Berita Golkar – Pengembaraan seorang Aburizal Bakrie di dunia kampus berakhir pada tahun 1973, bertepatan ketika ia berhasil lulus dari Fakultas Elektro, Institut Teknologi Bandung (ITB) dengan nilai yang memuaskan. Tetapi seperti sudah dibahas dalam bab sebelumnya, Aburizal Bakrie tidak begitu mementingkan pendidikan formal. Namun bukan berarti ia mengesampingkan pendidikannya, buktinya Aburizal Bakrie tetap bisa lulus dengan nilai yang baik dari ITB.
Yang terpenting dari perjalanan hidup seorang Aburizal Bakrie semasa ia berkuliah adalah bukan seberapa baik nilai yang didapatkannya dalam pelajaran, tetapi dapat belajar untuk mendapatkan nilai hidup yang lebih baik lagi. Akan menjadi sempurna jika nilai akademis baik, ditambah lagi bisa memaknai perjalanan hidup sebagai sebuah pengalaman yang berharga. Keunggulan Aburizal Bakrie dibanding orang lain adalah ia bisa memaknai perjalanan hidupnya dengan baik, atau dengan kata lain mengambil hikmah meski berada dalam titik terendah sekalipun.
Sepak terjang Aburizal Bakrie di dunia usaha juga telah terlihat sejak ia muda dan menimba kuliah di ITB. Tidak hanya terjun pada praktik bisnis secara praktis, Aburizal Bakrie juga mendirikan sebuah organisasi pengusaha yang menjadi kawah candradimuka pebisnis Indonesia. Pada tahun 1972, Aburizal Bakrie, bersama Abdul Latief, Siswono Yudo Husodo, Teuku Sjahrul, Datuk Hakim Thantawi, Badar Tando, Irawan Djajaatmadja, Hari Sjamsudin Mangaan, Pontjo Sutowo, dan Ir. Mahdi Diah mendirikan organisasi Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI).
Organisasi ini didirikan dengan dilandasi oleh semangat untuk menumbuhkan wirausaha di kalangan pemuda. Hasilnya pun cukup memuaskan bagi bangsa dan negara, hingga hari ini HIPMI telah banyak menelurkan pengusaha-pengusaha besar, sebut saja Sandiaga Uno, Erwin Aksa, Eka Sastra, dan lainnya.
Aburizal Bakrie sendiri pernah menjabat sebagai Ketua Umum HIPMI Ke-3, yakni pada periode kepengurusan tahun 1977-1979. Ia menggantikan Siswono Yudo Husodo yang menjabat Ketua Umum HIPMI periode kepengurusan tahun 1973-1977. Selama menjabat sebagai Ketua Umum HIPMI, Aburizal Bakrie berhasil meluaskan jejaring bisnis antara para pengusaha muda di Indonesia. Hingga memupuk bakat-bakat berbisnis para generasi muda yang tertarik untuk terjun ke dunia bisnis.
Sibuk mempelajari bisnis dari para senior dan ayahnya, Aburizal Bakrie tidak lantas melupakan hakikatnya sebagai seorang manusia. Hakikat yang dimaksud adalah hati, perasaan, dan kebutuhan akan pendamping hidup. Pada tahun 1973, ia memberanikan diri mengambil sebuah langkah penting dalam kehidupannya, yaitu menyunting Tatty Murnitriati kekasihnya yang telah mengisi relung hatinya dan setia menemaninya saat ia berkuliah di ITB. Aburizal Bakrie dan Tatty Murnitriati memang bertemu di Kampus ITB. Keduanya berkenalan saat kegiatan Prabakti Mahasiswa pada tahun 1973. Keduanya saling tertarik dan bersepakat menjalin cinta. Tatty Murnitriati pun merasa yakin dan memilih Aburizal Bakrie sebagai pasangan hidupnya hingga saat ini.
