KPPG  

Perempuan Politik Penuh Stigma Negatif, Meutya Hafid Cerita Ditantang Berani Jabat Ketua Komisi I DPR RI

Berita GolkarKetua Komisi I DPR RI, Meutya Hafid mengungkapkan berbagai tantangan saat dirinya terjun ke dunia politik. Karena sebagai perempuan yang memilih berkarir di dunia politik, Meutya Hafid juga harus menjalani kehidupan menjadi seorang istri dan ibu. Peran ganda perempuan sebagai pilar keluarga sekaligus politisi, menjadi tantangan tersendiri untuknya.

Hal ini disampaikan Meutya Hafid saat menjadi narasumber di acara peluncuran buku ‘Srikandi Partai Golkar: Kiprah di Parlemen 2019-2024’ dalam rangka HUT ke-22 KPPG di DPP Partai Golkar, Minggu (23/06/2024).

“Perempuan di politik itu penuh tantangan. Kalau suami kita di politik mungkin bisa mengerti, tapi kalau suami tidak di dunia politik, memang terkadang upaya untuk saling mengerti harus lebih keras. Di awal saya masuk politik, saya juga mengalami banyak tantangan. Beruntung para senior sangat mengayomi,” tutur Meutya Hafid.

Lebih lanjut, Meutya Hafid menceritakan pengalaman menariknya saat pertama kali duduk sebagai Ketua Komisi I DPR RI. Saat itu, ia mengaku dipanggil oleh Ketua Fraksi Partai Golkar DPR, Kahar Muzakir. Kahar Muzakir kemudian menanyakan satu hal untuk meyakinkan dirinya menempatkan Meutya Hafid sebagai ketua Komisi I DPR.

“Ketika saya ditunjuk jadi Ketua Komisi I, Ketua Fraksi Partai Golkar DPR RI Pak Kahar hanya bertanya satu hal kepada saya. Bukan pertanyaan kamu bisa atau nggak, kamu mampu atau nggak. Tapi pertanyaan saat itu, kamu berani?” ungkap Meutya.

“Tapi Pak Ketua Umum, Pak Airlangga Hartarto mendorong saya agar berani. Akhirnya saya beranikan diri. Dan apa yang ditanyakan Pak Kahar itu terjawab ketika saya duduk sebagai Ketua Komisi I DPR, ternyata seperti ini yang dimaksud agar berani,” sambungnya lagi.

Stigma dan perspektif negatif tentu tak bisa dilepaskan saat Meutya Hafid harus duduk sebagai Ketua Komisi I DPR. Bagaimana tidak? Komisi I DPR sangat lekat dengan dunia laki-laki yang sangat maskulin. Mitra kerja Komisi I DPR, seperti TNI, BIN dan Kemenlu biasanya banyak dilakukan oleh kaum laki-laki.

“Saat di awal Komisi I, stigma itu masih ada. Banyak yang merendahkan bahkan. Dianggap masih muda, dan perempuan, saya sering dichallenge oleh anggota lainnya. Bagi saya tugas paling berat adalah merangkul dan diterima oleh bapak-bapak di Komisi I DPR. Alhamdulillah tugas ini berjalan dengan baik seiring waktu,” urai Meutya Hafid. {redaksi}