Berita Golkar – Anggota Komisi VI DPR RI Singgih Januratmoko mengapresiasi revitalisasi dua hotel yang dikelola PT Hotel Indonesia Natour (HIN), sebagai bagian dari induk Holding BUMN PT Aviata atau ‘Injourney’. Dua hotel yang direvitalisasi itu adalah Hotel Grand Inna Bali Beach menjadi Bali Beach Hotel, dan The Meru Sanur. Salah satu aspek yang direvitalisasi dengan menaikkan standar bintang 5+ (luxury).
Dengan renovasi hotel tersebut diharapkan mampu menaikkan daya saing dengan hotel sekelasnya.
Sebagaimana diketahui, Oktober 2021 pemerintah resmi menunjuk perusahaan PT Aviata sebagai induk holding BUMN bidang aviasi (penerbangan) dan pariwisata yang beranggotakan Angkasa Pura I, Angkasa Pura II, Hotel Indonesia Natour, Sarinah dan Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan serta Ratu Boko.
“Terkait bisnis BUMN di sektor perhotelan, PR besar dari BUMN memang banyak hotel kita masih ketinggalan karena usia bangunan sudah cukup lama. Sehingga, diperlukan renovasi cukup besar agar dapat kembali bersaing dengan para kompetitor dan meningkatkan kualitas layanan hotel,”kata Singgih dalam Kunjungan Kerja Reses Tim Komisi VI ke Badung, Bali, Senin (22/4/2022).
Politisi Fraksi Partai Golkar ini menambahkan, pada 2023 lalu Holding BUMN Perhotelan juga melakukan rebranding hotel Grand Inna Kuta menjadi Truntum Kuta di Kuta Bali. Kuta merupakan kawasan destinasi wisata cukup strategis, sehingga sudah seharusnya fasilitas hotelnya direnovasi agar bisa kembali bersaing.
“Memang bintangnya enggak harus 5 minimal 4 atau 3 tapi kan benar-benar daerahnya strategis, banyak wisatawan asing di sana. Harapan kita setelah direnovasi dan rebranding nanti bisa meningkatkan kuantitas hunian. Begitu juga Hotel Grand Inna Jogja sudah lumayan dan sekarang sudah mulai ada renovasi dan kita harapkan nanti segera dibuka hotelnya dan bisa bersaing dengan hotel lainnya di Jogja,” tandasnya.
Dia berharap renovasi hotel yang kualitasnya baik akan memberikan keuntungan optimal. Beberapa hotel BUMN yang telah mendapatkan profit pascarevitalisasi, salah satunya Grand Inna Jogja di Malioboro, Yogyakarta. Benchmark ini patut diapresiasi dan dicontoh tata kelolanya oleh hotel BUMN lain.
Sementara itu, Direktur Utama PT. Hotel Indonesia Natour (HIN), Christinr Hutabarat menjelaskan, pihaknya memang sedang melakukan renovasi sekaligus rebranding hotel-hotel yang dikelola BUMN. Hal itu agar meningkatkan kualitas layanan yang pada akhirnya mampu menaikkan tingkat hunian hotel serta keuntungan secara optimal.
“PT Hotel Indonesia Natour atau HIN (Persero) bergabung dalam dua holding yang sedang dibentuk BUMN, yakni holding hotel serta holding pariwisata dan pendukung. Selain sebagai operator hotel, HIN bakal melebarkan bisnisnya di hospitality industry,” tuturnya.
Christinr menjelaskan untuk mencapai skala bisnis optimal, peran sebagai pemilik (ownership) dan operator akan dipisah dalam holding hotel BUMN. Aset hotel akan dikumpulkan di PT Wijaya Karya Realty (Wika Realty), termasuk 11 hotel milik HIN yang akan diserahkan kepada Wika Realty.
“Sedangkan komersialisasinya akan dikelola joint venture antara Wika Realty dan HIN, yakni Hotel Indonesia Group (HIG). Mayoritas kepemilikan HIG dimiliki oleh HIN dengan porsi 51%, sedangkan 49% saham HIG dikantongi Wika Realty,” tegasnya. {sumber}