Dari pernikahan Aburizal Bakrie dan Tatty Murnitriati ini, lahirlah tiga orang anak. Ketiga orang buah hati mereka adalah Anindya Novyan Bakrie, Anindhita Anestya Bakrie, dan Anindra Ardiansyah Bakrie. Ketiga putra-putrinya ini kini bahu membahu membesarkan Bakrie Group yang telah besar sejak zaman Achmad Bakrie memulai segalanya.
Karena kesibukan seorang Aburizal Bakrie dalam dunia bisnis yang digelutinya, maka peran Tatty Murnitriati dalam mengasuh anak dan mengelola rumah tangga menjadi begitu penting. Aburizal Bakrie mengamininya, ia mengatakan bahwa keberadaan Tatty Murnitriati sebagai seorang istri telah menyempurnakan kehidupannya. Tatty Murnitriati lah yang mendidik ketiga anaknya sejak lahir hingga kini saat anaknya telah tumbuh dewasa dan memberikan cucu-cucu yang lucu untuk masa tua Aburizal Bakrie dan Tatty Murnitriati.
Sosok Tatty Murnitriati mengingatkan Aburizal Bakrie pada ibundanya. Memang bagi seorang laki-laki gambaran terdekat perempuan yang ideal adalah ibunya sendiri. Oleh sebab itu, ketika bertemu dengan Tatty, Aburizal Bakrie langsung menelisik bayangan sang ibu di dalam benaknya. Pilihannya benar, perempuan asal Jawa Tengah itu memang sosok ibu yang baik bagi ketiga anaknya. Tatty Murnitriati mendidik ketiga anaknya supaya mereka menjadi orang yang independen, tahu cara menghargai nilai-nilai kerja dan uang serta pandai menahan diri dari nafsu material.
Tidak hanya pandai mendidik anak, sosok Tatty Murnitriati bagi seorang Aburizal Bakrie memiliki peran sentral untuk mengimbangi dirinya. Hasrat dan ambisi seorang Aburizal Bakrie dalam melihat kesempatan terkadang berlebihan. Hal itu mafhum adanya sebab, sebagai seorang pria, Aburizal Bakrie lebih mengedepankan logikanya. Jika ada perhitungan bisnis yang menurutnya masuk akal, Aburizal Bakrie akan mengejar itu. Terkadang pula ia seringkali alfa memproyeksikan kondisi ekonomi makro dan faktor cateris paribus dari sebuah lini usaha. Tatty Murnitriati menyeimbangkan hal tersebut. Ia bahkan adalah orang yang pertama menenangkan serta membesarkan hati Aburizal Bakrie saat kegagalan sedang menggelayut di bahu suaminya.
“Istri itu penting sekali. Mereka sumber kehidupan dan sumber inspirasi. Kalau istri saya tidak mendukung, saya bisa patah!” begitu tutur Aburizal Bakrie.
Aburizal memiliki cerita, bahwa dahulu ia pernah sangat kecewa karena gagal membeli perkebunan perusahaan Goodyear di Sumatera Utara seharga 95 juta US$. Kegagalan itu cukup memukul kondisi psikisnya karena terjadi di akhir-akhir deal transaksi terjadi. Sebabnya karena harga dinaikkan secara sepihak oleh pihak Goodyear, padahal perjanjian dengan berjabat tangan sudah dilakukan. Saat itu yang dilakukan oleh Tatty adalah membesarkan hatinya dari kegagalan. “Adin jangan sedih sebab Tuhan punya alasan kenapa Adin gagal. Barangkali nanti hasilnya akan lebih baik dari kegagalan Adin,” begitu cerita Aburizal Bakrie menirukan bagaimana istrinya mencoba menenangkan kegundahan hatinya.
Tatty Murnitriati ternyata benar, dua tahun kemudian nilai perkebunan tersebut anjlok hanya menjadi 55 juta US$. “Berkat isteri, saya menghemat 35 juta US$,” tutur Aburizal Bakrie sembari tertawa mengingat kejadian itu.
