Berita Golkar – Bupati Kuningan, Dian Rachmat Yanuar, punya visi besar untuk kabupaten tempat ia dilahirkan dan dibesarkan. Dalam wawancara bersama Kompas.com, Kamis (3/7/2025), ia menguraikan langkah-langkah konkret mewujudkan Kuningan sebagai daerah maju, empowering (berdaya), lestari, agamis, dan tangguh, atau disingkat MELESAT.
Dari sektor pertanian, konservasi lingkungan, hingga program pendidikan yang menyentuh hati, Dian membuktikan bahwa mimpi besar bisa dimulai dari hal yang sederhana, bahkan dari sebuah sepeda.
Tour de Linggarjati, dari Gowes Jadi Event Internasional
Salah satu kebanggaan Kuningan adalah Tour de Linggarjati, ajang balap sepeda yang tahun ini memasuki edisi ke-8. Ide ini lahir dari kebiasaan Dian bersepeda menyusuri alam Kuningan sepuluh tahun silam. “Waktu itu saya berpikir, kalau Sumatera Barat punya Tour de Singkarak, kenapa Kuningan enggak bisa?” ujarnya.
Kini, even itu bukan sekadar olahraga, tapi juga promosi wisata. Tahun ini, ratusan pembalap dari dalam dan luar negeri seperti Malaysia dan Brunei sudah mendaftar untuk berlaga pada 13–14 September 2025, bertepatan dengan Hari Jadi Kuningan.
Bertumpu pada Pertanian, Menjaga Konservasi
Dian yang merupakan putra daerah dan mantan Sekda, menaruh perhatian besar pada sektor pertanian. Ia melihat degradasi kualitas pertanian berdampak langsung pada tingginya angka kemiskinan, terutama karena 40 persen irigasi rusak. Padahal, 90 ton pangan surplus tiap tahun.
Namun ironisnya, kemiskinan petani tetap tinggi karena persoalan pupuk dan distribusi hasil. Dian pun meluncurkan sejumlah program andalan:
Program BERNAS: Bibit gratis untuk petani lewat 230 kelompok tani (gapoktan), dengan hasil panen 90 hari.
Bank Pupuk: Bantuan pupuk subsidi senilai Rp 1 juta per petani.
PAUS (Penebaran Bibit Ikan di Perairan Umum Sekitarnya): Jutaan benih ikan ditebar ke sungai dan embung, sekaligus mendukung konservasi.
“Konservasi bukan slogan. Kami punya 48.000 hektar hutan, dan ini penyumbang karbon terbesar di Jabar. Kuningan adalah paru-paru. Harus ada insentif karbon trade,” tegasnya.
Meski begitu, Dian menolak investasi yang merusak lingkungan. “Kuningan bukan anti investor. Tapi harus ada zona, harus hijau, dan seimbang.”
Data Akurat dan Jalan Rusak: Prioritas 100 Hari Pertama
Dalam 100 hari kerja, fokus utamanya ada dua: perbaikan data dan infrastruktur dasar. “Kita mulai dari data yang akurat. Selama ini banyak program tidak efektif karena datanya lemah. Lalu 800 km jalan yang ada, 200 km-nya rusak. Itu jadi prioritas, termasuk layanan kesehatan,” ujarnya.
Pendidikan: Guru Bahagia, Murid Berkarakter Dian juga menggagas “Pagiku Cerahku”, program menyapa murid sejak pagi. Guru wajib hadir di sekolah jam 7 pagi. “Karakter itu kunci. Saya ingin sekolah jadi rumah kedua. Guru bukan sekadar hadir, tapi menginspirasi,” katanya.
Ia juga meluncurkan Rumah Guru, sistem pendampingan daring yang memungkinkan guru curhat, mendapat pelatihan akhlak dan kompetensi. “Guru juga manusia. Mereka harus punya tempat untuk bertumbuh,” ujarnya.
Optimisme Warga, Tantangan Pemerintah
Dengan program-program itu, tingkat kepuasan publik terhadap pemerintah mencapai 79 persen, dan 81,6 persen warga Kuningan optimistis dengan arah pembangunan. Lewat kanal “Lapor Kuningan Melesat”, warga bisa menyampaikan keluhan langsung, mulai dari masalah BPJS, jalan rusak, hingga biaya sekolah.
“Kita ingin dua arah. Pemerintah hadir menyelesaikan keluhan nyata, bukan hanya membangun pencitraan,” tegasnya. {}