Berita Golkar – Di tengah berita pailitnya pabrik tekstil besar di Solo, Jawa Tengah, yang UMR-nya jauh lebih rendah dibandingkan di Bandung, Jabar. Kepailitannya diduga karena permintaan luar negeri melemah, sedangkan pasar dalam negeri justru berkurang karena dibanjiri tekstil impor yang lebih murah dan tekstil selundupan.
Sementara itu, ada berita, ribuan buruh berdemo di depan istana Presiden, menuntut kenaikan UMR 8 – 10% per tahun.
Bagaimana sebaiknya sikap SOKSI/Golkar ??? Apakah, berdiam diri? atau meyakinkan buruh untuk tidak menuntut kenaikan UMR, melainkan meningkatkan produktivitasnya agar pabrik bisa makin kompetitif produknya mampu bersaing di dalam negeri terutama di dunia internasional?
Atau mendorong buruh demo besar-besaran menuntut tidak terjadinya penyelundupan barang impor?
Di sisi lain, Prof. Bomer Pasaribu mendapatkan tugas untuk meningkatkan produktivitas nasional, berdasarkan Perpres No.1/2023 Tentang Lembaga Produktivitas Nasional (LPN) , sebagai Ketua LPN.
Namun sayangnya tidak disertai alokasi SDM dan anggaran yang tidak memadai sehingga tidak dapat maksimal melakukan tupoksinya sesuai yang kita harapkan yang pada gilirannya tidak pernah terjadi peningkatan kualitas produktivitas nasional yang dimaksud dan tidak banyak yang bisa dilakukan.
Buruh tentunya akan lebih mudah dinaikkan UMR-nya kalau perusahaan maju dan sehat. Dan perusahaan baru akan maju kalau buruh makin produktif. Dan agar buruh lebih produktif perlu ada upaya peningkatan produktivitas nasional, demikian sumbangsih pemikiran kami selaku kader SOKSI/Golkar.
Oleh Robinson Napitupulu
Kader Senior SOKSI