Berita Golkar – Wakil Ketua Umum Golkar Nurul Arifin mengingatkan kondisi terkini yang sudah masuk dalam tahun politik dan kampanye. Apalagi, telah dilaksanakan debat calon presiden pertama pada 12 Desember lalu dan memunculkan riak-riak kecil.
Jika tak diantisipasi, kata Nurul, riak-riak itu bakal membesar, bahkan bisa muncul konflik horizontal, serta menyisakan sakit hati seperti halnya pada Pemilu 2019.
Menurut Nurul, penting untuk terus mengingatkan nilai-nilai kesatuan dan persatuan sebagai sebuah bangsa. Terlebih, kontestasi pemilu telah diatur dalam konstitusi sehingga harus dilalui proses dan tahapannya.
“Penting tahapan pemilu dilakukan dengan demokratis, bahwa sana-sini ada bumbu-bumbu dari proses demokrasi ya inilah yang harus dihadapi dengan tetap berpikir sebagai bagian dari NKRI,” ujar Nurul saat ditemui di Hotel Horison, Jumat (15/12/2023).
“Karena itu kalau pundung ulah pundung teuing (kecewa jangan terlalu kecewa), musuh ulah mumusuhan (musuh jangan bermusuhan),” katanya.
Nurul, yang juga caleg DPR RI dari Dapil Jabar 1 (Kota Bandung-Kota Cimahi), pun menjelaskan politik merupakan konsensus sehingga bila sudah terjadi kesepakatan bersama dalam sebuah kontestasi, pengikutnya harus memahami dan berjiwa besar.
Pasalnya, kelak siapa pun yang terpilih mereka yang akan bekerja untuk rakyat. “Saya melihat Pemilu 2024 ini sudah surut terkait politik identitas tak seperti Pemilu 2019.”
“Walau muncul kemudian hal lain, misal perdebatan yang jika tak dikelola dengan baik bisa menjadi konflik, perlu ada kesadaran dari para capres cawapres supaya tetap harus mempunyai etika.”
“Sebab, etika penting agar tak sampai kontestasi Pemilu 2024 menyisakan luka dalam bagi calonnya atau konstituennya,” ujarnya. {sumber}