Berita Golkar – Anggota Komisi VII DPR RI Dyah Roro Esti secara keseluruhan mengapresiasi upaya PLN dalam merealisasikan transisi energi. Sebab, menurutnya, hal tersebut bukanlah yang mudah karena membutuhkan usaha yang besar untuk merealisasikannya.
Terlebih, tambahnya, saat ini PLN telah memiliki Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) tahun 2024-2033 yang lebih mengarah kepada energi baru terbarukan.
“Kami menyimak juga bahwa PLN punya RUPTL yang baru tahun 2024-2033 (yang) betul-betul mengedepankan energi baru terbarukan. Potensi energi terbarukannya itu kembali lagi menjadi fokus, yang kami harap ini mampu untuk mengurangi emisi karbon di sektor energi yang di mana saat ini menjadi penyumbang kurang lebih hampir 30 persen dari total emisi kita di Indonesia. Jadi ini merupakan terobosan yang harus dan akan selalu kami dukung dari Komisi VII,” tuturnya dalam Kunjungan Kerja Spesifik Komisi VII di Badung, Bali, dikutip dari laman DPR RI, Senin (9/9/2024).
Selain itu, ia juga menyoroti keberhasilan PLN dari kendala over supply yang bertahun-tahun dialami. Menurutnya, keberhasilan PLN dari jebakan over supply itu menyiratkan bahwa meningkatnya pertumbuhan ekonomi dan aktivitas masyarakat yang semakin produktif, yang hal itu terefleksikan melalui kebutuhan energi yang juga semakin meningkat.
“Karena salah satu cara untuk mengatasi over supply adalah mendorong industri-industri yang (memiliki) daya serap yang cukup tinggi untuk Listrik. Tapi berdasarkan kabar hari ini mudah-mudahan ini satu hal yang selama ini menjadi tantangan itu bisa kita coret. Kita bisa semakin fokus lagi kepada bagaimana kita bisa betul-betul merealisasikan potensi yang kita miliki di ranah energi terbarukan ini,” ungkap Politisi Fraksi Partai Golkar ini.
Dyah Roro juga menambahkan soal optimalisasi potensi energi baru dan energi terbarukan (EBET) yang Indonesia miliki, di antaranya nuklir. Menurutnya, nuklir menjadi sebuah pertimbangan yang patut untuk dikerjasamakan ke depannya, agar tantangan-tantangan yang dialami Indonesia dari segi transisi bisa diatasi dengan baik.
“Bisa kita atasi dengan baik dengan catatan tentunya bahwa secara safety tidak ada lagi masalah, kemudian juga dari sisi Research and Development (R&D) nya juga berjalan dengan baik, mungkin ini bisa membuka peluang untuk investor investasi lapangan pekerjaan baru,” ucapnya.
Ia pun berharap ke depannya semua pihak memandang transisi energi adalah suatu keharusan untuk mengedepankan sustainable growth dengan kacamata yang berbeda. Hal itu dengan cara melihat potensi-potensi yang ada di dalamnya untuk menciptakan lapangan pekerjaan.
“Bagaimana kita bisa menyejahterakan masyarakat, bagaimana di waktu yang bersamaan kita bisa menciptakan masa depan berkelanjutan yang pada intinya kita butuh gitu, bisa dibayangkan kalau fokusnya hanya di pertemuan ekonomi tapi secara lingkungan justru kita lupa,” tekannya.
Terakhir, Dyah Roro pun menyinggung soal RUU EBET yang masih belum dapat dirampungkan oleh Komisi VII DPR RI di periode 2019-2024, mengingat RUU EBET sendiri sudah cukup matang meskipun di dalam beberapa hal masih ada pembahasan yang masih belum selesai. Meskuosemoga nasib RUU EBET seperti UU Minerba yang justru dapat di carry over dan disahkan di periode yang akan datang.
“Tapi mudah-mudahan insyaAllah Nasib (RUU EBET) itu seperti RUU Minerba yang di periode (DPR RI) lalu tidak bisa disahkan, lalu kemudian carry over di tahun pertama (DPR RI) langsung disahkan. Harapannya itu tadi kita mampu sebagai Anggota DPR RI hadir untuk masyarakat untuk menciptakan masa depan yang kita nantikan dan kita inginkan untuk bangsa Indonesia,” tutupnya. {}