Mendukbangga Wihaji Siapkan Dream Team Untuk Tangani Stunting

Berita Golkar – Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Mendukbangga)/Kepala BKKBN Wihaji mengatakan bahwa pemerintah saat ini tengah berkolaborasi membentuk dream team untuk menangani stunting.

Hal tersebut disampaikan Wihaji saat ditemui di Kantor Kemendukbangga/BKKBN, Jakarta, Rabu (2/7/2025), usai pembukaan pelatihan dasar CPNS Kemendukbangga/BKKBN. “Istilahnya dream team, jadi kebersamaan untuk menyelesaikan stunting, walaupun belum sempurna,” katanya, dikutip dari Antara.

Ia menjelaskan, Kemendukbangga/BKKBN juga akan fokus mengatasi stunting dari hulu, termasuk untuk urusan air bersih dan sanitasi, serta nutrisi atau gizi ibu hamil, ibu menyusui, dan balita non-PAUD melalui Program Makan Bergizi Gratis (MBG) berkolaborasi dengan Badan Gizi Nasional (BGN).

“Mesti ada yang urusi air bersih dan sanitasi, tetapi secara nutrisi, salah satu yang kemarin menarik dan sangat bagus untuk memastikan semua balita ibu hamil, ibu menyusui, dan balita non-PAUD harus ditangani oleh BGN, tenaganya Kemendukbangga, pendistribusiannya Kemendukbangga, datanya Kemendukbangga, tetapi fisik, materi, dan MBG-nya dari BGN,” paparnya.

Wihaji juga mengemukakan, penanganan stunting akan lebih tajam dan jelas dengan kolaborasi antarlembaga yang akan dibenahi di tahun 2025 ini, termasuk mengoptimalkan MBG untuk sasaran ibu hamil, ibu menyusui, dan balita melalui penandatanganan kerja sama yang sudah dilakukan bersama BGN.

“Nanti akan lebih jelas siapa melakukan apa, kemudian di mana. Jadi, kementerian kita melakukan pendataan, pendistribusian, dan melakukan evaluasi khusus MBG, ibu hamil, ibu menyusui, dan balita non-PAUD. Program ini juga satu-satunya di dunia,” tuturnya.

Sebelumnya, Wihaji menyatakan bahwa pemerintah akan memprioritaskan menangani 1,4 juta keluarga risiko stunting di desil 1 atau kelompok rumah tangga miskin yang menempati 10 persen terbawah dalam tingkat kesejahteraan secara nasional.

“Berdasarkan sistem informasi keluarga, dari 42 juta pasangan usia subur, ada 8,6 juta keluarga risiko stunting di desil 1 (miskin) sebanyak 1,4 juta, ini menjadi prioritas,” katanya dalam Rapat Kerja bersama Komisi IX DPR RI di Jakarta, Selasa (1/7/2025).

Wihaji juga mengemukakan pentingnya melibatkan tokoh agama, tokoh adat, maupun tokoh masyarakat dalam rangka penurunan angka stunting, mengingat di daerah, masyarakat sebagian besar masih lebih mendengarkan atau mempercayai para tokoh tersebut.

“Kita akan menangani nutrisi, akses air bersih, serta edukasi pencegahan dan penanganan yang juga sangat penting. Kadang, masyarakat lebih menghormati tokoh agama dan tokoh adat, ini juga memengaruhi perilaku pencegahan stunting,” ujar dia.

Ia menambahkan, jamban sehat dan rumah layak huni menjadi bagian yang tidak terpisahkan penyebab stunting dari faktor non-nutrisi, untuk itu, ke depan, pemerintah akan lebih fokus ke hulu atau penyebab keluarga berisiko stunting.

“Dari 8,6 juta keluarga risiko stunting, ada 3,7 juta keluarga tidak memiliki jamban layak, 1,9 juta keluarga tidak memiliki air minum utama yang layak, dan 4,3 juta keluarga dengan pasangan usia subur empat terlalu (terlalu muda, terlalu tua, terlalu dekat, dan terlalu banyak), serta tidak menggunakan KB modern,” ucap Wihaji. {}