Berita Golkar – Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita memastikan penguatan sektor industri tekstil dan produk tekstil (TPT) di Tanah Air, ketika produk manufaktur asal Amerika Serikat (AS) berpotensi membanjiri pasar lokal.
Untuk diketahui, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump meminta Indonesia menghilangkan hambatan non-tarif untuk ekspor produk-produk Paman Sam. Permintaan ini masuk dalam kesepakatan negosiasi menyusul Trump memangkas tarif impor menjadi 19 persen.
Dalam kesepakatan tersebut, Indonesia diminta mengatasi hambatan non-tarif dalam sembilan hal. Salah satunya adalah membebaskan ekspor kosmetik, alat kesehatan, dan barang manufaktur lainnya dari AS.
Sekalipun begitu, Agus menyebut penguatan posisi industri TPT terus dilakukan melalui berbagai program strategis, misalnya transformasi menuju industri 4.0 dengan pemanfaatan teknologi digital.
Industri TPT merupakan sektor prioritas dalam peta jalan pembangunan industri nasional. Sektor ini menjadi kunci dalam memacu pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hal ini terlihat dari kinerja kuartal I/2025, di mana ekspor produk TPT tembus 3,38 miliar dollar AS atau meningkat 3,57 persen dibandingkan periode yang sama pada 2024.
“Industri TPT merupakan salah satu sektor prioritas dalam peta jalan pembangunan industri nasional. Sektor ini juga menjadi kunci dalam memacu pertumbuhan ekonomi Indonesia,” ujar Agus Gumiwang dalam keterangannya di Jakarta, Rabu (23/7/2025), dikutip dari Kompas.
Untuk menopang kebutuhan industri TPT terhadap tenaga kerja yang kompeten dengan jumlah besar, Kemenperin mengoptimalkan pengembangan sumber daya manusia (SDM) di unit pendidikan vokasi yang dinaungi Kemenperin, seperti Politeknik STTT Bandung.
Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) Kemenperin, Masrokhan, memandang bahwa langkah ini penting guna melahirkan SDM yang mumpuni dan adaptif, sehingga dapat bersaing di dunia industri, baik nasional maupun internasional.
“Kami fokus untuk menyelenggarakan pendidikan vokasi industri dengan berbagai spesialisasi, di antaranya menghasilkan SDM industri TPT yang terampil,” beber Masrokhan.
Lebih jauh, Politeknik STTT Bandung sebagai salah satu dari 13 pendidikan tinggi vokasi Kemenperin merupakan perguruan tinggi tertua yang didirikan sejak tahun 1922 atau telah berusia 103 tahun. Politeknik STTT Bandung dikembangkan dengan spesialisasi di bidang tekstil dan produk tekstil, yang meliputi tiga program studi Diploma IV, yaitu Program Studi Teknik Tekstil, Program Studi Kimia Tekstil, dan Program Studi Produksi Garmen.
“Politeknik STTT Bandung memiliki peran yang vital, tidak hanya mendidik tenaga kerja industri yang kompeten, tetapi juga berkontribusi dalam riset terapan, pengembangan kurikulum berbasis industri, serta penguatan ekosistem industri tekstil nasional,” lanjutnya. {}