. Sementara kedamaian ia dapatkan ketika bersama sang istri, membicarakan cinta, masa lalu dan harapan di masa depan. Aburizal Bakrie selalu berujar, “Membangun harapan itu bagian penting dalam kehidupan. Tanpa harapan, tidak akan ada kehidupan!” ujar Aburizal Bakrie.
Tetapi memang terkadang hidup itu tidak selalu sesuai seperti yang kita inginkan. Dari luar bisa saja segalanya terlihat sempurna, tetapi Tuhan selalu memiliki cara untuk menguatkan dan memberi pelajaran berharga pada pribadi-pribadi. Tidak lain adalah untuk memberikan manusia jalan untuk senantiasa mengingat Tuhan.
Ketika ombak masalah kehidupan itu datang, Aburizal Bakrie sama sekali tidak bergeming. Kebijaksanaan telah melekat pada dirinya. Ada rasa terkejut memang, tapi ujian demi ujian yang telah ia lewati di masa sebelumnya telah mematangkan dirinya. Alih-alih marah terhadap keadaan, Aburizal Bakrie justru menghadapi semua ini dengan tenang dan jiwa yang dingin. Ia yakin jika disikapi dengan benar, masalah ini akan menjadi pelajaran terbaik yang diberikan oleh Tuhan kepada dirinya.
Masalah itu adalah saat anaknya, Anindra Ardiansyah Bakrie atau yang akrab disapa Ardi Bakrie bersama istrinya, Nia Ramadhani terjerat kasus penggunaan Narkotika. Pada Juli 2021, keduanya ditangkap oleh pihak kepolisian. Bagi keluarga, kasus ini jelas mencoreng nama baik, apalagi kasus yang terungkap ke hadapan publik adalah soal penggunaan obat-obatan terlarang. Jika pun Aburizal Bakrie marah pada Ardi dan Nia, sudah sewajarnya sikap itu ditunjukkan. Tetapi tidak, Aburizal Bakrie tidak pernah marah, apalagi sampai berkata hal buruk tentang anaknya.
Untuk persoalan anak, Aburizal Bakrie menjadikan sang ayah, Achmad Bakrie sebagai teladan. Ia tidak pernah mendidik anak dengan keras, pun begitu dengan istrinya Tatty Murnitriati. Baginya anak adalah anugerah dari Tuhan yang mesti dijaga dan dipelihara dengan baik, tidak hanya dijaga tumbuh kembangnya, tetapi pikiran, hati dan perasaannya pun turut menjadi perhatian yang harus dijaga benar oleh Aburizal Bakrie.
Walaupun dalam perjalanannya mungkin ada kesalahan dalam berucap atau bertindak, tetapi Aburizal Bakrie tahu benar anak-anaknya adalah pribadi yang tahu bagaimana cara menjaga martabat serta kehormatan keluarga. Untuk pembelajaran atas nama kedewasaan, Aburizal Bakrie pun menyerahkan kasus penyalahgunaan obat terlarang itu kepada pihak kepolisian agar diproses seadil mungkin.
Aburizal Bakrie sendiri menilai bahwa Ardi dan Nia merupakan korban dari penyalahgunaan obat-obatan terlarang. Sebagai korban mereka memang tidak selayaknya diberikan ancaman hukum pidana. Rehabilitasi agar mereka bisa melepaskan diri dari ketergantungan adalah pilihan terbaik bagi siapapun pengguna obat-obatan terlarang di republik ini, termasuk Ardi dan Nia.
Soal kesalahan yang Ardi dan Nia lakukan ini, Aburizal Bakrie beserta Tatty Murnitriati sudah memaafkan sepenuh hati. Ardi dan Nia juga sudah meminta maaf kepada orang tuanya atas kekhilafan yang mereka lakukan. Tidak ada gurat kemarahan di hati Aburizal Bakrie dan Tatty Murnitriati sebagai orang tua. Kecewa dan menyayangkan kejadian ini terjadi adalah hal yang manusiawi untuk mereka. Namun kalau kemarahan itu hingga berlarut-larut terjadi, jelas hal ini bukanlah gaya pendidikan yang diberikan Aburizal Bakrie. Kemarahan juga bukan jalan keluar terbaik menghadapi sebuah masalah. Dalam pernyataannya, Aburizal Bakrie mengatakan bahwa peristiwa yang menimpa anaknya itu merupakan cobaan dari Tuhan yang tentunya harus dihadapi dengan kesabaran serta ketabahan.
