Jaga Ketahanan Ekonomi, Mukhtarudin Dukung Airlangga Hartarto Terkait Pembangunan Smelter Freeport Indonesia

Berita Golkar – Wakil Ketua Fraksi Golkar Bidang Industri dan Pembangunan (Inbang) DPR RI Mukhtarudin mendukung Menteri Airlangga Hartarto terkait peran operasional Smelter PT Freeport Indonesia (PTFI) dalam menjaga Ketahanan Ekonomi nasional.

Politisi Golkar Dapil Kalimantan Tengah ini juga mengatakan proyek PTFI di kawasan Gresik Jawa Timur yang memiliki investasi kumulatif hingga mencapai puluhan triliun rupiah itu bukan hanya bermanfaat bagi ekonomi nasional.

Tetapi juga, lanjut Mukhtarudin, dapat memberikan dampak yang positif kontribusi bagi ekonomi daerah dan akan menciptakan lapangan pekerjaan. “Dan tentu diharapkan akan mengundang para investor smelter dan bagi investor produk-produk turunan lainnya,” imbuh Mukhtarudin.

Anggota Komisi VII DPR RI ini mendorong agar investasi yang masuk ke Indonesia pada sektor hilirisasi dapat saling terintegrasi antara fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) milik PT Freeport Indonesia dengan smelter tambang lainnya.

Mengingat, Mukhtarudin bilang dengan integrasi tersebut, maka akan memperkuat hilirisasi dalam upaya membangun ekosistem suatu industri. “Ini juga akan memberikan nilai serta menjadikan pijakan Indonesia menjadi negara yang maju sekalipun menuju Indonesia Emas 2045 mendatang,” pungkas Mukhtarudin.

Diketahui, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto meresmikan pengoperasian smelter PT Freeport Indonesia (PTFI) di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di Gresik, Jawa Timur.

Smelter PTFI merupakan fasilitas pemurnian tembaga dengan desain jalur tunggal terbesar di dunia berkapasitas pemurnian mencapai 1,7 juta ton konsentrat tembaga per tahun.

“Kita beri applause kepada manajemen yang extraordinary. Dan yang dibangun pun pabrik yang extraordinary, luar biasa. Jadi ini sangat tepat waktu, karena saat sekarang renewable energy menjadi tren. Dan tren renewable energy butuh critical mineral. Dan salah satunya adalah copper,” kata Airlangga.

Airlangga menjelaskan, proyek yang menempati lahan seluas 100 hektar itu memiliki nilai investasi kumulatif mencapai 3,7 miliar dolar AS atau Rp58 triliun.

Investasi tersebut tidak hanya akan memberikan manfaat bagi perusahaan konstruksi dalam negeri, tetapi juga akan menciptakan efek berganda (multiplier effects) kepada masyarakat di Kabupaten Gresik.

Bersama dengan smelter yang dioperasikan PT Smelting, keduanya akan memurnikan 3 juta ton konsentrat tembaga per tahun dengan produksi sekitar 600.000 ton katoda tembaga, 50 ton emas, dan 200 ton perak per tahun.

Dengan beroperasinya smelter ini, seluruh kosentrat tembaga yang diproduksi oleh PTFI dapat semuanya diproses dan dimurnikan di dalam negeri, demikian juga lumpur anoda dari PT Smelting.

“Dan ini yang pertama integrasi tambang sampai dengan produk akhir. Dan dengan integrasi ini, maka produksi emas nanti yang 50 ton bayar royalti. Karena ini terintegrasi dari tambang sampai ke hilir. Demikian pula untuk perak juga bayar royalti. Jadi tentu banyak pendapatan yang didapatkan pemerintah,” ujarnya.

Kehadiran PTFI di KEK Gresik diharapkan dapat menjadi salah satu penarik dalam membentuk kawasan dengan ekosistem yang mendukung hilirisasi, khususnya kendaraan listrik (EV).

Hingga Maret 2024, KEK Gresik telah mencatatkan nilai investasi sebesar Rp75,2 triliun dan menyerap lebih dari 35.000 orang tenaga kerja.

“Tentu ke depan Indonesia akan mampu untuk meningkatkan ekspornya. Kalau ekspor kita kuat, maka rupiah kita bisa stabil. Sebagai contoh, dari nikel itu dan dari kelapa sawit ekspor kita 55 miliar dolar AS. Nah impor minyaknya 40 miliar dolar AS. Jadi sebetulnya natural hedging itu terjadi,” terang Airlangga.

Selain melakukan prosesi peresmian operasional smelter PTFI, Airlangga beserta rombongan juga berkesempatan meninjau kawasan smelter PTFI dengan mengunjungi area jetty, anode casting, dan central control building.

Airlangga juga menyampaikan kepada awak media terkait peran operasional smelter PTFI dalam menjaga ketahanan ekonomi nasional.

Adapun, pemerintah menggagas kebijakan hilirisasi industri yang diharapkan mampu mendukung peningkatan nilai tambah perekonomian nasional sekaligus menjadi salah satu kunci dalam menjaga resiliensi ekonomi nasional.

Untuk mendukung kebijakan hilirisasi tersebut, peran off-takers domestik menjadi sangat penting termasuk pengguna bahan baku tembaga.

Lebih lanjut, pasokan produk hilirisasi tembaga yang dibutuhkan Indonesia saat ini masih mengandalkan produk impor seperti copper tube, copper tape, evaporator tembaga, serta komponen-komponen yang dibutuhkan dalam produksi EV seperti kabel, inverter, hingga baterai.

“Guna memenuhi kebutuhan tersebut, Pemerintah terus mendorong industri pengolahan di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) untuk melakukan hilirisasi,” pungkas Airlangga Hartarto. {sumber}