Berita Golkar – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Republik Indonesia (RI), Bahlil Lahadalia pulang kampung (Pulkam) ke Fakfak, Papua Barat untuk menyalurkan hobinya memancing.
Tatkala tiba di daerah berjuluk Kota Pala tersebut, Menteri Bahlil Lahadalia menuju Hotel Grand Papua kemudian sempat mengunjungi sang ibu tercinta di kediaman keluarga. Lalu, Menteri Bahlil Lahadalia bersama rombongan memancing di perairan Fakfak.
Namun, kunjungan kali ini ada semacam “oleh-oleh” yang dibawa yakni kepastian daerah untuk menerima tambahan Dana Bagi Hasil (DBH) migas.
“Hari ini saya datang untuk mengunjungi Genting Oil dan BP Tangguh. Pada 2027 saya pastikan penambahan dana bagi hasil untuk Bintuni dan Fakfak. Sudah mulai keluar pada 2027 akhir,” beber Menteri Bahlil Lahadalia dikutip TribunPapuaBarat.com di Fakfak Papua Barat, Jumat (13/6/2025).
Menteri Bahlil Lahadalia mengatakan, pemerintah berkomitmen untuk memperkuat peran Kabupaten Fakfak dalam mendukung ketahanan energi nasional.
“Termasuk juga Kabupaten Teluk Bintuni sebagai bentuk apresiasi atas kontribusi besar Teluk Bintuni yang menyuplai lebih dari sepertiga kebutuhan gas nasional,” katanya.
Lebih lanjut, Bahlil menyinggung besarnya Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Teluk Bintuni yang mencapai sekitar Rp3,1 triliun.
Menurutnya, jumlah tersebut tergolong besar untuk skala kabupaten dan hanya terpaut sedikit dari APBD Provinsi Papua Barat yang berada di angka Rp3,5 triliun. Penambahan anggaran ini diharapkan pihaknya mampu meningkatkan produksi energi ke depannya.
Proyek AKM saat ini dikelola oleh Genting Oil Kasuri Pte Ltd (GOKPL) dengan target produksi mencapai 300 Million Standard Cubic Feet per Day (MMSCFD) atau 300 juta standar kaki kubik per hari mulai 2027. Proyek ini diharapkan menjadi salah satu penopang pasokan gas nasional di tengah potensi defisit energi.
Proyek yang dibangun dengan ninvestasi US$3,37 miliar ini diperkirakan akan memberikan tambahan penerimaan negara hingga US$2,01 miliar, serta menyerap lebih dari 1.500 tenaga kerja saat konstruksi dan 200 tenaga kerja saat operasional, dengan komitmen 80 persen berasal dari penduduk asli Papua.
Progres pengembangan lapangan gas sudah menunjukkan kemajuan signifikan. Empat dari lima sumur yang dibuka telah rampung 100 persen, sementara satu sumur lainnya masih dalam tahap penyelesaian.
Genting Group melalui PT Layar Nusantara Gas juga sedang membangun fasilitas Floating LNG (FLNG) berkapasitas 1,2 juta ton per tahun di Shanghai, Tiongkok. FLNG ini akan menjadi yang pertama di Indonesia dan kesembilan di dunia, dengan progres konstruksi mencapai 55,3 persen. {}