Menkomdigi Meutya Hafid Ungkap Alasan AI Masih Sering Salah: Belum Banyak Data

Berita GolkarMenteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) Meutya Hafid membeberkan alasan data pada aplikasi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) masih sering mengalami kesalahan. Meutya mengatakan hal itu lantaran data yang dihimpun oleh AI di Indonesia belum terlalu banyak.

Hal itu disampaikan Meutya dalam acara Level Up UMKM Bersama Kemkomdigi: Berdaya Bertransformasi dengan AI, di Urban Forest Cipete, Jakarta Selatan, Sabtu (21/12/2024).

Meutya mengatakan AI merupakan kecerdasan buatan yang dapat ditanyai apa saja. “Meskipun di Indonesia, karena datanya belum banyak, jadi kadang-kadang jawabnya masih suka salah. Jadi, sekali lagi, yang perlu kita pahami juga bahwa kadang-kadang kecerdasan artifisialnya juga jawabnya salah,” kata Meutya, dikutip dari Detik.

Meski begitu, Meutya mengatakan AI dapat berperan penting, tergantung dari cara pemanfaatannya. Meutya lantas menyebut pemanfaatan AI pun menjadi salah satu tantangan di Komdigi sebagai regulator informasi digital.

Meutya mengatakan pihaknya juga melakukan kurasi terhadap AI ketika masuk ke Indonesia. Meutya mengatakan hal itu demi menyesuaikan kesiapan masyarakat mengenai teknologi terbaru.

“Di satu sisi, kalau kita tahan, negara lain (yang akan) mendapat, jadi masuk ke negara lain dengan lebih cepat. Tapi kalau kita cepetin, kalau di dalam masyarakatnya belum siap, ini juga bisa menjadi tantangan. Nah, jadi bagaimana mengatur keran ini terhadap teknologi itu di kami,” jelasnya.

Meski AI terdapat kekurangan, Meutya tetap mendorong pelaku UMKM menggunakan AI. Sebab, Meutya menilai AI tetap dapat membantu pelaku UMKM dari mulai proses produksi hingga penjualan.

“Bagaimana AI kita gunakan untuk merevolusi UMKM itu menjadi penting. Target utama dari AI ini salah satunya adalah efisiensi. Jadi bagaimana kita menggunakan AI untuk misalnya bertanya banyak hal tentang apa sih yang harus kita lakukan step by step-nya,” ujarnya.

Meutya mengatakan keberadaan AI juga memiliki banyak tantangan. Namun, kata dia, keberadaan AI juga harus dipelajari dengan baik.

“Tantangan dengan AI ini juga banyak. Kalau kita nggak mempersiapkan diri, UMKM-UMKM lain dan kalau di dalam negeri nggak apa-apa, tapi kalau yang luar negeri semua sudah memanfaatkan AI, terus yang di Indonesia belum, maka mereka menjadi jauh lebih efisien,” tuturnya. {}