Berita Golkar – Anggota Komisi I DPR RI Bobby Adhityo Rizaldi mengapresiasi sikap Dirjen Kerja Sama Multilateral Kementerian Luar Negeri Indonesia Tri Tharyat yang tidak memberikan respons atas protes Anggota komite Hak Asasi Manusia atau HAM PBB dari Senegal Bacre Waly Ndiaye terkait netralitas Presiden Joko Widodo dalam Pemilu 2024.
Bobby mengapresiasi sikap Perwakilan Indonesia yang dipimpin Dirjen Kerja Sama Multilateral Kementerian Luar Negeri Indonesia Tri Tharyat tersebut lantaran pernyataan yang disampaikan Anggota komite Hak Asasi Manusia atau HAM PBB dari Senegal Bacre Waly Ndiaye terkait netralitas Presiden Jokowi di Pemilu 2024 tidak jelas.
“Jadi menurut saya, hal tersebut sudah benar tidak perlu dijawab, karena pemilu saja belum selesai, dan dasar pertanyaan tersebut juga tidak jelas,” kata Bobby, Sabtu,(16/3/2024).
Bobby menyarankan, Anggota komite Hak Asasi Manusia atau HAM PBB dari Senegal Bacre Waly Ndiaye dapat fokus pada situasi politik di negaranya sendiri. Menurut Bobby, Pemilu di Senegal sendiri telah diundur dari yang harusnya 25 Februari 2024 menjadi 15 Desember. “Dan sejak Juni 2023 pemerintah nya mematikan akses internet dan sebagainya,” tegas Politikus Golkar ini.
Belum lagi, lanjut Bobby, kondisi Senegal saat ini tidak kondusif lantaran adanya aksi unjuk rasa di setiap penjuru wilayahnya. Bobby mengatakan, situasi ini berbeda dengan Indonesia yang masyarakatnya sedang senang-senang saja.
“Jelas kondisi negaranya tidak kondusif, demo dimana-dimana sedangkan situasi di Indonesia , masyarakat nya senang-senang saja,” jelas Bobby.
Bobby mengingatkan, bahwa Anggota komite Hak Asasi Manusia atau HAM PBB dari Senegal Bacre Waly Ndiaye sebaiknya dapat menyelesaikan persoalan di negaranya sendiri.
Bobby mengatakan hal itu apabila memang niat Bacre Waly Ndiaye yang menyoroti netralitas Presiden Jokowi di Pemilu 2024 memiliki niat untuk menyelesaikan masalah.
“Kalau memang arah agenda ini untuk menyelesaikan masalah, bukan agenda setting yang tidak jelas dan berprasangka negatif,” tandasnya.
Sebelumnya, Anggota Komite Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) atau CCPR Bacre Waly Ndiaye mempertanyakan netralitas Presiden Joko Widodo dan pencalonan Gibran Rakabuming Raka dalam Pilpres 2024.
Pertanyaan itu disampaikan pada Sidang Komite HAM PBB CCPR di Jenewa, Swiss, Selasa (12/3). Ndiaye melontarkan sejumlah pertanyaan terkait jaminan hak politik untuk warga negara Indonesia dalam Pemilu 2024.
Sidang tersebut dihadiri perwakilan negara anggota CCPR termasuk RI. Pembahasan seputar isu HAM terbaru di sejumlah negara dibahas di forum itu dengan sesi tanya jawab antara masing-masing anggota komite HAM PBB kepada perwakilan negara yang dibahas.
Sementara itu, anggota Komite HAM PBB dari Senegal, Bacre Waly Ndiaye, menanyakan isu HAM terkait dinamika Pemilu 2024 RI.
Ndiaye memulai pertanyaan dengan menyinggung putusan Mahkamah Konstitusi (MK) tentang perubahan syarat usia capres-cawapres. Tak berhenti di situ, Ndiaye juga bertanya apakah Pemerintah sudah menyelidiki dugaan-dugaan intervensi pemilu tersebut.
Perwakilan Indonesia yang dipimpin Dirjen Kerjasama Multilateral Kementerian Luar Negeri Tri Tharyat tidak menjawab pertanyaan itu. Saat sesi menjawab, delegasi Indonesia justru menjawab pertanyaan-pertanyaan lain.
Beberapa isu yang dijawab Indonesia tentang dugaan pengerahan militer ke Papua, kebebasan beragama, kasus Panji Gumilang, hingga kasus Haris-Fathia. Delegasi Indonesia juga menjawab soal hak politik orang asli Papua yang ditanyakan Ndiaye bersamaan dengan kasus pencalonan Gibran. {sumber}