Berita Golkar – Pengembangan kendaraan listrik atau Electric Vehicle (EV) diharapkan benar-benar dapat diaplikasikan, bukan sekadar konsep di atas kertas.
Anggota Komisi XII DPR Dewi Yustisiana menegaskan, Fraksi Golkar di DPR mendukung penuh program hilirisasi yang menjadi salah satu program prioritas dan andalan dari Pemerintahan Prabowo Subianto.
“Ini menjadi fokus utama kami atas segala sesuatu yang berhubungan dengan hilirisasi agar bisa segera terwujud,” katanya, Rabu (19/2/2025), dikutip dari Rakyat Merdeka.
Dewi lalu menyoroti peran PT Indonesia Battery Corporation (IBC) sebagai perusahaan BUMN yang mendapat tugas untuk pengembangan EV.
PT IBC sejauh ini telah memiliki Rencana Kerja dan Anggaran (RKAP) untuk 5 proyek pengembangan EV di dalam negeri. Proyek tersebut yakni, Project Titan, Omega, Dragon, BAAS (Battery As A Service) dan BESS (Battery Energi Storage System). Dia melihat, progres pengembangan 5 proyek pengembangan EV di IBC belum terlalu memuaskan.
Sebab, untuk Proyek Omega saja, pengembangannya baru sampai kepada pembahasan untuk pembuatan visibility study-nya. Sementara proyek Omega baru sampai kepada tahap due diligence, proses pengumpulan informasi dan proses evaluasi secara menyeluruh.
“Artinya, ini masih jauh lagi dari visibility study-nya. Kemudian kalau Proyek Dragon ini update-nya adalah baru tahap awal menuju FID (Final Investment Decision). Proyek BAAS dan BESS ggak ada,” ujar politisi muda Fraksi Golkar ini.
Dia menilai, harusnya ketika PT IBC membuat visibility study, sudah ada target penyelesaian dan pemberian persetujuan dari empat perusahaan pemilik saham PT IBC, yakni PT Pertamina, PT Inalum, PT PLN, dan PT Antam.
Dalam visibility study ini disebutkan jumlah keuntungan ekspektasi profitabilitynya, termasuk di tahun berapa keuntungan tersebut didapatkan.
“Nah ini sudah berjalan 3 tahun dari proyek seperti yang sampaikan itu semuanya masih on going dan masih jauh dari operated apalagi menghasilkan profit,” ucapnya.
Dewi berpandangan, pengembangan EV di PT IBC ini masih Long Project. Bahkan dari 5 proyek tersebut, ada yang baru beroperasi di tahun 2027 dan tahun 2031. Karena itu dia bertanya-tanya bagaimana PT IBC ini tetap bisa berjalan sementara tidak memiliki pemasukan.
“Artinya sampai dengan proyek-proyek ini dengan asumsi semuanya berjalan dengan FID itu akan menghasilkan keuntungan. Tapi itu kan masih jalan yang panjang dan berliku-liku,” ungkapnya.
“Perlu dimengerti karena kami sangat konsen mengenai program hilirisasi ini. Jadi harapannya, apa pun inisiatif yang sedang berjalan dan sudah ada seperti IBC ini, tidak hanya good on paper tapi memang sesuatu yang bisa executable dan bisa profitable,” imbuhnya.
Anggota Komisi XII DPR Totok Daryanto bisa memahami pengembangan EV ini terbilang sangat berat. Apalagi EV ini merupakan suatu barang baru bagi Indonesia walaupun ini sesuatu yang sangat relevan dan strategik untuk potensi Indonesia. “Kita masih berkutat di hilirisasi, sehingga belum sampai ujungnya,” kata Totok.
Totok menyadari tantangan terbesar pengembangan EV ini ada pada sumber daya manusia (SDM) di dalam negeri. Karena itu, dia berpandangan harusnya pengembangan EV ini juga melibatkan lembaga riset dan perguruan tinggi. Kementerian Riset dan Pendidikan Tinggi kudu dilibatkan untuk untuk hal-hal yang sifatnya merupakan industri strategis.
Dia lalu menyoroti China yang kini sukses mengembangkan EV. China tidak sepenuhnya memulai tahapan pengembangan EV seperti negara-negara barat lainnya. Tapi China melakukan modifikasi-modifikasi dan lompatan-lompatan dengan memanfaatkan teknologi yang sudah tersedia namun secara SDM siap. {}