Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia Yakin Pabrik EV Battery di Karawang Bisa Kurangi Impor BBM 300 Ribu KL

Berita GolkarPembangunan proyek Ekosistem Industri Baterai Kendaraan Listrik Terintegrasi Konsorsium ANTAM-IBC-CBL resmi dimulai. Proyek ini disebut akan memberikan kontribusi signifikan dalam pengurangan impor bahan bakar minyak (BBM) dan mendukung transisi energi bersih di Indonesia.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, menyampaikan kehadiran pabrik baterai kendaraan listrik (EV) di Karawang mampu mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap impor BBM.

“Ini bisa kita menghemat impor BBM sekitar 300 ribu kiloliter per tahunnya, kalau cuma 15 GWh,” ucap Bahlil dikutip dari Medkom.

Lebih lanjut, ia menargetkan kapasitas produksi baterai akan meningkat apabila pasar baterai EV dan baterai untuk pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) berkembang lebih luas. “Dengan pasar yang sudah naik untuk baterai PLTS bisa sampai dengan 40 GWh,” tutur dia.

Saat ini, pabrik baterai di Karawang memiliki kapasitas awal sebesar 6,9 GWh dan akan ditingkatkan menjadi 15 GWh pada fase kedua. Menurut Bahlil, kapasitas ini cukup untuk memenuhi kebutuhan 300 ribu unit mobil listrik.

“Dengan kapasitas sebesar 15 GWh, pabrik baterai EV di Karawang bisa digunakan untuk 300 ribu mobil,” ungkapnya.

Pabrik ini berdiri di atas lahan seluas 43 hektare dan dikelola oleh PT Contemporary Amperex Technology Indonesia Battery (CATIB), perusahaan patungan antara Indonesia Battery Corporation (IBC) dan CBL anak usaha perusahaan baterai terbesar dunia, Contemporary Amperex Technology Co. Limited (CATL).

Operasional komersial ditargetkan akan dimulai pada akhir 2026. Proyek Ekosistem Industri Baterai Listrik Terintegrasi Konsorsium ANTAM-IBC-CBL merupakan pengembangan industri dari hulu ke hilir.

Terdiri dari enam proyek utama, lima di antaranya dikembangkan di Kawasan Feni Haltim (FHT), Halmahera Timur, Maluku Utara, dan satu proyek di Karawang.

Di Halmahera Timur, ANTAM bersama Hong Kong CBL Limited (HK CBL) membentuk PT Feni Haltim (PT FHT) untuk mengembangkan kawasan industri energi baru. Proyek ini mencakup pertambangan nikel dan smelter pirometalurgi berkapasitas 88.000 ton refined nickel alloy per tahun (target 2027).

Lalu ada smelter hidrometalurgi berkapasitas 55.000 ton Mixed Hydroxide Precipitate (2028), pabrik bahan katoda Nickel Cobalt Manganese (NCM) sebesar 30.000 ton (2028), dan fasilitas daur ulang baterai yang dapat menghasilkan logam sulfat dan lithium karbonat sebanyak 20.000 ton per tahun pada 2031. {}