Berita Golkar – Siapa yang harus bertanggung jawab atas tragedi sepakbola di Stadion Kanjuruhan, Malang tadi malam? Mungkin ini adalah pertanyaan paling dasar dari sebuah tragedi. Tentu harus ada pihak yang bertanggung jawab. Tercatat 130 orang suporter Arema meninggal dunia dalam kejadian ini.
Politisi muda Partai Golkar, Achmad Annama angkat bicara terkait tragedi ini. Ia merasa bahwa pihak aparat keamanan telah melakukan tindakan berlebihan dalam upaya mengendalikan kerumunan massa di Stadion Kanjuruhan.
“Bayangkan kau suporter dalam Stadion Kanjuruhan, ditembaki gas air mata sporadis, mata perih, sesak nafas, dan lain-lain. Mau ke tengah lapangan digebukin! Ditendang! Dihajar! Mau rame-rame keluar stadion pintu dikunci! Digembok!,” sebut koordinator komunitas Golkar Milenial ini melalui akun twitternya @AchmadAnnama sebagaimana dikutip redaksi Golkarpedia.com (02/10/2022).
Menurut kronologi yang berkembang memang ada tindakan berlebihan dan menyalahi prosedur dari aparat keamanan. Kejadian ini bermula dari kekalahan Arema atas Persebaya, kekalahan itu membuat suporter tidak puas dan turun ke lapangan untuk mengejar pemain. Polisi dan TNI yang berada di dalam lapangan untuk mengamankan situasi mulai memukul mundur kerumunan ribuan suporter dengan tongkat dan tameng.
Namun penonton dari tribun lain ikut turun dan mulai merangsek masuk, ikut membuat kericuhan. Karena kalah jumlah dan mulai tersudut, polisi lantas menembakkan gas air mata untuk memukul mundur para suporter. Sayangnya alih-alih ditembakkan ke titik-titik kericuhan, beberapa gas air mata malah menyasar ribuan penonton yang tidak ikut turun di tribun secara sporadis.
Mereka panik dan berhamburan keluar stadion, tapi pintu stadion yang kecil membuat mereka berdesakkan dan terinjak, akibatnya banyak yang kelelahan, kehabisan nafas dan meninggal dunia saat berdesakkan, berjuang untuk hidup demi menghindari gas air mata polisi.
Atas kejadian tersebut, semua pihak kini saling menyalahkan, mulai dari jadwal pertandingan yang sudah disarankan dimajukan, sampai penggunaan gas air mata untuk mengendalikan situasi.
Achmad Annama lantas menyindir sikap pemerintah dan aparat kepolisian yang saling lempar tanggung jawab atas meninggalnya ratusan suporter Arema. Ia menyayangkan pernyataan aparat kepolisian dan pemerintah yang mengatakan suporter yang meninggal bukan karena tindak kekerasan seperti pemukulan, melainkan karena berdesakkan.
“Berarti salah suporter? Desak-desakan, himpit-himpitan? Injak-injakan, rebutan oksigen? Terima kasih aparat tidak ada yang mati karena korban pemukulan. Terima kasih pak Mahfud MD. Terima kasih Kapolri. Terima kasih Kapolda Jatim Terima kasih Kapolres Malang,” cuit Wabendum Depinas SOKSI ini. SOKSI merupakan organisasi pendiri Partai Golkar yang peduli pada persoalan buruh dan tenaga kerja.
Kejadian ini merupakan sejarah kelam bagi persepakbolaan tanah air. Memakan korban hingga ratusan jiwa tentu bukanlah hal yang sepele. Perlu adanya penyelidikan mendalam mengenai prosedur pengamanan sampai fasilitas stadion. Dan tentu perlu ada pihak yang bertanggung jawab atas peristiwa ini. Terlepas dari masalah tersebut, semoga para korban meninggal dunia diberikan tempat terbaik di sisi Tuhan YME dan keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan. {redaksi}