Wamen P2MI, Christina Aryani: WNI Yang Ditembak Aparat Malaysia Ngaku Bayar 1.500 Ringgit Untuk Naik Kapal

Berita Golkar – Kementerian Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI) terus melakukan investigasi terhadap dua WNI yang ditembak oleh Agensi Penguatkuasaan Maritim Malaysia (APMM). WNI korban penembakan mengaku membayar ribuan ringgit untuk bisa naik kapal keluar dari Malaysia.

“Jadi kalau kita kemarin kan lihat dari berdasarkan keterangan, berdasarkan keterangan beberapa WNI yang sudah bisa memberikan keterangan, kondisi kesehatannya sudah memulih, itu memang ada penyampaian mereka membayar. Jadi ada yang bayar 1.200, ada yang bayar 1.500 ringgit untuk bisa naik boat ini,” kata Wakil Menteri P2MI Christina Aryani kepada wartawan di Bogor, Jawa Barat, Minggu (2/2/2025).

Christina meyakini ada pihak yang mengoperasikan jasa antar jemput dengan kapal. Para WNI itu mengaku membayar kepada seorang agen yang mengatur perjalanan pulang dari Malaysia ke Indonesia menggunakan kapal milik WNI bernama Nur Saleh.

“Berarti kan ini memang ada yang mengoperasikan ini jasa antar-jemput. Makanya kami pikir setelah nanti semua keterangan bisa dikumpulkan mereka bisa menjadi saksi, harusnya di Indonesia juga penegakan hukumnya dilakukan gitu. Karena ini pasti ada master mind di belakang, tinggal ini aja keseriusan,” ungkap Christina, dikutip dari Detik.

Dia meminta negara dapat serius dalam memproses penanganan jika ditemukan adanya pelanggaran. Kementerian P2MI selalu memberikan edukasi agar calon pekerja migran bisa berangkat melalui jalur-jalur ilegal.

“Jadi di satu sisi kita minta negara penempatan untuk serius, juga memproses jika ada pelanggaran ya. Tetapi di negara kita juga kita harus konsekuen. (Kita) selalu, selalu edukasi, itu selalu berikan, jadi nggak pernah berhenti diberikan. Tapi ya itu upaya dari pelaksana, dari orang-orang yang memanfaatkan itu lebih masif lagi. Makanya kita ajak pemerintah desa juga bisa terlibat supaya sosialisasinya bisa menyeluruh,” pungkasnya.

Diketahui, penembakan itu berawal ketika para korban sedang keluar dari Malaysia dengan cara ilegal. Mereka berangkat dari Tanjung Rhu, Malaysia, dan akan berlabuh ke Dumai, Riau.

Aksi mereka kepergok aparat Malaysia. Aparat Malaysia sudah memperingatkan korban dengan sinyal lampu, tapi tak digubris. Kapal yang dinaiki para WNI justru melaju kencang. Hingga terjadilah penembakan.

Aparat Malaysia mengaku menembak mesin kapal, namun malah mengenai WNI yang berada di sana. WNI-WNI tersebut mengaku tak melakukan perlawanan ke aparat Malaysia.

Akibatnya, 1 orang WNI tewas dan 4 lainnya terluka. Korban bernama Herry Abimanyu dan Mohammad Zaki sudah keluar dari rumah sakit Serdang.

Sementara korban atas nama Aban dan Muhammad Hanafiah masih dirawat. Nahas, Aban masih dalam keadaan koma. WNI yang tewas bernama Basri. Jenazah Basri sudah dipulangkan ke Riau pada Rabu (29/1), sekitar pukul 16.00 WIB.

Presiden Prabowo Subianto mendorong agar kasus ini diinvestigasi. Prabowo mengingatkan para pekerja migran Indonesia untuk tidak ikut-ikutan dalam kegiatan ilegal.

“Tapi sekali lagi saya ingatkan bahwa jangan mau ikut-ikut dalam kegiatan ilegal. Kalau nyelundup ke negara asing, risikonya negara asing akan bertindak,” ujar Prabowo beberapa waktu yang lalu. {}