Kembali pada dunia bisnis yang digeluti oleh Aburizal Bakrie, kesejatian hidupnya memang dunia bisnis, oleh karenanya, sejak lulus kuliah apalagi kini sudah membina sebuah keluarga Aburizal Bakrie semakin bertekad bulat untuk membesarkan bisnis yang sudah ditapaki sebelumnya oleh Achmad Bakrie, ayahandanya.
Terlebih sang ayah seringkali mengisahkan perjalanan hidup dan keputusan-keputusan bisnis yang dibuat kepada anak-anaknya. Dalam otak dan pikiran Aburizal Bakrie ia sangat ingin menjadi figur seperti ayahnya, tidak heran jika ditanyakan kepada pribadi Aburizal Bakrie mengenai siapa sosok yang ia idolakan dan teladani, Achmad Bakrie adalah jawabannya.
Achmad Bakrie yang dikenal kompromistis, nyatanya tetap tegas terhadap pendidikan karakter anak-anaknya termasuk Aburizal Bakrie. Meski ia adalah seorang pemilik perusahaan sekaligus pimpinan Bakrie & Brothers, jika anaknya hendak bekerja bersamanya, ia harus mempelajari segalanya dari awal, sama seperti pekerja pada umumnya.
Jadilah di tahun 1973, Aburizal Bakrie atas keinginan sang ayah, masuk sebagai karyawan biasa di PT. Bakrie & Brothers. Ia belajar banyak hal saat menjadi karyawan, mulai dari proses administrasi perkantoran, akuntansi, standar operasional prosedur sebuah proses bisnis, sampai pencatatan keperluan pantry pun tak luput dari pengamatan Aburizal Bakrie. Bedanya dengan karyawan biasa, Aburizal Bakrie hanya menempati satu posisi dalam masa yang singkat. Tujuannya memang membiasakan diri, dan belajar dengan lingkungan perusahaan, bukan benar-benar bekerja untuk mendapatkan gaji.
Meskipun begitu, Aburizal Bakrie jauh dari kesewenangan dan berlaku semaunya, ia belajar mempelajari segalanya dengan sepenuh hati di kantor ini. Ia tidak ingin ayahnya kelak kecewa terhadap dirinya. Aburizal Bakrie beradaptasi dengan cepat terhadap lingkungan kantor dan bisnis. Pada dasarnya, Aburizal Bakrie memanglah figur yang cerdas dan pintar. Jadi tidak mengherankan kalau ia bisa dengan mudah mempelajari proses bisnis di Bakrie & Brothers dan karirnya sebagai seorang pengusaha bisa melesat secepat kilat.
Di selang waktu tahun 1973 hingga 1974, ia menjadi asisten dewan direksi PT Bakrie & Brothers. Dari posisinya ini, Aburizal Bakrie belajar menjadi orang terdekat hingga orang terjauh dari Dewan Direksi Bakrie & Brothers. Menjadi orang terdekat bisa diartikan bahwa Aburizal Bakrie mampu mempelajari bagaimana keseharian seorang eksekutif pebisnis berlangsung, mulai dari bangun tidur sampai mau tidur lagi. Aburizal Bakrie mengambil sebuah nilai dan kesamaan, bahwa orang yang sudah ada dalam top management sangat mengedepankan kedisiplinan. Bagi mereka waktu bukanlah sekadar uang, tapi waktu adalah nafas hidup.
Bagaimanapun Aburizal Bakrie membuat jadwal dan merencanakan kegiatan mereka, rasanya 24 jam tidak cukup untuk mengakomodir kesibukan para Direksi Bakrie & Brothers ini. Dari hal tersebut Aburizal Bakrie belajar bagaimana caranya mengefektifkan dan mengefisiensikan sebuah pertemuan bisnis. Sampai saat ini, cara itu ia terapkan ke dirinya sendiri. Caranya adalah dengan satu waktu, Aburizal Bakrie mencoba membuat janji dalam ruang yang berdekatan.
