Berita Golkar – Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita buka suara terkait perusahaan elektronik yang akhir-akhir ini ramai dilaporkan tutup hingga melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK). Ia mengakui ada gempuran impor barang elektronik yang membuat daya saing produk lokal harus tergerus.
“Elektronik 1 dari 7 sektor yang dapat perhatian Kemenperin, bukan hanya karena penyumbang GDP besar, tapi penyerapan tenaga kerja besar dan melihat gempuran produk impor juga cukup mengkhawatirkan khususnya barang impor, memprihatinkan, sektor elektronik selalu kita perhatikan. Tapi selama ada gempuran dari negara tertentu produk ke Indonesia, we have to do something,” kata Agus dikutip dari CNBC Indonesia, Kamis (27/2/2025).
Padahal sektor elektronik menjadi salah satu prioritas dari beberapa sektor lain yang menjadi perhatian pemerintah. Namun banyak produk lokal yang akhirnya kalah bersaing dari impor.
“Dalam pandangan kami 1 orang PHK itu masalah, karena PHK itu ngga boleh dilihat sebagai statistik, kita harus mencoba merasakan gimana PHK itu, adik kita, kakak kita, maka isu kasus itu selalu kita pelajari, apa dia tutup? Kalau tutup kenapa? Mismanagement? Over ekspansi? Atau tidak bisa bersaing dengan produk lain, sebut saja produk impor yang datang dari negara tertentu, artinya memang competitiveness mereka,” sebutnya.
Permasalahan tutupnya pabrik harus dilihat secara holistik dari hulu ke hilir, sehingga bisa dicari akar masalah secara utuh. Jika hanya melihat masalah di hilir maka bakal kesulitan untuk menyelesaikannya dari awal.
“Kalau pindah pabrik relokasi kenapa? Apa insentif negara tersebut lebih baik dari kita? Kenapa? Jadi semua kasus yang memang terdata, dari kita ada perusahaan-perusahaan tutup, PHK pasti kita pelajari,” ujarnya.
Ia menyadari, setiap terjadi PHK maka Kemenperin dan Kemnaker yang bakal menjadi sorotan utama. Namun, kewenangan keduanya juga terbatas dan belum tentu bisa membenahi seluruh tata niaga dari bidang perusahaan tersebut.
“Kalau ada PHK yang jadi perhatian pasti kantor ini dan kantor sebelah (Kemnaker), tapi problemnya harus kita cari, karena yang berhak memberi insentif misal berkaitan competitiveness ngga cukup insentif, yang punya kewenangan memberi insentif (utamanya) bukan kantor ini, juga bukan sebelah, berkaitan safeguard, lartas, non tarrief barrier (NTB) itu ada di kantor ini, tapi dikit sekali,” sebut Agus.
Sebagai informasi, Presiden Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI) Riden Hatam Aziz sebelumnya mengungkapkan ada dua pabrik Yamaha akan tutup, yaitu PT Yamaha Music Product Asia di kawasan MM2100 Bekasi dan PT Yamaha Indonesia di Pulogadung, Jakarta. Keduanya memproduksi alat musik piano.
“PT Yamaha Music Product Asia yang berlokasi di kawasan industri MM2100, Bekasi akan tutup pada akhir Maret 2025. Pabrik ini mempekerjakan sekitar 400 orang. Sementara PT Yamaha Indonesia di Pulo Gadung, Jakarta, yang memiliki 700 karyawan akan berhenti beroperasi pada akhir Desember 2025,” ungkap Riden kepada CNBC Indonesia, Rabu (26/2/2025).
Sebelumnya, pabrik komponen elektronik PT Sanken Indonesia yang berlokasi di kawasan industri MM2100, Cikarang juga mengumumkan akan tutup total mulai Juni 2025 nanti.
Meski bukan pabrik elektronik, produsen bulu mata palsu, PT Danbi International juga dilaporkan sedang dalam proses pailit, hingga menyebabkan 2.100-an orang pekerja bakal kehilangan pekerjaan. {}