DPD 1  

Sejumlah Tokoh Dukung Teuku Raja Keumangan Jadi Ketua Partai Golkar Aceh

Berita Golkar – Dukungan kepada Dr. TR. Keumangan, S.H., M.H (TRK) untuk maju sebagai Ketua DPD I Partai Golkar Provinsi Aceh semakin menguat dan terbuka. Hal ini terlihat jelas saat kehadiran TRK di acara resepsi pernikahan putra Bupati Bireuen, H. Mukhlis, ST, yang juga Ketua DPD II Partai Golkar Kabupaten Bireuen, di Hj. Fauziah Convention Hall, Bireuen, Minggu (11/5/2025).

Kehadiran TRK yang merupakan Bupati Nagan Raya sekaligus tokoh senior Golkar Aceh ini, langsung mengubah atmosfer perbincangan di lokasi. Sejumlah tokoh penting Partai Golkar tingkat provinsi maupun kabupaten terlihat antusias menyambut dan mendekatinya.

Momen tersebut menjadi sinyal kuat, TRK kini dipandang sebagai figur sentral dalam bursa calon Ketua DPD I Golkar Aceh untuk periode mendatang. “Benar, tadi banyak yang datang dan meminta saya untuk serius maju,” ungkap TRK saat ditemui awak media usai menghadiri acara tersebut, dikutip dari KabarBireuen.

TRK mengakui, dorongan untuk maju sebagai Ketua DPD II Partai Golkar Aceh datang dari berbagai pihak yang memiliki hak suara di forum musyawarah partai, baik di tingkat kabupaten maupun provinsi. Meski begitu, dia masih enggan membeberkan secara terbuka siapa saja yang telah menyatakan dukungan secara eksplisit.

“Nanti, ada saatnya mereka akan publikasi sendiri,” ujarnya sambil tersenyum, lalu masuk ke mobil dinasnya.

TRK memang bukan nama baru dalam dinamika politik Aceh. Dia dikenal luas sebagai tokoh yang berpengalaman, pernah menjabat sebagai Wakil Ketua DPR Aceh periode 2019–2024, dan kini juga menjabat sebagai anggota Majelis Agung Raja Sultan Indonesia.

Reputasinya yang kuat, rekam jejak politik yang mumpuni, serta kedekatannya dengan berbagai tokoh Golkar di seluruh Aceh, menjadikannya kandidat yang sangat diperhitungkan.

Dengan dinamika yang kian mengerucut, nama TRK kini muncul sebagai poros kuat dalam suksesi kepemimpinan Partai Golkar Aceh. Dukungan yang terus mengalir dari internal partai menunjukkan, pencalonannya bukan sekadar wacana, tetapi mulai menjadi konsensus yang nyata di lapangan. {}