Pernyataan Aburizal Bakrie selaras dengan apa yang disampaikan oleh Nia Ramadhani saat ditanyakan bagaimana reaksi mertuanya, Aburizal Bakrie sewaktu mengetahui ia dan suami tertangkap atas kasus penyalahgunaan obat-obatan terlarang. Nia mengungkapkan, pada awalnya ia takut Aburizal Bakrie akan marah kepadanya dan Ardi Bakrie. Nia Ramadhani pun menyiapkan mental ketika bertemu dengan mertuanya.
Tetapi prasangka Nia Ramadhani berbalik 180 derajat. Ia mengungkapkan bahwa ayah mertuanya itu justru membantu dirinya dan Ardi Bakrie untuk keluar dari masalah. Cara paling efektif untuk mengeluarkan Nia dan Ardi dari masalah ini adalah dengan tidak memperumitnya. Kemarahan jelas akan membuat segalanya rumit. Rasa bersalah yang hadir dalam benak Nia dan Ardi akibat menerima kemarahan orang tuanya bisa saja menjadi benih frustasi nantinya. Bukannya melepaskan diri dari ketergantungan, bisa saja Ardi dan Nia terjerembab lagi dalam lembah hitam yang sama akibat sikap yang tidak tepat dari Aburizal Bakrie dan Tatty Murnitriati.
Dalam hal ini kita belajar bahwa menjadi orang tua adalah pelajaran yang mesti dilakukan seumur hidup. Kebijaksanaan dalam menghadapi masalah menjadi celah positif membangun ulang mental anak yang sedang berkubang dalam kesulitan. Aburizal Bakrie dengan kekuasaan, kekayaan serta jejaring yang dimilikinya sebenarnya sangat mampu untuk menuntaskan masalah ini dengan caranya. Tetapi ia tidak ingin dikenang sebagai orang tua yang mengedepankan wajah dibanding kebahagiaan sang anak. Aburizal Bakrie ingin Ardi dan Nia melepaskan diri dari jerat barang haram tersebut dengan cara membangun kesadaran pada dirinya sendiri.
Kembali pada reaksi yang Aburizal Bakrie munculkan di hadapan Nia Ramadhani serta Ardi Bakrie. Menurut Nia, saat itu Aburizal Bakrie dengan nada suara yang getir, berusaha menahan agar air matanya tak tertumpah, berujar tidak malu atas kenyataan bahwa anak dan menantunya pernah terlibat dengan obat-obatan terlarang. Pernyataan itu yang menguatkan batin Ardi dan Nia hingga mereka merasa kecil di hadapan kedua orangtuanya. “Papanya Ardi malah menunjukkan kasih sayangnya dan malah nanya ‘Apa yang bisa Papa perbuat sampai kalian nggak begini?’ gitulah. Trus ‘Kalian nggak usah takut, Papa nggak malu. Kejadian seperti ini bisa terjadi kepada siapa aja’ kayak gitu,” cerita Nia Ramadhani menirukan apa yang Aburizal Bakrie sampaikan kepadanya dan Ardi Bakrie.
Nia Ramadhani pun cukup terkejut melihat reaksi sang mertua. Ia tak menyangka mendapat dukungan moral yang kuat dari Aburizal Bakrie dan Tatty Murnitriati. Sebagai konglomerat, kehilangan citra adalah risiko yang sama besar dengan kehilangan sebuah perusahaan. Tapi pupuk keyakinan bahwa kebahagiaan mendasar dari seorang manusia ketika ia berkumpul dengan keluarganya membuat Aburizal Bakrie tegar menghadapi badai masalah ini. Dukungan dari Aburizal Bakrie dan anggota keluarga lainnya dapat memberikan kekuatan untuk Nia Ramadhani dan Ardi Bakrie selama menjalani masa rehabilitasi.
Kini kasus tersebut telah ditutup seiring hukuman rehabilitasi telah selesai dijalankan oleh Ardi Bakrie dan Nia Ramadhani. Pasangan sejoli Ardi Bakrie dan Nia Ramadhani pun telah dinyatakan bebas dari hukuman rehabilitasi. Mereka bebas sejak 29 Maret, usai putusan banding diterima dan dinyatakan keduanya divonis 8 bulan rehabilitasi. Pelajaran berharga telah dipetik oleh Ardi Bakrie dan Nia Ramadhani, mereka mengaku kapok untuk menggunakan obat-obatan terlarang seperti itu lagi.