Daripada coba mengakali waktu, di Jakarta yang kondisi lalu lintasnya sangat sulit ditebak, akan lebih efektif mengakali ruang. Karenanya, jika ia harus membicarakan bisnis dengan beberapa orang sekaligus di sebuah restoran misalnya, Aburizal Bakrie selalu memeriksa apakah restoran itu memiliki ruang VIP lebih dari satu, bagaimana makanannya dan hal lainnya. Itu penting untuk memastikan kenyamanan waktu tunggu para tamu yang hendak bertemu dengannya.
Hanya satu tahun Aburizal Bakrie dijejali berbagai pengalaman untuk mengurusi bisnis dan kesibukan para elit direksi di perusahaan milik ayahnya. Lalu pada tahun 1974 setelah Achmad Bakrie menilai bahwa anaknya, Aburizal Bakrie sudah cukup matang untuk duduki tampuk kepemimpinan di perusahaan, barulah Aburizal Bakrie diangkat menjadi direktur. Toh ia memang adalah seorang pewaris perusahaan, anak yang kelak akan meneruskan mimpi-mimpi Achmad Bakrie yang belum bisa tergapai di masa kepemimpinannya. Aburizal Bakrie menjalani karirnya sebagai seorang direktur Bakrie & Brothers, hingga tahun 1982. Lalu dari tahun 1982 hingga 1988, ia menjadi Wakil Direktur Utama PT Bakrie & Brothers.
Tahun 1988, menjadi tahun duka bagi Aburizal Bakrie, sosok yang amat dicintainya, menjadi inspirasi dari hidupnya, seorang ayah, teman diskusi, sahabat dalam bercerita pada 15 Februari 1988 berpulang ke haribaan Allah SWT. Aburizal Bakrie terbenam dalam kesedihan yang amat sangat setelah kehilangan ayahandanya. Tetapi hidup baginya harus terus berlanjut. Aburizal Bakrie percaya, bahwa seseorang yang wafat dan meninggalkan dunia ini, mengartikan bahwa tugas orang tersebut telah selesai. Giliran sang penerus yang harus menggantikan menunaikan tugas baru. 15 Februari 1988, Achmad Bakrie damai di surga Allah SWT.
Ada satu hal yang sangat diingat tentang sosok sang ayah, Achmad Bakrie oleh Aburizal Bakrie. Pernah satu hari, ia bertanya pada sang ayah tentang arti sebuah kesuksesan untuknya. Hal ini menjadi penting bagi Aburizal Bakrie, mengingat ia masih perlu belajar banyak hal dari sang ayah. Aburizal Bakrie awalnya mengira sang ayah akan menjawab bahwa arti sebuah kesuksesan adalah memiliki uang yang banyak, perusahaan yang tak terhitung jumlahnya, atau mobil mewah yang bisa dipamerkan ke khalayak umum.
Tetapi jawaban Achmad Bakrie sungguh tidak terduga, ayahnya tersebut menjelaskan bahwa kesuksesan bisa berarti bahwa kita telah mampu berbagi kepada manusia lainnya, menjadikan hidup manusia lainnya semakin mudah dan bermanfaat untuk sesama. Karenanya, sebagaimana yang diceritakan Aburizal Bakrie, muara dari keberhasilan usaha dan keuntungan finansial, menurut Achmad Bakrie, adalah digunakannya hal-hal tersebut untuk kepentingan sosial. “Uang bukanlah tujuan hidup, melainkan sekadar alat untuk menyenangkan orang banyak,” ungkap Bakrie senior.
Wafatnya Achmad Bakrie tidak lantas membuat perusahaan limbung, pada tahun 1988 Aburizal Bakrie dengan segala tanggung jawab sebagai anak tertua dari Achmad Bakrie mengajukan diri di hadapan para pemegang saham bahwa ia yang akan memimpin Bakrie & Brothers. Dewan komisaris dan para pemegang saham sepakat, Aburizal Bakrie yang akan duduk sebagai Direktur Utama Bakrie & Brothers.
