Menteri UMKM Maman Abdurrahman Belum Lihat Ada Penurunan Daya Beli, Ekonomi Justru Stabil

Berita GolkarMenteri Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Maman Abdurrahman membantah terkait adanya penurunan daya beli di masyarakat. Menurutnya, ekonomi Indonesia saat ini masih dalam kondisi stabil sehingga daya beli masyarakat masih terjaga.

Maman mengatakan, perekonomian di Indonesia saat ini belum ada tanda-tanda menurunnya daya beli masyarakat. Hal ini ditandai masih banyaknya masyarakat yang berbelanja di berbagai pasar di Indonesia.

“Saya sampai sejauh ini, saya masih melihat fundamental ekonomi kita masih oke, masih bagus, dan dari awal saya konsisten bahwa sampai sejauh ini saya belum melihat ada penurunan daya beli ya,” katanya saat ditemui di Pameran Franchise and License Expo Indonesia (FLEI) Business Show 2025 di Jakarta International Convention Center, Jumat (16/5/2025), dikutip dari Detik.

Terlepas adanya penurunan ataupun tidak adanya penurunan daya beli masyarakat, Maman mengatakan pihaknya akan terus bekerja maksimal untuk mendampingi pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) agar bisa mendapatkan akses permodalan dan akses perizinan dalam berusaha.

Maman bilang, hal ini penting agar setiap usaha yang dijalankan UMKM dapat berlangsung secara berkelanjutan.

“Terlepas adanya penurunan daya beli dan adanya pertumbuhan daya beli. Kami di Kementerian tetap harus bekerja secara maksimal untuk membuka ruang akses sebesar-besarnya terkait akses kemudahan berusaha, akses perizinan, permodalan dan sebagainya bagi usaha mikro kecil dan menengah. Itu saja,” katanya.

Sebelumnya, Ketua Umum KSPSI Jumhur Hidayat menyoroti rendahnya daya beli masyarakat Indonesia saat ini. Penurunan daya beli ini terjadi lantaran banyaknya pemutusan hubungan kerja di Indonesia serta banyaknya regulasi yang membuat investasi susah masuk ke Indonesia.

“Carry over yang paling parah dan mengerikan dari kebijakan masa lalu adalah daya beli masyarakat yang terpukul habis. Bayangkan di 2014 itu saldo harian rata-rata rakyat di perbankan masih Rp 3,8 juta. Sekarang tinggal Rp 1,3 juta, artinya daya beli anjlok. Kalau orang nggak punya duit, industri juga pasti terpukul,” ujar Jumhur dalam keterangannya, Rabu (7/5/2025).

Untuk bisa mengembalikan daya beli masyarakat, Jumhur kembali mendesak pemerintah untuk bisa mempermudah investasi yang masuk sekaligus menekan biaya berbisnis yang harus dikeluarkan pengusaha. Dengan begitu, semakin banyak pembukaan lapangan kerja, uang yang dibelanjakan para buruh bisa kembali menggerakkan roda perekonomian.

“Pemerintah sebagai pembuat kebijakan saat ini sangat terbuka untuk mendapat masukan orang-orang yang berkecimpung langsung di bidang-bidangnya. Anggaplah selama 6 bulan sampai 1 tahun ke depan ini adalah fenomena kesementaraan. Semoga dengan berdialog dan membuat kebijakan yang tepat bisa menghasilkan hasil yang baik bagi rakyat,” jelas dia.