Berita Golkar – Wakil Ketua Fraksi Golkar Bidang Inbang DPR RI, Mukhtarudin mengucapkan selamat kepada Bahlil Lahadalia yang telah dilantik sebagai Menteri ESDM oleh Presiden Joko Widodo dalam sisa masa jabatan tahun 2019-2024.
Selamat pak Bahlil, semangat dari kepemimpinan Arifin harus tetap dipegang teguh hingga Oktober 2024, tutur Mukhtarudin, Senin (19/8/2024).
Legislator asal Kalimantan itu mendukung komitmen Menteri Bahlil yang fokus meningkatkan lifting minyak dalam negeri di sisa masa kerjanya yang tinggal dua bulan atau hingga Oktober 2024.
Semoga ini tugas bersama, agar target lifting Migas bisa tercapai. Mengingat peningkatan pendapatan negara dari sektor Migas juga sangat penting untuk berlanjutnya pembangunan tumbuh kembangnya perekonomian nasional, kata Mukhtarudin.
Bahlil Lahadalia menegaskan bahwa upaya peningkatan lifting minyak adalah perintah langsung dari Presiden Joko Widodo dan presiden terpilih Prabowo Subianto.
Saya hanya fokus pada sisa waktu ini, perintah Presiden Joko Widodo dan perintah presiden terpilih Prabowo, saya sowan kepada beliau pagi hari, adalah melanjutkan apa yang sudah dilakukan oleh Pak Arifin terkait dengan optimalisasi peningkatan lifting minyak kita, ujar seusai serah terima jabatan dengan mantan Menteri ESDM Arifin Tasrif.
Menurutnya, arahan dari Presiden Jokowi dan presiden terpilih Prabowo adalah untuk melanjutkan apa yang telah dilakukan oleh Arifin, khususnya dalam optimalisasi sumur-sumur minyak yang telah diberikan oleh SKK Migas.
Bahlil kemudian menekankan kepada Direktur Utama PT Pertamina Nicke Widyawati untuk segera melakukan pembicaraan mendetail mengenai masalah penurunan lifting minyak yang terus terjadi sementara konsumsi terus meningkat.
Jadi Dirut Pertamina, ini kita harus bicara detail, karena lifting kita turun-turun terus, konsumsi naik, impor terus, barang kita ada, ucap Bahlil mantan Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) itu.
Lebih lanjut, Bahlil menyoroti persoalan regulasi yang dianggap sebagai hambatan dalam peningkatan lifting minyak.
Bahlil menekankan bahwa jika regulasi memang menjadi penghambat, maka perubahan harus segera dilakukan agar Indonesia bisa lebih kompetitif di pasar internasional.
Kalau memang itu persoalannya ada di regulasi, apanya yang harus kita rubah, apa yang harus negara berikan agar kita kompetitif, tegas Bahlil Lahadalia. {sumber}