Berita Golkar – Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Golkar Nusa Tenggara Timur (NTT) menggelar Golkar Academy NTT angkatan 2 bertema “Kaum Muda Milenial dan Perempuan Solid Terkonsolidasi Menangkan Paslon Partai Golkar di Pilkada se-NTT” di Kantor DPD I Golkar NTT, Jumat (14/6).
Golkar Academy NTT 2 ini diikuti oleh 50 peserta yang akan memperoleh pendidikan politik untuk menggerakkan seluruh komponen masyarakat maupun simpul-simpul Golkar di seluruh NTT.
Ketua DPD I Golkar NTT, Emanuel Melkiades Laka Lena mengatakan, dengan program ini Golkar ingin memenangkan Pilkada dengan cara yang elegan dan menjauhkan cara-cara seperti politik uang, maupun agama, suku, dan semacamnya yang menjadi penentu.
“Ini pekerjaan yang banyak partai tidak banyak tertarik, tapi kita mau masyarakat untuk mendapatkan pendidikan politik, makin dicerdaskan dan mengerti politik dengan baik. Politik itu ruang gembira, tidak sekedar bicara suku, agama. Jadi Golkar Academy ini memberikan bahwa orang ini punya catatan yang bagus, punya pikiran dan program yang bagus,” tegas Melki.
Dia mengaku, pada perolehan hasil pada Pileg lalu, seluruh konfigurasi suku dan agama itu terpatahkan. Hal itu merupakan potensi politik NTT bertumbuh menjadi lebih baik dalam aspek sosiologis yang sudah mulai terbuka. Namun, meskipun begitu ia mewanti-wanti agar jangan sampai NTT malah masuk dalam politik uang.
Lanjutnya, untuk melaksanakan kampanye yang elegan, maka kali ini Golkar tidak saja gencar berkampanye darat, melainkan juga secara udara (digital). Karena itu, dalam Golkar Academy ini, para peserta akan dibekali terkait kampanye digital.
“Bicara soal kampanye digital adalah bagiannya anak muda. Pergeseran pengaruh digital bagi politik itu makin besar, itulah skema pemenangan Golkar di NTT kita buat sebaik mungkin, di darat kita buat baik seperti yang sudah-sudah, dan di udara kita buat lebih baik. Di Indonesia saya kira ini Partai Golkar yang pertama,” terangnya.
Ruang digital saat ini menjadi ruang yang diakses banyak orang. Karena itu Melki menyebut, sangat disayangkan apabila ruang tersebut tidak menjadi produktif. “Kita tidak sekedar mau menang saja, tapi diproses ini kita menang dengan elegan, menang dengan baik, jangan sampai karena politik uang, politik agama dan suku,” tandasnya. {sumber}