Berita Golkar – Ketua MPR RI sekaligus Wakil Ketua Umum Partai Golkar Bambang Soesatyo menjadi pembaca teks Proklamasi Upacara Peringatan Detik-Detik Proklamasi dalam rangka peringatan HUT ke-78 Republik Indonesia di Istana Negara, Jakarta, Kamis (17/8/2023). Bamsoet menyebut upacara tahun ini spesial karena bisa jadi upacara terakhir di Istana Negara Jakarta.
“Upacara kali ini sangat spesial, karena akan menjadi upacara terakhir di DKI Jakarta. Mulai tahun depan, upacara akan diselenggarakan di Ibu Kota Negara Nusantara (IKN Nusantara). Usia 78 tahun bukanlah usia muda dalam sebuah kemerdekaan,” ujar Bamsoet dalam keterangannya, Kamis (17/8/2023).
“Setelah 78 tahun, akhirnya kita sudah memulai proses pemindahan ibu kota negara ke Kalimantan, di posisi geografis yang berada di tengah antara Indonesia Barat dan Timur. Bukan sekadar pemindahan ibu kota negara, melainkan juga memindahkan berbagai pola pembangunan dari yang semula Jawa Sentris menjadi Indonesia Sentris,” imbuhnya.
Bamsoet menjelaskan upacara kali juga spesial, karena menjadi upacara terakhir menjelang pelaksanaan Pemilu 2024. Oleh sebab itu, kata dia, upacara kali ini harus dijadikan momentum bagi para bakal calon presiden dan wakil presiden serta para pendukungnya untuk tetap menjaga semangat dan persatuan bangsa.
Selain Indonesia pada tahun 2024 nanti juga akan ada berbagai negara adikuasa yang akan menyelenggarakan Pemilu, antara lain Pemilu Taiwan pada Januari 2024 yang akan mempengaruhi kondisi Tiongkok dan Amerika, Pemilu Rusia pada 17 Maret 2024; serta Pemilu Amerika Serikat pada 5 November 2024.
“Sebagai negara besar yang berada pada pusaran kepentingan geopolitik global, siapapun Presiden Indonesia yang terpilih dalam Pemilu 2024 nanti, harus mampu membawa kapal besar Indonesia menghadapi gelombang geopolitik dunia yang semakin sulit diprediksi. Saat ini saja, dunia masih menghadapi ketegangan akibat perang Rusia-Ukraina yang memperlihatkan bahwa perdamaian seakan masih menjadi konsep yang menggantung di awang-awang,” jelas Bamsoet.
Wakil Ketua Umum Pemuda Pancasila itu menerangkan perang menunjukkan secara gamblang cara pandang para pemimpin dunia di tengah peta kekuatan global yang multipolar yang seringkali mementingkan motif politik dan ekonomi, dibandingkan prinsip-prinsip kemanusiaan universal.
Di tengah situasi tersebut, kata dia, patut diapresiasi peran pemerintah Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo yang telah berulang kali berupaya memberikan solusi perdamaian permanen dengan mendorong gencatan senjata dan diplomasi di meja perundingan.
“Perang Rusia-Ukraina, ketegangan Tiongkok-Taiwan, hingga potensi konflik di semenanjung Korea, merupakan sebagian dari beberapa isu yang dipandang berpengaruh pada stabilitas geopolitik global. Sekaligus mengisyaratkan bahwa pertahanan dan keamanan negara kita harus dimaknai secara holistic dan multidimensional. Indonesia sebagai negara berdaulat perlu memiliki kemampuan militer yang tangguh dan profesional yang didukung semangat kerja sama segenap elemen bangsa, sebagaimana mandat Panglima Besar Jenderal Sudirman: Tentara kita adalah tentara rakyat yang akan kuat bila hidup dan bergotong royong bersama rakyat,” terang Bamsoet.
Bamsoet menuturkan pertahanan dan keamanan negara juga meliputi dimensi ekonomi. Sebagai negara kaya sumber daya, Indonesia harus membangun ketahanan dan kemandirian ekonomi, yang ditopang oleh kedaulatan pangan, energi, dan industri.
“Kita patut bersyukur, dibawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo, di usia kemerdekaan ke-78 tahun ini Indonesia telah mengukir beberapa prestasi di bidang ekonomi. Salah satunya, peringkat daya saing Indonesia meningkat dari posisi 44 pada tahun 2022 menjadi ke posisi 34 dari total 64 negara di dunia. Berdasarkan hasil riset World Competitiveness Ranking 2023. Posisi tersebut menjadikan Indonesia melampaui beberapa negara di Asia Pasifik seperti Jepang yang berada di posisi 35, India di posisi 40, dan Filipina di posisi 52,” ujar Bamsoet. {sumber}