Berita Golkar – Kesuksesan Partai Golongan Karya (Golkar) meraih hasil positif di Pemilihan Umum Legislatif (Pileg) dan Pemilihan Umum Presiden (Pilpres) 2024 disebut-sebut sebagai titik balik partai berlogo pohon beringin tersebut, setelah dalam beberapa pemilu terakhir suaranya cenderung menurun.
Ini sekaligus menunjukkan efektifitas kepemimpinan Ketua Umum (Ketum) Airlangga Hartarto yang mampu ‘memanaskan’ mesin politik partai sampai ke ranting. Namun Golkar tidak akan mencapai hasil itu bila tidak memiliki tim yang solid di bawah Ketum Airlangga.
Salah satu nama yang kerap disebut adalah Ahmad Doli Kurnia Tandjung, Wakil Ketua Koordinator Bidang Pemenangan Pemilihan Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Golkar.
Doli berlatar belakang aktivis sejak di kampus, bahkan hingga kini ia masih memimpin sejumlah organisasi. Di Pileg 2024 Doli bertanggung jawab menjalankan strategi pemenangan hingga ke level terbawah.
Pengamat Politik Developing Countries Studies Center (DCSC), Zaenal A Budiyono menilai pencapaian Golkar di Pileg 2024 ini cukup mengejutkan.
“Saya kira ini titik-balik Golkar setelah sebelumnya kurvanya terus menurun. Banyaknya elit Golkar yang keluar dan mendirikan partai baru sempat membuat suara partai beringin terkoreksi. Namun kini mereka berhasil mengkonsolidasikan diri dan memanaskan mesin hingga di kepengurusan terbawah,” kata Zaenal, Sabtu (15/6/2024).
Padahal, lanjutnya, survei Golkar beberapa bulan menjelang Pileg 2024 masih stagnan satu digit. Misalnya pada survei Desember 2023, dimana elektabilitas Golkar hanya berada di kisaran 9,3 persen. Lalu mengapa terjadi lompatan tajam hingga 17,59 persen di Pileg 2024?
“Pertama, yang saya dengar langsung dari beberapa sumber, Golkar menyadari bahwa kepengurusan di Ranting sudah lama mati suri. Lalu dilakukan revitalisasi secara massif sehingga mesin partai hidup lagi,” jelas Zaenal.
Kedua, tambahnya, kecermatan Golkar “memanfaatkan” coattail effect (efek ekor jas) Joko Widodo dan Prabowo Subianto sekaligus.
“Hasilnya kita lihat suara Golkar melebihi Partai Gerindra (Gerakan Indonesia Raya), yang notabene partainya Pak Prabowo dan menempel PDIP (Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan). Saya kira desk pemenangan pemilu Golkar menyiapkan strategi ini sejak lama. Bukan ujug-ujug,” kata Zaenal.
Ketiga, penempatan calon anggota legislatit (caleg) di daerah pemilihan (dapil) yang tepat. Pasalnya merekalah yang menjadi ujung tombak kampanye untuk menarik simpati pemilih.
“Ada proses seleksi dan sekolah partai untuk caleg di Golkar Institute sejak dua tahun lalu. Saya kira itu berpengaruh, khususnya dalam pemetaan isu di tiap Dapil, dan juga mengukur kekuatan dan kelemahan partai,” ungkap Zaenal.
Diberitakan sebelumnya, Partai Golkar berhasil mengamankan 18 persen kursi DPR RI yang ekuivalen dengan 102 kursi. Partai Golkar juga meraih hasil positif di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi dan Kabupaten/Kota.
Partai Golkar menjadi partai terbanyak yang mendapatkan kursi DPRD Provinsi, naik 50 kursi menjadi 359 kursi dari sebelumnya hanya 309 di Pemilu 2019.
Partai Golkar juga mengamankan 2.521 kursi DPRD Kabupaten/Kota se-Indonesia. Naik 99 kursi atau 4 persen dibandingkan Pemilu 2019 lalu yang hanya 2.422 kursi. Jumlah ini setara dengan 14.4 persen dari total 17.510 kursi DPRD secara nasional. {sumber}