Berita Golkar – Anggota Komisi X DPR RI, Agung Widyantoro menanggapi kabar viral seorang ibu kantin yang tega membuang makanan dagangan anak murid di Brebes. Peristiwa ini terjadi di MTs Nurul Huda, Desa Kalibuntu, Kecamatan Losari, Kabupaten Brebes pada Kamis (19/12).
Agung mengaku prihatin mendengar kabar viral yang memiliki tendensi negatif terhadap dunia pendidikan. Terlebih peristiwa ini terjadi di Daerah Pemilihannya (Dapil) Jawa Tengah IX yang meliputi Kabupaten Brebes, Kabupaten Tegal dan Kota Tegal. Setelah viral, sang ibu kantin yang bernama Sominah (70), mendapat kecaman netizen atas perilakunya ini.
“Viral lagi, viral lagi. Kalau mau viral, mbok yang positif. Saya prihatin dan miris, mendengar berita di media sosial yang viral. Anak sekolah, siswa siswi kita yang sedang menjalankan tugas dan praktek untuk berwirausaha baru-baru ini mendapatkan perlakuan yang tidak pantas,” ujar Agung Widyantoro dikutip redaksi Golkarpedia dari pernyataan melalui videonya di akun instagram @dpr_agung.
“Ada ibu kantin yang marah karena takut dagangannya tersaingi. Buat ibu kantin, saya pesan, rezeki itu bukan sandal jepit. Nggak usah khawatir, tidak akan tertukar,” tambah politisi Partai Golkar ini.
Bupati ke-30 Kabupaten Brebes ini juga menekankan kepada seluruh pemangku kepentingan agar momen ini menjadi penataan ulang dari bagaimana sistem serta sarana prasarana penunjang bisa terjaga di satuan pendidikan, sehingga kejadian seperti ini tak akan terulang lagi.
“Buat seluruh pemangku kebijakan, yang ada di pemerintah Kabupaten Brebes dan seluruh Indonesia, saatnya kita melakukan penataan ulang, khususnya di lingkungan sekolah bagaimana sarana dan prasarana belajar siswa-siswi kita ini terjaga dengan baik, mereka bisa nyaman, dan aman belajar di sekolah,” tutur Agung.
Ia juga berharap agar dalam penyelesaian kasus ini, para pihak yang berkepentingan termasuk aparat penegak hukum mengedepankan dialog. Mengingat, menurut kesaksian guru serta pihak sekolah, ibu kantin ini berperangai buruk. Ia seringkali memaksa anak-anak untuk membeli makanan di warungnya.
Selain itu, ternyata ibu kantin ini bukanlah ibu-ibu biasa. Ia adalah adik dari pemilik yayasan, sehingga guru-guru pun segan terhadapnya. Meski begitu, pihak kepala Mts Nurul Huda sudah seringkali menegurnya.
“Untuk aparat penegak hukum kami berharap tidak boleh ada premanisme di lingkungan sekolah. Saya titip kepada kawan-kawan penegak hukum, agar bisa menyelesaikan persoalan ini sejernih mungkin, sebelum ayam berkokok di pagi hari. Saya yakin dan percaya, semua pihak kalau ada dialog dan duduk satu meja dengan satu tekad memajukan dunia pendidikan pasti akan selesai dengan mengambil hikmah musyawarah,” tegas Agung.
Terakhir Agung menekankan, proses penyelesaian jangan sampai menimbulkan trauma pada anak dan dapat menimbulkan efek jera kepada ibu kantin agar tak melakukan hal serupa.
“Saya berharap persoalan ini selesai dengan damai dan semua pemangku kebijakan khususnya anak-anak kita kembali nyaman bersekolah, kembali nyaman menjalankan tugas yang diberikan oleh para guru. Buat teman-teman guru, awasi selalu karena orang tua siswa ini menitipkan bagaimana mereka mendapatkan ajaran, dididik oleh para guru agar menjadi pintar,” pungkasnya.
Sebagai informasi, Bagian Kurikulum MTs Nurul Huda, Sahroni mengatakan bahwa dagangan yang dibuang Sominah bukan jualan siswa atau orang tua siswa. Dagangan itu merupakan hasil karya siswa untuk materi kewirausahaan sesuai Kurikulum Merdeka Proyek Profil Pelajar Pancasila Rahmatan Lil Alamin (P5RA). {redaksi}