Berita Golkar – Anggota Komisi VII DPR RI, Ilham Permana, memberikan tanggapan kritis terhadap laporan Center of Economic and Law Studies (CELIOS) yang mengevaluasi 100 hari kinerja Kabinet Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka. Laporan tersebut dinilai memiliki kelemahan mendasar dalam metodologi penelitian dan berpotensi menyesatkan opini publik.
Menurut Ilham Permana, laporan yang hanya melibatkan 95 jurnalis dari 44 lembaga pers sebagai responden tidak mencerminkan keragaman perspektif masyarakat Indonesia secara luas.
“Metode yang digunakan seharusnya mencakup survei dengan sampel representatif dari berbagai elemen masyarakat. Pengambilan sampel yang terbatas ini tidak hanya mengurangi validitas temuan, tetapi juga berisiko menjadi upaya penggiringan opini yang tidak sesuai kaidah ilmiah,” ujar Ketua Bidang Perindustrian DPP Partai Golkar ini.
Ilham juga menyoroti kesalahan dalam penggunaan indikator penelitian. Penilaian terhadap “kualitas kepemimpinan” dan “komunikasi kebijakan,” misalnya, dinilai terlalu subyektif dan tidak didukung dengan data kuantitatif yang jelas.
“Indikator semacam itu seharusnya diukur dengan bukti empiris, seperti pencapaian makroekonomi atau survei tingkat kepuasan masyarakat secara nasional,” tambahnya.
Ilham Permana secara khusus menyoroti penilaian negatif terhadap Menteri Investasi/Kepala BKPM, Bahlil Lahadalia, dalam laporan tersebut. Skor negatif yang diberikan kepada Bahlil dinilai tidak mencerminkan capaian signifikan yang telah diraih, terutama dalam mendorong hilirisasi mineral dan pengembangan smelter.
“Program hilirisasi yang diinisiasi Bahlil adalah langkah strategis untuk meningkatkan nilai tambah sumber daya alam Indonesia. Ini bukan sekadar janji, melainkan realisasi nyata yang telah memberikan kontribusi signifikan terhadap perekonomian nasional,” tegas Ilham.
Ia juga menekankan bahwa transisi energi yang menjadi sorotan laporan CELIOS adalah proses jangka panjang yang membutuhkan koordinasi lintas sektor, bukan sesuatu yang dapat diukur secara instan dalam 100 hari pertama.
Ilham menambahkan bahwa Bahlil telah menunjukkan keberhasilan dalam menarik investasi asing, meskipun menghadapi tantangan global seperti perlambatan ekonomi dunia dan fluktuasi harga komoditas.
“Laporan CELIOS tidak memberikan perhatian yang cukup terhadap konteks global ini, sehingga kritik terhadap Bahlil terasa tidak adil dan tidak didasarkan pada analisis mendalam,” lanjutnya.
Laporan CELIOS dinilai mengabaikan faktor eksternal yang memengaruhi kinerja pemerintah, seperti perlambatan ekonomi global, dampak perang di Ukraina, dan ketegangan geopolitik di kawasan Asia-Pasifik.
“Dalam kondisi dunia yang penuh tantangan ini, pemerintah menghadapi tekanan besar dalam menjaga stabilitas domestik. Penilaian terhadap kinerja kabinet harus mempertimbangkan dinamika global yang kompleks.” Ilham menegaskan
Ilham juga mengkritik pernyataan dalam laporan yang menyebut “31% sektor ekonomi belum diintervensi” dan “46% kolaborasi antar kementerian tidak efektif.” Ia menilai temuan tersebut tidak didukung dengan penjelasan spesifik atau data konkret.
“Klaim semacam ini hanya akan membingungkan pembaca tanpa memberikan solusi atau analisis yang membangun,” ujar legislator asal Bogor ini.
Ilham Permana mengajak seluruh pihak untuk berhati-hati dalam menyimpulkan kinerja pemerintahan berdasarkan penelitian yang tidak memiliki landasan metodologis yang kuat.
“Evaluasi yang adil dan obyektif diperlukan agar publik mendapatkan gambaran yang menyeluruh. Penting juga untuk memastikan bahwa kritik yang disampaikan mampu menjadi masukan konstruktif untuk perbaikan di masa depan,” pungkasnya.