Berita Golkar – Beredar sebuah poster atau e-flyer berisi daftar calon ketua umum Partai Golkar potensial. Padahal Partai Golkar telah memiliki Ketua Umum definitif, yakni Bahlil Lahadalia. Atas penyebaran poster tersebut yang marak di WAG Partai Golkar, Sekjen DPP Partai Golkar, Sarmuji menegaskan jika poster itu hanyalah kerjaan orang iseng.
“Nggak ada itu (pergantian Ketum Golkar), isu itu enggak ada. Orang iseng saja itu,” kata Sekjen Golkar, Sarmuji di Gedung Nusantara IV, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis, 13 Februari 2025.
Dalam poster tersebut tertera 5 foto kader Partai Golkar dengan keterangan ‘Calon Ketua Umum Partai Golkar potensial, mereka di antaranya adalah Meutya Viada Hafid yang kini menjabat Menteri Komunikasi dan Digital; Menteri Agraria dan Tata Ruang, Nusron Wahid; dan Menteri Pemuda dan Olahraga, Dito Ariotedjo.
Kemudian ada Menteri Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, Maman Abdurahman; dan mantan Ketua MPR yang kini menjadi anggota Komisi III DPR, Bambang Soesatyo.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Fraksi Partai Golkar DPR RI itu juga membantah adanya wacana Munaslub menyusul penyebaran poster tersebut. Sekjen Partai Golkar, Sarmuji menuturkan, sampai saat ini Bahlil masih menjadi ketua umum partai beringin, dan belum ada perubahan mengenai hal itu.
“Sampai saat ini tidak ada pembahasan Ketua Umum Golkar. Pak Bahlil masih seger sehat walafiat,” ujar Sarmuji.
Disinggung mengenai kabar adanya faksi-faksi di internal Partai Golkar, ia menegaskan bahwa dalam sebuah organisasi adanya faksi adalah sebuah hal yang wajar. Namun di Partai Golkar, faksi-faksi yang ada kini bersifat cair.
“Faksi apa? Saya belum dengar ada faksi-faksi. Bahwa di dalam sebuah organisasi besar ada small group-small group secara teori organisasi itu biasa saja. Tapi bukan berarti faksi yang ada demarkasi yang jelas gitu. Di Golkar nggak ada. Di Golkar bahkan faksi-faksi itu bersifat cair,” jelas politisi asal Jawa Timur ini.
Sarmuji memastikan Partai Golkar hari ini sangat solid. Tidak ada faksi yang kemudian menjadi pembatas antara satu pihak dengan pihak lainnya. Apalagi jika faksi ini menjadi batas demarkasi tersendiri. “Tidak ada faksi yang kemudian ada pembatas yang jelas gitu. Itu sudah naluri Golkar, sudah nature-nya Golkar begitu,” tutupnya.