Tentu kesepakatan para pemegang saham ini tidak didasarkan pada pandangan subjektif bahwa Aburizal Bakrie adalah anak dari Achmad Bakrie, tetapi lebih kepada kepantasan diri dan kegemilangannya dalam bekerja serta pembuktian diri bahwa ia lebih dari mampu untuk memimpin perusahaan sebesar Bakrie & Brothers. Sejak itu, Aburizal Bakrie pun menduduki jabatan sebagai Direktur Utama Bakrie & Brothers.
Aburizal Bakrie adalah tipe pemimpin yang cepat beradaptasi dan bekerja dengan efektif. Ia juga memiliki ambisi tersendiri untuk membesarkan bisnis Bakrie & Brothers. Dalam waktu relatif singkat, di tangan Aburizal Bakrie jejaring bisnis Bakrie & Brothers berkembang pesat. Dalam persoalan berbisnis, Aburizal Bakrie memang tampak lebih agresif dibanding ayahnya.
Mulai pada 1989 ia memasuki bisnis perbankan, telekomunikasi dan lima tahun kemudian mendirikan stasiun televisi ANTV singkatan dari Andalas Televisi. Bisnisnya juga merambah ke bidang pertambangan, batu bara, sektor properti dan infrastruktur, energi, kontraktor, telekomunikasi, informasi, industri baja, dan media massa, termasuk televisi dan dan jejaring sosial.
Aburizal Bakrie memiliki strategi tersendiri dalam membangun bisnisnya. Ia tidak lama memegang tampuk kepemimpinan di Bakrie & Brothers. Pada 1991 Aburizal Bakrie melepas jabatan sebagai Direktur Utama Bakrie & Brothers. Ia merasa ada orang lain yang lebih tepat mengisi posisinya demi melebarkan sayap perusahaan. Seorang teman yang dianggapnya memiliki kapabilitas mumpuni untuk memimpin Bakrie & Brothers dipilih sendiri oleh Aburizal Bakrie, sosok tersebut adalah Tanri Abeng. Aburizal Bakrie memiliki alasan tersendiri mengapa memilih Tanri Abeng, ia merasa satu chemistry dengan mantan menteri BUMN itu, terlebih determinasi dan visinya yang serupa dengannya. Tanri Abeng saat itu pun menerima tawaran dari Aburizal Bakrie, terlebih ada anggaran fantastis bagi Tanri Abeng jika ia menerima tawaran dari Aburizal Bakrie.
Ia akan menerima bayaran sebesar 1 miliar rupiah jika menerima pinangan Aburizal Bakrie untuk memimpin Bakrie & Brothers. 1 miliar rupiah di jaman itu adalah jumlah uang yang sangat besar. Tak heran kepindahan Tanri Abeng dari PT. Multi Bintang yang merupakan produsen bir bintang ke Bakrie & Brothers memancing perhatian publik kala itu.
Hubungan keduanya, antara Tanri Abeng dan Aburizal Bakrie berjalan dengan sangat baik. Mereka merasa cocok dan bisa saling melengkapi. Bagi Aburizal Bakrie, Tanri Abeng telah menghadirkan energi berbeda dalam upaya mengembangkan perusahaan. “Terjadi sinergi berupa penggabungan dari kekuatan yang melahirkan energi kuat,” sebut Aburizal bakrie.
Rahasia sukses Tanri Abeng mengelola Bakrie & Brothers sendiri karena Aburizal Bakrie memberikan kebebasan sepenuhnya kepada dirinya. Keduanya saling menghormati dan sanggup menekan ego masing-masing. Mereka juga memiliki kepribadian yang hampir sama, tidak gila hormat, padahal pribadi keduanya adalah matahari di langit yang sama.
Saat Tanri Abeng menempati posisi sebagai Direktur Utama Bakrie & Brothers, Aburizal Bakrie menduduki jabatan sebagai Presiden Komisaris. Saat menjadi Presiden Komisaris ini, Aburizal Bakrie menargetkan omset Bakrie & Brothers pada tahun 2000 harus sudah mencapai 1 miliar dollar. Beban itu tidak harus diemban oleh Tanri Abeng seorang sebagai pucuk pimpinan. Aburizal Bakrie pun bekerja keras agar targetnya tercapai.