Bagi Aburizal Bakrie, hikmah yang bisa diambil adalah seberapapun materi yang ia miliki, kekuasaan serta jejaring yang dipunyai, masalah keluarga haruslah dihadapi oleh hati yang senantiasa menyayangi. Tanpa kasih sayang, masalah bisa jadi kemurkaan, kekhilafan bisa jadi kemurkaan. Karenanya mengedepankan penyelesaian dengan hati dan kepala yang dingin menjadi pembeda di masa tuanya saat ini.
Tak banyak harapan yang tersemai dari diri Aburizal Bakrie di kala usia senja seperti sekarang setelah berkah dan anugerah dalam kehidupan seiring sejalan dengan cobaan yang tak lepas dari dirinya sebagai manusia. Aburizal Bakrie hanya ingin memberikan lebih banyak lagi senyum dan kebahagiaan pada orang-orang sekitarnya. Seperti yang ayahandanya, Achmad Bakrie pernah sampaikan padanya bahwa segala yang kita miliki ada bagian dari kehidupan orang lain.
Perusahaan besar, politisi yang tangguh, ayah yang hebat serta kakek yang menyenangkan. Predikat itu sudah melekat pada pundak Aburizal Bakrie kini. Perannya sudah semakin sedikit tetapi keinginannya untuk memberi lebih banyak manfaat justru semakin membuncah. Tidak hanya pada keluarga, tetapi juga pada Nusa Persada, bumi pertiwi, Indonesia tercinta. Partai Golkar masih menjadi tempat peraduannya untuk mewujudkan mimpi dan harapan itu.
Kemenangan di Pemilu 2024 jelas akan menjadi kado terindah dalam kehidupannya kelak. Jika Allah, Tuhan semesta alam memberikannya usia lebih panjang lagi, Aburizal Bakrie masih ingin melihat kader-kader Partai Golkar menuntaskan Visi Indonesia 2045 yang dicanangkannya sewaktu menjadi Ketua Umum Partai Golkar pada 2009-2016 silam. Visi Indonesia 2045 itulah harapan yang Aburizal Bakrie semai untuk masa depan generasi muda dan khalayak politik Partai Golkar. Harapannya jelas, mewujudkan kemandirian Indonesia, kesejahteraan komunal masyarakat dan kesentosaan negara. Semoga.
Sumber:
- Abi Sarwanto, “Setya Novanto Resmi Ditetapkan Jadi Ketum Golkar 2016-2019”, (https://www.cnnindonesia.com/nasional/20160517075856-32-131209/setya-novanto-resmi-ditetapkan-jadi-ketum-golkar-2016-2019, diakses pada April 2023)
- Abdul Gafur, “Abdul Gafur: Zamrud Halmahera, Sebuah Otobiografi”, Op.Cit, Hlm. 634
- Ihsanuddin, “Ketum Golkar layangkan teguran ke Aburizal Bakrie”, (https://nasional.kontan.co.id/news/ketum-golkar-layangkan-teguran-ke-aburizal-bakrie, diakses pada April 2023)
- Putu Indah Savitri, “”Aburizal Bakrie kawal pencalonan Airlangga dalam Pilpres 2024”, (https://www.antaranews.com/berita/2701157/aburizal-bakrie-kawal-pencalonan-airlangga-dalam-pilpres-2024, diakses pada April 2023)
- Novina Putri Bestari, “Ardi & Nia Terjerat Sabu, Aburizal-Anindya Bakrie Buka Suara”, (https://www.cnbcindonesia.com/market/20210712085522-17-259988/ardi-nia-terjerat-sabu-aburizal-anindya-bakrie-buka-suara, diakses pada April 2023)
- Hani Febriani, “Nia Ramadhani Ceritakan Reaksi Aburizal Bakrie Saat Dirinya Terkena Kasus Narkoba: Beda 180 Derajat”, (https://www.pikiran-rakyat.com/entertainment/pr-015842933/nia-ramadhani-ceritakan-reaksi-aburizal-bakrie-saat-dirinya-terkena-kasus-narkoba-beda-180-derajat?page=all, diakses pada April 2023)