Berita Golkar – Wakil Menteri Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI) Christina Aryani berdialog dengan perwakilan Perusahaan Penempatan Pekerja Migran Indonesia (P3MI) untuk menggali potensi peningkatan penempatan tenaga kerja di Australia.
“Jadi dari pembicaraan tadi, kami sepakat berkolaborasi melakukan business meeting di beberapa negara dengan melibatkan P3MI yang berminat. Saya juga siap mendorong stakeholder (pemangku kepentingan) yang berkepentingan untuk mendukung rencana kegiatan ini,” kata Wakil Menteri Christina melalui keterangan di Jakarta, Kamis (5/6/2025), dikutip dari Antara.
Wamen Christina menyampaikan business meeting akan dilakukan pada September atau Oktober, dengan target awal di Brisbane-Australia, Yunani, Serbia, Latvia, dan Malta.
“Dilakukan di bulan September atau Oktober yang mana demand (permintaan) pekerjaan itu banyak muncul di musim panas. Nah, kalau untuk Australia, musim panasnya kan Desember,” ungkapnya.
Christina menjelaskan bahwa pertemuannya dengan PT. Binamandi — perusahaan yang berfokus pada penempatan pekerja migran terampil pasar Eropa dan Australia — merupakan bagian dari komitmen pemerintah, dalam hal ini Kementerian P2MI untuk meningkatkan promosi dan penempatan tenaga kerja ke pasar internasional.
PT. Binamandi juga cukup aktif menginisiasi business meeting dengan asosiasi dan calon pengguna di luar negeri, sehingga pertemuan tersebut diharapkan akan menjadi wadah yang tepat untuk mempertemukan perusahaan pengguna di luar negeri dengan P3MI.
“Saya optimis semoga ini bisa menjadi awalan yang baik untuk membuka peluang-peluang selanjutnya ke luar negeri. Dan ini bukan sektor domestik, ini sektor skill,” katanya.
Berbagai peluang penempatan pekerja migran Indonesia di luar negeri, sebut dia, harus ditangkap dengan proaktif menjemput bola.
Wamen juga menegaskan bahwa kementriannya akan terus menjajaki dan membuka diri untuk memperkenalkan pekerja migran Indonesia di luar negeri, utamanya di sektor profesional dan terampil.
“Dengan forum-forum seperti ini, Indonesia juga bisa meningkatkan kuota dan daya saing tenaga kerjanya di pasar global yang semakin kompetitif,” tambah Christina Aryani. {}