Guna mencapai target itu, Bakrie & Brothers yang tadinya perusahaan keluarga dijadikan perusahaan terbuka dan dikelola secara baik oleh profesional di bidangnya. Kaitan kekeluargaan di manajemen pun perlahan diurai oleh Aburizal Bakrie. Ia memang memiliki kemampuan lain di luar dari analisisnya terhadap kesempatan bisnis, yakni menarik para profesional yang terbaik untuk bekerja bersamanya. Ada nama Nalin Rathod dari India misalnya, atau Didi Kamarga yang ahli telekomunikasi dari ITB.
Mekanisme hubungan antara para pemilik dengan kaum profesional dibakukan melalui manajemen dan proses. Tetapi bukan berarti keluarga Bakrie lepas tangan terhadap masa depan perusahaan. Secara teratur, setiap bulannya, keempat keluarga Bakrie berkumpul untuk membicara perkembangan bisnis mereka dan kemungkinan bisnis-bisnis baru yang bisa digarap secara bersama-sama. Dalam hal ini, sebagai putra tertua Achmad Bakrie, Aburizal Bakrie menunjukkan tanggung jawab dan sifat kepemimpinannya.
Tapi generasi kedua yang dipimpin Aburizal Bakrie memiliki cara berbeda membesarkan bisnis keluarga ini. Menurut sahabat dekatnya, Tanri Abeng, Aburizal Bakrie membesarkan usahanya dengan cara mengoptimalkan utang. Dia berani membayar mahal manajer seperti Tanri Abeng yang dibajak satu miliar dari Multi Bintang Indonesia, produsen bir Bintang. Bekas Menteri Badan Usaha Milik Negara itu bercerita, bagaimana Ical sangat pintar dan berani bermain dengan uang orang. “Jadi, kalau dia awalnya punya aset 100, dijadikan jaminan untuk meminjam 400. Tapi, hasil dari 400 itu untungnya sangat besar. Itu yang digunakan untuk membayar,” ujar Tanri Abeng menjelaskan bagaimana sosok Aburizal Bakrie di matanya.
Aburizal Bakrie tak pernah berhenti melakukan inovasi dan perubahan dalam lini bisnis yang dikelolanya. Delapan tahun setelah mengangkat Tanri Abeng sebagai Direktur Utama Bakrie & Brothers, Aburizal Bakrie merencanakan restrukturisasi dari seluruh perusahaan yang ada kaitannya dengan Bakrie Grup. Caranya dengan memperkuat super holding milik keluarga mereka yang diberi nama Bakrie Investindo. Perusahaan super holding ini didirikan dengan gagasan seluruh anak perusahaan Bakrie Investindo akan memiliki saham terbesar, sehingga keluarga tetap menentukan visi perusahaan. Meski prinsipnya, seluruh perusahaan itu dijalankan oleh kaum profesional.
Saat ini kelompok usaha Bakrie dikenal sebagai perusahaan yang independen. Hampir seluruh bisnis yang dipegang oleh Aburizal Bakrie berorientasi pasar bebas dan internasional. Tidak heran jalan ini yang dipilih oleh Aburizal Bakrie. Pada awal tahun 1997, atau saat usianya menginjak 50 tahun menjelang 51 tahun, ia pernah berikrar tentang masa depan Bakrie & Brothers. “Dengarkan tahun 2005, Bakrie akan masuk Fortune 500…!” demikian kata Aburizal Bakrie dengan suara lantang dan pandangan optimis di matanya.
Mereka yang hadir dalam acara tersebut begitu takjub mendengar ikrar Aburizal Bakrie dengan segala ambisinya membesarkan perusahaan. Para undangan yang hadir percaya, Aburizal Bakrie lebih dari mampu untuk mewujudkan apa yang telah terlontar dari perkataannya.
