Berita Golkar – Wakil Ketua DPRD Jawa Tengah, Mohammad Saleh menilai keputusan pemerintah mengekspor listrik energi terbarukan ke Singapura melalui Memorandum of Understanding (MoU) sebagai tindakan cerdas dan brilian.
Hal ini disampaikan Saleh kepada Golkarpedia menanggapi kesepakatan yang diinisiasi Menteri ESDM Bahlil Lahadalia dengan persyaratan pembangunan kawasan industri berkelanjutan di Batam oleh Singapura.
“Keputusan pemerintah yang diwakili oleh Menteri ESDM Bahlil Lahadalia untuk ekspor listrik ke Singapura dengan syarat Singapura membangun kawasan industri di Batam dan sekitarnya serta persyaratan carbon capture merupakan tindakan yang cerdas dan brilian,” tegas Mohammad Saleh, Politisi Partai Golkar yang juga lulusan Magister Energi Undip.
Ia menekankan energi hijau krusial bagi visi Indonesia bebas polutan: “Ke depan, energi baru terbarukan sangat dibutuhkan dalam kerangka mewujudkan visi Indonesia yang bebas polutan dan mengurangi penggunaan energi fosil.” Tutur Ketua DPD I Partai Golkar Jawa Tengah ini.
Hal ini sejalan dengan komitmen Indonesia untuk mencapai net zero emission pada 2060 dan mengurangi ketergantungan pada energi fosil. Energi terbarukan menjadi kunci dalam transformasi energi nasional yang berkelanjutan.
Sebagaimana di ketahui, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia ESDM menyatakan bahwa ekspor listrik ke Singapura dibarengi dengan komitmen investasi energi terbarukan untuk pengembangan kawasan industri di Kepulauan Riau, tepatnya di kawasan Batam, Bintan dan Karimun (BBK).
Hal ini diungkap Menteri ESDM setelah menandatangani nota kesepahaman atau MOU ekspor listrik Indonesia Singapura antara Bahlil dengan Menteri Tenaga Kerja dan Menteri Kedua Bidang Perdagangan dan Industri Singapura, Tan See Leng pada jumat (13/6/2025).
Adapun nilai investasi energi terbarukan proyek tersebut di luar pembangunan kawasan industri lebih dari US$10 miliar. Angka ini menunjukkan besarnya komitmen kedua negara dalam mengembangkan energi hijau Indonesia.
Bahlil menegaskan kawasan industri Batam nantinya akan dibangun seperti Malaysia dan Singapura. “Kita bikin di situ supaya dekat dengan Singapura,” ucapnya. Lokasi strategis ini akan memudahkan distribusi listrik dan operasional kawasan industri.
Adapun kapasitas ekspor listrik EBT lintas batas ke Singapura diperkirakan mencapai 3,4 gigawatt (GW). Untuk memenuhi permintaan tersebut, Kementerian ESDM memperkirakan akan membutuhkan 18,7 GW produksi panel surya Indonesia dan 35,7 GWh produksi baterai.
Potensi investasi diestimasi mencapai US$30 miliar sampai dengan US$50 miliar untuk pembangkit panel surya Indonesia dan US$2,7 miliar untuk manufaktur panel surya dan battery energy storage system (BESS).
MOU ini juga diperkirakan dapat mendatangkan potensi penambahan devisa US$4 miliar – US$ 6 miliar per tahun dan penambahan penerimaan negara US$210 juta-US$600 juta per tahun, serta lapangan kerja baru 418.000 pekerja dari manufaktur, konstruksi, operasi, dan pemeliharaan panel surya dan BESS. {}