Berita Golkar – Pencapaian inflasi Indonesia tahun 2023 tercatat sebesar 2,61 persen secara tahunan (year-on-year/yoy). Capaian tersebut terjaga stabil dan terkendali pada rentang target sasaran 3 persen ±1.
“Pencapaian ini tidak terlepas dari koordinasi dan sinergi yang kuat berbagai pihak melalui Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP/TPID) dalam mengendalikan gejolak harga di tengah ketidakpastian yang masih tinggi, salah satunya gangguan cuaca dari El Nino,” ujar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam keterangan resminya, Rabu (03/1/2024).
Selain itu, lanjut Airlangga, capaian tersebut juga lebih baik dibandingkan realisasi inflasi sejumlah negara yang masih berada di atas sasaran targetnya.
Berdasarkan Bloomberg, beberapa negara yang masih mengalami inflasi di atas sasaran target di antaranya Euro Area (2,4 persen), Jepang (2,8 persen), Amerika Serikat (3,1 persen), Korea Selatan/Korsel (3,2 persen), Jerman (3,2 persen), Inggris (3,9 persen), Rusia (7,5 persen), Turki (62,0 persen), dan Argentina (160,9 persen).
Dilanjutkan Ketua Umum Partai Golkar itu, perkembangan inflasi Desember 2023 dipengaruhi oleh pergerakan seluruh komponen inflasi. Komponen harga diatur Pemerintah (Administered Prices/AP) mengalami inflasi sebesar 0,39 persen secara bulanan (month-to-month/mtm), atau 1,72 persen (yoy).
Secara bulanan dan tahunan, tarif angkutan udara, rokok kretek filter, dan rokok kretek putih juga menjadi komoditas penyumbang inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) Desember 2023. Sementara komponen inti mengalami inflasi sebesar 0,14 persen (mtm), atau 1,80 persen (yoy). Secara tahunan inflasi inti masih terjaga meskipun dalam tren melandai.
“Berdasarkan catatan Trading Economics, realisasi inflasi inti Indonesia merupakan salah satu yang terendah yakni berada di peringkat 10 dari 86 negara,” sambung Airlangga.
Komponen harga pangan bergejolak (volatile food/VF) juga mengalami peningkatan tercatat sebesar 1,42 persen (mtm) atau 6,73 persen (yoy). Gangguan cuaca akibat El Nino menyebabkan produksi pangan terutama padi dan aneka cabe menjadi tidak optimal.
“Hal ini mendorong peningkatan harga beras dan cabe yang menjadikan kedua komoditas tersebut sebagai penyumbang utama inflasi sepanjang tahun 2023,” kata Airlangga.
Sepanjang tahun 2023, Pemerintah terus berupaya menjaga ketersediaan pasokan pangan dan menjaga keterjangkauan harga. Kebijakan tersebut dilakukan diantaranya melalui penguatan cadangan pangan Pemerintah khususnya beras, penyaluran beras medium melalui program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP), maupun penyaluran bantuan pangan beras.
“Pemerintah juga melaksanakan program mobilisasi pangan melalui fasilitasi distribusi pangan. Komoditas pangan yang telah terealisasi sebanyak 2,54 ribu ton, dengan realisasi terbanyak pada komoditas jagung, kedelai, dan beras,” tegas Airlangga.
Berbagai program kebijakan yang disinergikan dari Pemerintah (Pusat dan Daerah) mampu menahan kenaikan harga pangan lebih lanjut. “Ke depan, kita akan terus mewaspadai dan memonitor fenomena domestik maupun global yang dapat berdampak terhadap inflasi,” pungkasnya. {sumber}