Berita Golkar – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto meminta UMKM turut dilibatkan dalam pengembangan bioavtur di Indonesia. Dia melihat ada potensi yang bisa dimanfaatkan oleh UMKM.
Menko Airlangga Hartarto mencontoh adanya pengembangan yang dilakukan oleh Indonesia-Japan Business Network (IJB-Net) soal bioavtur ini. Dia turut meminta Ketua Umum Kadin Indonesia, Arsjad Rasjid untuk menangkap peluang tersebut.
“Salah satu pak Ketua Umum Kadin yang bisa didorong, kemarin di Jepang juga IJB-Net itu dengan SME membuat bioavtur, nah ini bisa direplikasi,” ungkap Airlangga dalam Pesta Rakyat UMKM Indonesia, di JCC Senayan, Jakarta, Senin (22/7/2024).
Dia menilai, dalam pengembangan bioavtur ini UMKM tidak bisa sendiri, sehingga perlu dibentuk semacam gabungan UMKM. Sementara itu, bahan bakunya bisa disuplai dari minyak inti biji kelapa sawit (palm kernel oil) atau minyak jelantah.
Terkait suplai bahan baku itu, Menko Airlangga turut menyinggung Bos Grup Sinar Mas, Franky Widjaja yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Umum Koordinator Bidang Perekonomian Kadin Indonesia.
“Karena bioavtur tidak cukup oleh satu UMKM tetapi harus many (banyak) UMKM karena bahan bakunya bisa support oleh pak Franky mulai dari palm kernel oil ataupun waste, jelantah, minyak goreng bekas,” ungkapnya.
Dia menyebut, perlu ada klasterisasi dalam UMKM penggarap bioavtur ini. Pasalnya, UMKM nantinya akan berhadapan dengan pelaku industri dengan skala produksi yang lebih besar.
“Nah ini kan sifatnya klaster harus ada pengumpulnya dan harus membuat industrinya secara skalanya kecil-kecil diperbesar, karena nanti lawannya itu adalah perusahaan besar lagi yang bangun 250 ribu ton per tahun. Sehingga yang dari UMKM naik kelasnya terlalu lambat,” paparnya.
Lebih lanjut, Menko Airlangga menuturkan ada target pemerintah sebesar 2-5 persen pengguna bioavtur bagi industri penerbangan. Dengan porsi ini, UMKM dinilai bisa ikut berperan.
Dia berharap, UMKM punya porsi dalam pengembangan bioavtur ini. Di sisi lain, industri besar cukup menekuni sektor biodiesel atau biosolar. “Tetapi bio avtur menjadi penting, karena Indonesia akan mendorong bioavtur dari dua, kita udah punya roadmap 2-5 persen,” ucapnya.
“Tetapi bio avtur kan jumlahnya tidak besar-besar amat, jadi biarkan yang besar main di biodiesel, nah bio avtur ini kasih dulu sama UMKM pak Arsjad. Jadi ini yang harus kita dorong ke depan,” sambung Menko Airlangga.
Sebelumnya, Sekolah Vokasi Undip (SV Undip) menerima kunjungan dari Lembaga Pengembang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (LPUMKM) Jawa Tengah dan PT Kaltim Bumi Energi Etam. Ini bukan kunjungan biasa, namun menjajaki pendirian pabrik biodiesel.
Dalam kunjungan tersebut disampaikan rencana Program Kerja LPUMKM Jawa Tengah untuk memasarkan minyak goreng dan memanfaatkan minyak jelantah menjadi Biodiesel dari kalangan UMKM se-Jawa Tengah melalui sistem digitalisasi.
Pertemuan dihadiri Ketua Program Studi Teknologi Rekayasa Kimia Industri (TRKI) Mohamad Endy Julianto, ST, MT dan Tim Peneliti Bioavtur Anggun Puspita Siswanto, S.T., Ph.D., Dr. Ria Desiriani, S.T., M.T, bersama mahasiswa TRKI program MBKM yakni Abraham Mario Natari, Ade Kurnianto, dan Fatimah Hapsari.
Kepala LPUMKM Jawa Tengah Khafid Sirotudin dan direktur PT Kaltim Bumi Energi Etam, Heru Hussodo menyampaikan kemungkinan didirikannya pabrik Bioavtur dan Biodiesel oleh Tim Sekolah Vokasi undip.
“Saya pikir kolaborasi ini sangat diperlukan dalam pengelolaan minyak goreng serta pembuatan Biodisel dari minyak jelantah,” kata Khafid Sirotudin.
Endy menyampaikan bahwa kapasitas Miniplant Biodiesel Sekolah Vokasi Undip sebesar 1.000 liter/hari dengan menggunakan bahan baku jelantah, lemak hewani dan berbagai minyak nabati.
“Dalam uji coba bersama PT. BGR & CV. RBS untuk biodiesel dengan jarak tempuh sebesar 15.000 km, ternyata menghasilkan performa mesin diesel lebih bertenaga, suara mesin lebih senyap, dan pembakaran bahan bakar yang lebih bersih,” kata Endy.
Sementara itu, Heru Hussodo dari PT Kaltim Bumi Energi Etam mengungkapkan ingin segera bekerjasama dengan Undip dalam pembuatan pabrik biodiesel.
“Energi yang kita buat akan terus ada, karena energi yang kita produksi adalah green energi, maka perlu kerja sama dengan Undip yang sudah berpengalaman dalam riset dan pembuatan biodiesel dan bioavtur,” katanya.
Endy yakin Biodiesel dan Bioavtur dapat digunakan sebagai pengganti energi yang ada saat ini, maka perlu industry yang mapan untuk mendukung green energy yang ada. Endy juga menyampaikan bahwa Tim dari Vokasi Undip memiliki kompetensi dan telah berpengalaman dalam pembuatan miniplant biodiesel. {sumber}