Berita Golkar – Bupati Kabupaten Luwu Utara Indah Putri Indriani menyebutkan ada tiga hikmah atau makna Isra Mikraj Nabi Muhammad SAW.
Tiga makna yang dimaksud Indah Putri Indriani adalah Isra Mikraj berbicara tentang orang yang diperjalankan, orang yang mendapatkan perintah, serta ketaatan dalam menjalankan perintah tersebut.
“Berbicara tentang isra mikraj, tentu kita berbicara tentang orang yang diperjalankan, orang yang mendapatkan perintah, dan ketaatan dalam melaksanakan perintah tersebut,” ucap Indah Putri Indriani saat membuka acara peringatan Isra Mikraj Nabi Muhammad SAW, Rabu (7/2/2024), di Aula La Galigo Kantor Bupati Luwu Utara.
Dikatakan Indah, dalam setiap penyelenggaraan kegiatan, dirinya selalu mengajak seluruh masyarakat untuk senantiasa mengambil setiap hikmah dalam kegiatan tersebut, termasuk dalam pelaksanaan peringatan Isra Mikraj Nabi Muhammad SAW.
“Isra’ mi’raj ini setiap tahun kita peringati dan harapannya bukan hanya sekadar menggugurkan kewajiban, tetapi yang juga tidak kalah pentingnya adalah bagaimana kita mengambil hikmah dari peringatan isra mikraj ini,” tutur Indah.
Ia menjelaskan, hakikat manusia diciptakan di muka bumi adalah diperjalankan oleh Allah SWT dari satu tempat ke tempat yang lain. “Dalam kapasitas kita sebagai manusia, kita ini tidak ada yang tidak diperjalankan oleh Tuhan. Kita dihadirkan di muka bumi ini tentu diperjalankan dari satu tempat ke tempat yang lain,” jelas dia.
Meski begitu, lanjut Bupati perempuan pertama pertama di provinsi Sulawesi Selatan ini, dalam aspek kekinian, masih banyak manusia yang belum memahami makna dari perjalan tersebut. Termasuk para ASN, baik PPPK maupun PNS, bahkan non ASN.
“Banyak di antara kita yang memang belum memahami makna dari perpindahan kita dari satu tempat ke tempat yang lain. Termasuk dalam kapasitas kita sebagai ASN yang selalu mendapatkan perintah, baik perintah dalam kapasitas individu maupun perintah dalam kapasitas kedinasan,” jelasnya lagi.
Untuk itu, peringatan isra mikraj ini dapat dimaknai dengan baik oleh umat muslim. “Ini yang perlu kita ambil maknanya, termasuk soal ketaatan kita sebagai individu maupun sebagai ASN. Termasuk juga ketaatan kita dalam melaksanakan perintah dari Allah SWT,” tandasnya.
Sementara itu, pembawa hikmah Isra Mikraj, ustaz Bachtiar Nawir, lebih banyak berbicara tentang makna dari jabatan yang disadang oleh seseorang. Menurutnya, jabatan itu hanyalah titipan dari Allah SWT, yang setiap saat dapat diambil oleh Sang PemilikNya.
“Jangan sombong karena jabatan, Pak. Karena jabatan itu hanyalah titipan Allah SWT. Allah kalau mau kasi ya dikasi, tetapi kalau sudah tidak mau, ya pasti jabatan itu dicabut,” ucapnya mengingatkan.
“Peringatannya sudah jelas di dalam Al Qur’an pada surah Ali Imran ayat 26,” sambungnya sambil mengutip ayat tersebut. “Qulillahumma malikal-mulki tu’til-mulka man tasya`u wa tanzi’ul-mulka mim man tasya`u wa tu’izzu man tasya`u wa tuzillu man tasya’, biyadikal-khair, innaka ‘alaa kulli syai`ing qadiir”.
Ia menyebutkan, jabatan itu bisa menjadi kemuliaan jika dilaksanakan dengan baik. Sebaliknya, jabatan itu akan menjadi kehinaan jika tidak dijalankan dengan amanah dan penuh tanggung jawab. “Coba lihat para sahabat ketika diangkat jadi pemimpin, tidak ada kata-kata selamat yang keluar dari mulutnya, selain kalimat “Innaa lillahi wa innaa ilaihi roojiuun, bukan Alhamdulillah,” pungkasnya. {sumber}