Berita Golkar – Pemkab Batang meluncurkan program inovatif bertajuk Bumdes Asuh sebagai langkah strategis dalam menekan angka stunting sekaligus mendorong kemandirian desa.
Program ini digagas untuk menjadikan Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) sebagai motor penggerak ekonomi dan sosial masyarakat.
Bupati Batang, M Faiz Kurniawan mengatakan pentingnya desa tidak hanya bergantung pada dana transfer dari Pemerintah Pusat. “Kalau dana desa Rp1 miliar, maka pendapatan asli desa idealnya Rp400 juta.”
“Desa Semampir baru mencapai Rp60 juta.”
“Artinya masih perlu mengejar sekira 33 persen lagi,” ujar Bupati Faiz, Jumat (18/7/2025), dikutip dari TribunJateng.
Faiz juga menyoroti tren penurunan fiskal nasional yang berdampak langsung pada alokasi dana desa.
Dia mendorong desa-desa untuk mulai membangun sumber pendapatan alternatif melalui penguatan Bumdes dan koperasi lokal. “Bumdes harus jadi mesin pencetak uang.”
“Bisa bergerak di sektor ketahanan pangan seperti peternakan ayam petelur atau sapi perah,” ujarnya.
Bupati Faiz mengungkapkan peluang besar di sektor susu. Dari kebutuhan 120 ribu liter susu per hari untuk industri Nestlé di Batang, baru terpenuhi 600 liter. Dia mendorong desa-desa untuk masuk dalam rantai pasok industri besar tersebut.
“Desa Semampir Kecamatan Reban bisa jadi pelopor.”
“Dengan pelatihan dari Bank Jateng dan mitra industri, beternak sapi perah sangat mungkin dilakukan.”
“Maka, kami berharap Bumdes lainnya belajar beternak sapi perah,” tuturnya.
Bupati Faiz menegaskan bahwa kemandirian desa adalah fondasi menuju kemandirian kabupaten. Dengan APBD Batang mencapai Rp2 triliun dan PAD hampir Rp500 miliar, ketergantungan pada dana pusat semakin berkurang.
“Kalau tidak punya uang, cuma bisa jalan-jalan ke mal, tapi tidak bisa belanja.”
“Daerah pun begitu, harus punya pemasukan sendiri,” tandasnya.
Sementara itu, Kepala Desa Simpar, Turadi menyampaikan, pihaknya telah menganggarkan Rp200 juta untuk pengembangan sektor pangan desa. Pada 2026–2027, anggaran akan ditingkatkan hingga Rp500 juta.
“Kami ingin 50 persen warga berdaya lewat budidaya ayam petelur omega 3.”
“Saat ini sudah produksi telur omega dan gula pasien untuk dipasarkan lewat UMKM,” jelas Turadi.
Desa Simpar juga siap mendukung program pengentasan stunting melalui kerja sama dengan Koperasi Merah Putih untuk menyediakan makanan bergizi bagi keluarga berisiko stunting.
Kepala Dispermades Kabupaten Batang, Rusmanto menjelaskan, Bumdes Asuh merupakan akronim dari Aktif Selamatkan Usia Harapan. Program ini menyasar intervensi terhadap balita di 1.000 hari pertama kehidupan.
“Bumdes tidak hanya cari profit, tapi juga jadi penggerak sosial.”
“Intervensi bisa berupa pembagian telur omega 3, susu, daging, atau perbaikan sanitasi,” pungkasnya. {}