Bagi dunia usaha internasional, sebuah perusahaan yang masuk dalam daftar Fortune 500 sudah merupakan referensi tersendiri sebagai sebuah perusahaan berdimensi internasional yang kaya dan kokoh. Seperti misalnya perusahaan-perusahaan raksasa dunia seperti IBM, Microsoft, Exxon, Shell dan lain-lain. Sayangnya dari Indonesia belum pernah ada perusahaan yang masuk dalam daftar Fortune 500 termasuk perusahaan milik taipan Liem Sioe Liong dan Eka Tjipta Widjaja, dua konglomerat terbesar di Indonesia. Tidak ada perusahaan asli Indonesia yang dianggap memenuhi syarat untuk masuk ke dalam daftar Fortune 500. Hanya sebuah perusahaan yang sudah mempunyai aset tertentu yang memenuhi syarat, baru dapat masuk Fortune 500 yang diterbitkan setiap tahunnya oleh majalah Fortune dari Amerika Serikat.
Aburizal Bakrie memang memiliki ambisi besar menjadikan Bakrie Grup sebagai perusahaan raksasa dunia. Dengan kalimat singkat seperti di atas, Aburizal Bakrie mencanangkan sekaligus ingin menunjukkan taji kepada dunia ke arah mana Bakrie Grup akan melangkah di masa depan. Aburizal Bakrie sendiri bukan hanya berbicara besar di hadapan para investor itu. Ia jelas memiliki gagasan besar di kepalanya, terlebih dengan keberadaan Tanri Abeng sebagai presiden direktur dan Nalin Rathod sebagai direktur keuangan Bakrie Grup. Dengan dua orang itu, Aburizal Bakrie merasa nyaman dan optimis ambisinya bakal benar-benar tercapai.
Tepuk tangan gemuruh orang-orang itu beriringan dengan keyakinan bahwa Aburizal Bakrie bakal dicatat sebagai pewaris usaha yang paling berhasil di dunia. Aburizal Bakrie meninggalkan ruangan pertemuan, tetapi lekat kekaguman tak pernah pergi dari hati dan mata para investor dan undangan yang hadir pada hari itu. Aburizal Bakrie langsung menjadi pembicaraan di kalangan pengusaha mitra bisnisnya dan khalayak rakyat. Kegemilangannya dalam membangun bisnis membuat namanya mulai diperhitungkan, termasuk oleh Presiden Soeharto yang kala itu memimpin Indonesia dengan rezim Orde Barunya.
Tetapi siapa sangka, puja dan puji, keyakinan serta optimisme yang dibangun oleh Aburizal Bakrie dan Bakrie Grup tentang masa depan menjadi perusahaan dunia raksasa runtuh seketika. Susah payahnya Aburizal Bakrie membangun perusahaan yang sudah ditapaki oleh ayahnya, Achmad Bakrie runtuh hanya dalam waktu satu malam. Krisis ekonomi yang menghantam pada tahun 1997 menempatkan Bakrie Grup sebagai salah satu pesakitan Badan Penyehatan Perbankan Nasional. Kurs rupiah menggelembung, utang-utang perusahaan dalam bentuk dolar membengkak hingga 9,7 triliun rupiah.
Sejumlah perusahaan di sektor perbankan, asuransi, tambang, dan properti satu persatu tumbang untuk melunasi utang Bank Nusa Nasional yang menikmati dana talangan dari pemerintah sebesar 3,6 triliun. Nasib bank itu kemudian berakhir setelah dilikudiasi dengan sisa utang 3 triliun rupiah. Akibatnya, saham-saham milik Bakrie Grup seperti Bakrie Sumatera Plantations, Bakrie Electronics Company, Bakrie Kasei Corp, Arutmin Indonesia, dan Iridium LLC tergadai.
