Berita Golkar – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa pertumbuhan ekonomi sebesar 5,11% secara year on year (yoy) pada kuartal I 2024. Angka tersebut mencatatkan pertumbuhan kuartal I yang tertinggi sejak 2015.
Dari sisi pengeluaran, tingginya realisasi berbagai belanja pemerintah, terutama untuk belanja pemilu telah mendorong konsumsi pemerintah tumbuh mencapai 19,9% yoy. Hal tersebut juga tercermin dari Konsumsi Lembaga Non-Profit Rumah Tangga (LNPRT) yang tumbuh hingga 24,29% yang disebabkan adanya kegiatan Pemilu.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan komponen konsumsi rumah tangga dan pembentukan modal tetap bruto (PMTB) masih menjadi sumber pertumbuhan tertinggi, meski di tengah net ekspor yang negatif.
“Kondisi tersebut menunjukkan permintaan domestik yang masih kuat dan didukung oleh kebijakan fiskal sebagai shock absorber dalam merespons kondisi ketidakpastian global yang terjadi saat ini,” ucap Airlangga dalam keterangan resmi yang diterima pada Senin (6/5/2024).
Untuk sisa periode 2024, kondisi perekonomian global diestimasikan masih menghadapi ketidakpastian yang dipicu oleh kebijakan suku bunga yang tinggi, peningkatan tensi geopolitik, hingga pelemahan permintaan global.
Meski demikian, berdasarkan publikasi World Economic Outlook dari International Monetary Fund (IMF) April 2024, perekonomian nasional 2024 diproyeksikan akan tetap resilien pada kisaran 5% dan pada 2025 akan mengalami peningkatan serta melampaui proyeksi pertumbuhan ekonomi global dan rata-rata negara berkembang.
Sebagai upaya dalam menjaga pertumbuhan ekonomi tersebut, pemerintah telah mencanangkan sejumlah strategi mulai dari menjaga daya beli dan stabilitas harga melalui kebijakan bantuan sosial, PPN DTP properti, pengendalian inflasi dengan 4K, menjaga ketahanan sektor eksternal melalui optimalisasi penerimaan DHE SDA.
“Serta memperkuat implementasi LCT, hingga mengakselerasi kinerja kebijakan sektoral lainnya melalui peningkatan nilai tambah dengan hilirisasi dan percepatan transisi energi dengan electric vehicle (EV),” terang Airlangga.
Dengan berbagai capaian kondisi perekonomian tersebut, Indonesia mampu menjadi salah satu negara yang tumbuh kuat dan persisten berada di level yang tinggi dibandingkan dengan sejumlah negara lain seperti Malaysia (3,9%), Korea Selatan (3,4%), Singapura (2.7%), dan Meksiko (1,6%).
Pertumbuhan ekonomi nasional tersebut juga disertai dengan tingkat inflasi yang rendah dan terkendali sebesar 3,0% atau lebih rendah dibandingkan sejumlah negara lain, seperti India (4,9%), Brazil (3,9%), dan Filipina (3,7%). {sumber}