Berita Golkar – Sekjen DPP Partai Golkar, M. Sarmuji ternyata tak hanya piawai dalam berpolitik atau pada saat menyalurkan aspirasi masyarakat, tapi dirinya juga ahli masak memasak. Mengenai hobi memasaknya ini, ia ungkap dalam acara ‘AMPI Talks 4.0: Kenal lebih dekat dengan Sekjen DPP Partai Golkar’ pada Kamis (19/12) di ruang kelas Golkar Institute, DPP Partai Golkar, Slipi.
“Saya memang suka masak, jadi kalau ada waktu luang, apalagi mau kedatangan tamu atau ada acara di rumah biasanya saya ikut masak. Untuk memasak, saya juga biasa pilih bahan-bahan sendiri. Bersama istri sehabis subuh, saya belanja bahan masakan langsung ke pasar. Kalau ini dianggap banyak orang sesuatu yang unik, tapi bagi saya biasa saja,” ungkap Sarmuji menceritakan salah satu hobinya yang tak banyak diketahui orang lain.
Sarmuji yang di sampingnya duduk eks Wamendag sekaligus Ketua Umum DPP AMPI, Jerry Sambuaga, berseloroh jika ia lebih mengetahui soal harga bahan kebutuhan pokok dibanding Jerry. Sehingga ia tidak pernah meminta update harga bahan pokok kepada Kemendag untuk menunjang tugasnya sebagai anggota DPR RI.
“Sekalian ini juga mengingatkan saya tentang harga kebutuhan pokok. Jadi saya tidak perlu update harga dari Wamendag, harga cabai berapa, nggak perlu, saya jauh lebih valid karena saya belanja sendiri. Harga bawang merah berapa saya pasti tahu, harga gula berapa saya pasti tahu,” seloroh Sarmuji yang juga Ketua Fraksi Partai Golkar DPR RI ini. .
Mengenai jenis masakan yang paling sering diolah Sarmuji, ia mengaku fasih dalam mengolah masakan Jawa Timur, seperti Rawon, Soto Surabaya, bahkan Bandeng Bakar Pecak Santan. Khusus masakan terakhir ini, Sarmuji mengatakan bahwa Ketua Umum DPP Partai Golkar, Bahlil Lahadalia pernah ia sajikan menu ini.
“Saya menyukai masakan yang sebenarnya tak banyak dijual di Jakarta, misalkan rawon, soto surabaya. Lalu ada masakan yang bahkan di restoran rasanya sulit kita cari, misalkan botok sembilang. Pak Ketua Umum sendiri pernah merasakan masakan saya. Waktu ke Surabaya, saya masakkan pak Ketum itu beberapa jenis, ada kari kepiting sama bandeng bakar pecak santan,” tutur Sarmuji.
Bagi Sarmuji, memasak tak ubahnya berpolitik. Keduanya punya karakteristik yang sama, dalam persoalan seni. Keduanya memiliki unsur-unsur, harus diolah dan tata cara agar dapat dinikmati oleh semua orang. Oleh karenanya, saat memasak Sarmuji mengaku tak bisa terdistraksi dengan urusan partai.
“Ada dua kegiatan yang saya tidak mikirin partai, satu waktu saya futsal, dua waktu saya masak. Saat masak itu sulit saya memikirkan partai. Karena masak itu bukan tentang bumbu saja, tapi juga tata cara. Meski sudah tahu bumbunya, takarannya seperti apa, tapi kalau tata caranya berbeda, rasanya juga akan berbeda. Sama di partai juga begitu, tidak hanya rumus teoritik. Jadi berpolitik dan memasak itu sama-sama punya unsur seni,” pungkas Sarmuji. {redaksi}