Saham-saham keluarga Bakrie & Brothers susut tinggal 2,5% saja. Hari-hari itu, Aburizal Bakrie tampak kesulitan mencari kata dan waktu yang paling tepat untuk mengatakan kepada ibundanya bahwa warisan itu ditubir jurang kebangkrutan. “Kalau kepada saudara saya gampang menjelaskan. Namun, kepada ibu, itu cukup sulit. Bayangkan, barang yang semula begitu besar tiba-tiba habis,” kisah Aburizal Bakrie mencoba mengingat masa-masa kelam saat melalui krisis ekonomi 1997.
Ancaman kebangkrutan Bakrie Grup membuat negara ikut pusing. Serangkaian loby-loby tingkat tinggi nan melelahkan melibatkan Menteri Keuangan Mar’ie Muhammad dilaksanakan di Amerika Serikat. Pada akhirnya, mau tidak mau, Bakrie kehilangan warisan karena penyelesaiannya adalah menukar utang menjadi saham, dimana pemberi utang sepakat membentuk sebuah perusahaan khusus atau master special purpose vehicle (MSPV) yang mengambil alih 80 persen aset lima bisnis andalan Bakrie.
Bisnis Bakrie tenggelam bersama puluhan konglomerat yang kabur ke luar negeri, tetapi Ical lebih memilih masuk dunia intrik politik pada partai berlogo pohon beringin rindang. Mungkin ini pula yang turut memberinya kekuatan mengembalikan kejayaan Bakrie & Brothers yang dalam hitungan kurang dari lima tahun bisa kembali berjaya. Bagaimana bisa?
Sumber:
– NN, “Himpunan Pengusaha Muda Indonesia”, (https://id.wikipedia.org/wiki/Himpunan_Pengusaha_Muda_Indonesia, Diakses Pada Januari 2023)
– Shandya Pricilla, “Potret Aburizal Bakrie Mertua Nia Ramadhani yang Tetap Aktif dan Bugar di Usia 77 Tahun”, (https://www.liputan6.com/citizen6/read/5496493/potret-aburizal-bakrie-mertua-nia-ramadhani-yang-tetap-aktif-dan-bugar-di-usia-77-tahun?page=6, Diakses Pada Januari 2024)
– Nasir Tamara, “Aburizal Bakrie, Bisnis dan Pemikirannya” (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1998), Hlm. 217
– Abdul Hadi, “HUT Kelompok Usaha Bakrie ke-79, H. Achmad Bakrie di Mata Ir. H. Aburizal Bakrie”, (https://www.antvklik.com/berita/436141-hut-kelompok-usaha-bakrie-ke-79-h-achmad-bakrie-di-mata-ir-h-aburizal-bakrie?page=all, Diakses Pada Januari 2024)
– NN, “Aburizal Bakrie”, (https://www.viva.co.id/siapa/read/145-aburizal-bakrie, diakses pada Januari 2024)
– NN, “Tentang Haji Achmad Bakrie (1916 – 1988)” (https://www.freedom-institute.org/tentang-haji-achmad-bakrie-1916-1988-762, diakses pada Januari 2024)
– Romys Binekasri, “Kisah Bakrie Group: Seperti Kucing, Punya 7 Nyawa”, (https://www.cnbcindonesia.com/market/20221112130901-17-387316/kisah-bakrie-group-seperti-kucing-punya-7-nyawa, diakses pada Januari 2024)
– Muhammad Maruf, “Krisis ke krisis, Kisah ‘7 Nyawa Kucing’ Bakrie Sehatkan BUMI”, (https://www.cnbcindonesia.com/market/20221016111956-17-380058/krisis-ke-krisis-kisah-7-nyawa-kucing-bakrie-sehatkan-bumi/2, diakses pada Januari 2024)
– Rindi Salsabilla Putri, “Kisah Jatuh Bangun Grup Bakrie, Bak Punya 7 Nyawa”, (https://www.cnbcindonesia.com/market/20240601133113-17-543011/kisah-jatuh-bangun-grup-bakrie-bak-punya-7-nyawa, diakses pada Januari 2024)