Berita Golkar – Direktur Eksekutif Indikator Politik, Burhanuddin Muhtadi menyebut Ridwan Kamil menempati posisi tertinggi untuk Pilkada Jakarta. Namun posisi elektoral Ridwan Kamil selisihnya tidak terlalu jauh dengan Anies Baswedan yang berada di posisi kedua.
Hal tersebut disampaikan oleh Burhanuddin Muhtadi dalam dialog Sapa Indonesia Pagi Kompas TV, Kamis (18/4/2024). “Dinamika elektoral itu tidak statis, sekarang yang paling tinggi namanya Ridwan Kamil, tapi selisihnya tidak jauh sama Mas Anies dalam margin of error,” ucap Burhanuddin.
Burhanuddin menuturkan dinamika electoral untuk Pilkada Daerah Khusus Jakarta memang sangat tinggi. Diungkap Burhanuddin, pada peringkat pertama hingga kesembilan dalam survei yang dilakukannya, perolehan angka elektabilitas tidak terlampau jauh.
“Kita mendapati satu fenomena di mana Jakarta itu dinamika elektoralnya sangat tinggi, peringkat pertama, kedua hingga peringkat ke-9 itu selisihnya tidak terlalu jauh,” kata Burhanuddin.
“Jadi masih membuka pintu buat siapapun, karena proses nominasi masih berlangsung hingga bulan Agustus, masih jauh dan yang menarik partai-partai di Jakarta juga tidak ada yang sangat dominan (di Pemilu 2024).”
Setelah nama Ridwan Kamil dan Anies Baswedan, Burhanuddin menuturkan di posisi ketiga ada nama Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok.
Dalam rekam jejaknya, Ahok pernah memimpin Jakarta sebagai wakil gubernur saat Joko Widodo menjabat gubernur dan juga menjadi gubernur DKI Jakarta dengan Djarot Saiful Hidayat sebagai wakil gubernurnya.
“Ahok itu nomor 3, selalu itu, dia punya segmen pemilih loyal terutama di kalangan etnis Tionghoa dan nonMuslim,” ujar Burhanuddin.
“Tetapi juga lagi-lagi ketika dikerucutkan, kan kita punya 35 nama itu, kalau kita kerucutkan suara Ahok tidak bertambah dari pendukung calon yang namanya di soft list, artinya untuk mendapatkan basis pemilih baru berat juga untuk Ahok ini,” ujarnya.
Lantas bagaimana dengan nama Tri Rismaharini yang juga disebut-sebut punya peluang untuk memimpin Jakarta? Burhanuddin menuturkan elektabilitas Risma untuk Pilkada Jakarta cenderung turun.
“Ibu Risma beberapa waktu lalu termasuk top two ya, jadi termasuk calon yang punya kompetisi elektoral tinggi, tapi belakangan agak turun pesonanya secara elektoral,” kata Burhanuddin.
“Menurunnya terutama sejak menjadi Menteri Sosial, waktu menjadi Wali Kota Surabaya itu elektabilitasnya tertinggi kedua Ibu Risma.” {sumber}