Berita Golkar – Ketua DPD I Golkar NTT, Emanuel Melkiades Laka Lena, mengatakan, identitas Partai Golkar adalah karya dan kekaryaan bagi masyarakat sehingga ada kontribusi nyata pada setiap pemerintahan.
Selain identitasnya yakni karya dan kekaryaan, Golkar juga sangat anti atau tidak menyukai politik berlabel SARA (suku, agama, ras, antargolongan).
Melki Laka Lena mengatakan hal ini ketika tampil menjadi narasumber pertama di Forum Golkar Academy NTT, Senin (29/4/2024), di Sekretariat Golkar NTT. Forum Golkar Academy angkatan pertama ini dimaksudkan untuk penguatan kapasitas kader.
Forum Golkar Academy angkatan pertama ini diikuti 30 orang yang merupakan utusan dari DPD II Golkar seluruh kabupaten/kKota se-NTT masing-masing satu orang dan delapan orang peserta dari DPD I Golkar NTT. Melki Laka Lena membedah topik “Sejarah, Visi Misi dan Doktrin Partai Golkar”.
Wakil Ketua Komisi IX DPR RI ini mengatakan, Partai Golkar adalah bagian dari sejarah pembangunan Indonesia dari masa ke masa. Golkar berperan selama 32 tahun masa pemerintahan Presiden Soeharto, begitu juga semasa pemerintahan Presiden Habibie.
Partai Golkar, kata Melki, selalu bisa diandalkan dalam pemerintahan untuk memimpin berbagai bidang. Bidang perekonomian, industri adalah sektor-sektor yang biasa dipimpin oleh kader-kader Partai Golkar.
Menurutnya, doktrin karya kekaryaan adalah bagian dari perjuangan Golkar. Artinya, rakyat membutuhkan bukti kerja nyata sehingga Golkar selalu eksis. Apalagi Golkar adalah partai nasionalis dan kebangsaan, tanpa ada sekat.
“Karena itu, Golkar itu anti yang namanya politik SARA; suku, agama, ras dan antargolongan. Di Golkar tidak ada SARA. Saya paling benci kalau ada yang singgung soal suku dan agama. Jadi saya ingatkan kader muda Golkar untuk tidak terjebak politik SARA, apalagi politik transkasional. Nasib kita di politik itu Tuhan sudah atur,” tegas Melki.
Melki juga mengingatkan bahwa sejak era reformasi tahun 1998, Golkar sudah berpisah dengan pemerintah (birokrat) dan TNI (tentara), yang dulu dikenal dengan sebutan jalur ABG (ABRI, Birokrat dan Golkar). “Sekarang Golkar sudah pisah dari pemerintah (birokrasi) dan tentara,” ujarnya.
Karena itu, jelas Melki, saat ini kader Golkar harus bisa menunjukkan kerja nyata. “Kita ikat rakyat dengan kebaikan dengan pola kerja yang baik. Untuk itu, Forum Golkar Academy NTT ini jadi momentum berproses. Jatuh bangun itu hal biasa dalam dinamika partai. Politisi itu harus siap mati berkali-kali tapi harus bangkit kembali,” katanya.
Melki menambahkan, kunci utama dari semua itu adalah kesiapan melayani orang banyak, juga perlu adanya kerendahan hati.
“Pesan saya, uruslah partai dengan baik. Tidak boleh jauh dari rakyat karena orang yang sukses itu perlu banyak mendengar dan belajar. Harus bisa berbeda dari yang lain. Saya berharap 30 peserta Golkar Academy NTT angkatan pertama ini bisa menjadi motor untuk bisa mewujudkan karya dan kekaryaan Golkar,” pintanya.
“Untuk itu, politik harus kita kendalikan. Artinya kebaikan harus lebih dominan untuk bisa mengalahkan politik uang yang makin masif dalam Pemilu 2024 ini,” tegas Melki.
Melki Laka Lena juga mengklaim Presiden Joko Widodo (Jokowi) sejatinya telah menjadi bagian dari partai politik berlambang pohon beringin itu. Karena selama memimpin Indonesia Jokowi melaksanakan doktrin Golkar, yakni karya kekaryaan. “Jadi doktrin kekaryaan itu sudah dilaksanakan oleh Pak Jokowi,” katanya. {sumber}