Berita Golkar – Anggota Komisi IV DPR RI, Firman Soebagyo, mengingatkan adanya potensi krisis pangan global yang bisa muncul sebagai dampak dari konflik militer antara Iran dan Israel. Menurutnya, eskalasi geopolitik di kawasan Timur Tengah bukan hanya soal ancaman militer, tetapi juga berpotensi besar mempengaruhi sektor pertanian global, termasuk Indonesia, melalui berbagai jalur seperti perdagangan komoditas dan pasokan pupuk.
“Perang Israel-Iran bisa berdampak sangat signifikan terhadap pertanian dunia, terutama dalam hal perdagangan dan harga komoditas pertanian,” ujar Firman dalam rilis tertulisnya kepada redaksi Golkarpedia pada Sabtu (21/06).
Ia menekankan bahwa Iran adalah salah satu produsen pupuk urea terbesar di dunia. Jika konflik ini menghambat produksi maupun ekspor pupuk dari Iran, maka harga pupuk di pasar global berpotensi melonjak tajam. Dampaknya akan langsung dirasakan oleh negara-negara pengimpor, termasuk Indonesia, karena tingginya biaya produksi pertanian.
Terkait hal ini, Firman mengakui belum ada data spesifik mengenai volume impor urea Indonesia dari Iran. Namun ia menegaskan bahwa Indonesia memang mengandalkan impor pupuk dari sejumlah negara guna memenuhi kebutuhan dalam negeri. Oleh karena itu, ia mendorong adanya kajian menyeluruh terhadap potensi dampak perang ini terhadap pertanian Indonesia, baik dari sisi pasokan pupuk maupun harga komoditas pangan.
“Untuk mengetahui dampak perang Iran-Israel terhadap pertanian Indonesia dan jumlah impor urea dari Iran secara lebih spesifik, perlu dilakukan analisis lebih lanjut terhadap data perdagangan dan kebijakan pemerintah terkait,” ujarnya.
Politikus senior Partai Golkar yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia ini mengingatkan bahwa situasi geopolitik yang tidak stabil dapat memicu lonjakan harga pangan dan energi, yang pada akhirnya memicu inflasi dan memperberat beban ekonomi masyarakat.
Menurutnya, krisis pangan bukan sekadar soal ketersediaan bahan pangan, tetapi juga bisa memicu krisis sosial, krisis ekonomi, krisis politik, bahkan krisis kepercayaan.
“Indonesia adalah negara besar dengan jumlah penduduk yang sangat besar pula. Jika tidak diantisipasi dengan baik, krisis pangan bisa berujung pada krisis multidimensi seperti yang pernah kita alami pada 1965 dan krisis moneter 1997-1998,” jelas Firman.
Sebagai langkah konkret, Firman mendorong pemerintah untuk segera menerbitkan kebijakan yang mendorong produksi pupuk lokal, khususnya pupuk organik berbahan dasar kotoran hewan atau “kohe”. Ia menilai, ini adalah alternatif realistis yang bisa mengurangi ketergantungan pada pupuk impor serta sekaligus memperkuat ketahanan pangan nasional.
“Pemerintah hendaknya segera membuat kebijakan atau regulasi yang memudahkan bagi masyarakat yang akan memproduksi pupuk berbahan baku lokal. Ini akan sangat membantu petani rakyat,” tegas Ketua Umum Ikatan Keluarga Kabupaten Pati tersebut.
Di akhir pernyataannya, Firman menyatakan harapannya agar konflik antara Iran dan Israel tidak berlarut-larut dan tidak menjadi pemicu pecahnya Perang Dunia Ketiga. Ia mengingatkan bahwa sejarah telah menunjukkan banyak pemimpin negara yang tumbang akibat gagal mengatasi krisis pangan. Karenanya, ia mendesak pemerintah Indonesia untuk bertindak cepat dan tidak menunggu hingga dampak krisis benar-benar terasa di dalam negeri.